Shani dan Natalia baru saja menginjakkan kaki mereka ke dalam kos. Rasa lelah setelah jalan seharian membuat mereka langsung menjatuhkan diri mereka di sofa ruang tamu. Shani tiba-tiba tersenyum mengingat kejadian di taman tadi. Gimana tadi Viny memberikannya bunga sampai dia yang reflek mencium pipi Viny.
"Shan," Shani menatap Natalia, "Kenapa Nat?"
"Lagi seneng ya lo?" Tanya Natalia yang diangguki oleh Shani. "Seneng kenapa lo? Coba cerita sama gue."
Shani dengan antusias menceritakan apa yang terjadi di taman pada Natalia. Bagaimana dia bertemu dengan Viny di taman tersebut. Tapi, dia tidak menceritakan bahwa Viny mengajaknya makan malam.
"Jadi, begitu ceritanya Nat." Shani mengakhiri ceritanya pada Natalia.
"Ish! Beruntung banget sih lo." Natalia melipat tangannya di depan dada, "Tau gitu, lo aja yang beli minum tadi."
Shani tertawa ringan. Setelah itu, dia beranjak ke kamarnya untuk bersiap-siap.
***
Shani POV
Aku tersenyum saat selesai memoles diriku. Aku tidak suka berdandan terlalu menor. Lebih bagus berdandan sederhana tapi tetap terlihat cantik daripada dandan terlalu menor yang malah terlihat sangat jelek.
CKLEK!
Aku memandang seseorang yang membuka pintu kamarku tanpa melunturkan senyumku. Natalia, dialah orang yang membuka pintu kamarku. Matanya tak berkedip menatapku dari ambang pintu kamarku.
"Sampe kapan lo berdiri disitu?" Tanyaku padanya.
Natalia berjalan mendekatiku, "Lo mau keluar bareng siapa? Kok tumben dandan?"
Aku mengalihkan pandanganku pada cermin di depanku, "Gue mau keluar makan sama temen gue."
"Yah!" Natalia menghela nafasnya, "Padahal baru aja gue mau ajak lo keluar makan."
Aku terkekeh pelan, kemudian berdiri dan menepuk pelan pundak Natalia, "Kapan-kapan, kita makan bareng ya."
Natalia hanya mengangguk lesu. Aku tahu dia sangat mengharapkan untuk makan malam berdua sama aku hari ini. Dan memang sudah dari dulu kalo kita makan bareng.
"Senyum gih! Ga cocok banget lo cemberut." Ledekku.
"Ish! Sahabat lo lagi sedih bukannya lo hibur, malah lo bikin kesel." Umpat Natalia.
Aku tertawa sesaat, kemudian menatap jam tanganku yang menunjukkan pukul 18.56. Aku pun beranjak keluar dari kamarku setelah berpamitan dengan Natalia.
***
Author POV
Senyum Shani kembali terlihat ketika dia melihat mobil Viny yang berhenti di depan kosnya. Viny yang memang telah berada di luar mobilnya pun menghampiri Shani. Jantung Shani serasa berhenti berdetak saat dia melihat Viny yang melangkah menghampirinya.
"Hai." Sapa Viny begitu dekat dengan Shani.
"H-hai kak Viny." Balas Shani canggung.
Viny tersenyum, "Kenapa gugup gitu?"
Shani menggeleng, "G-ga kok kak. Hehe."