─a,

576 138 10
                                    


Kim Taehyung, yang sudah datang sejak sepuluh menit lalu sedikit keheranan melihat Jimin yang terlihat begitu bahagia. Tapi setelah melihat sesuatu yang dikenakannya, Taehyung tersenyum simpul. Rupanya, kebahagiaan Jimin sesederhana ini.


"Dari ibumu, Jim?"

"Yap!" Jimin berseru, lalu mendudukkan diri di kursinya. "Kau memberiku kado, tidak?"

"Wah, Jiminie sudah bisa menjilat kawannya sendiri?" Canda Taehyung, menggoda Jimin yang langsung direspon tendangan di tulang keringnya. Taehyung tertawa. "Selamat ulang tahun, pacar." Ucapnya sambil melempar kotak kecil ke arah Jimin.

"Terima kasih, pacar." Jimin mengedipkan sebelah matanya, lalu mereka terbahak sambil bergumam 'ini menggelikan'. Namun tak lama setelahnya, Jimin mengatakan terima kasih. Lalu ia membuka hadiah dari Taehyung. "Wah, apa ini suatu bentuk paksaan baru?"

Melihat respon Jimin setelah menerima hadiahnya, Taehyung hanya mengangkat bahu. "Kalau tidak mau, ku ambil lagi?"

"Jangan, aku bercanda." Jimin tertawa, lalu ia menyimpan hadiah dari Taehyung─yang isinya tak lain adalah obat merah dan plester luka. "Terima kasih lagi, Taehyung."


"Bagaimana lenganmu?"

"Hm?" Jimin menoleh, lalu melirik lengannya yang masih ditutupi sweater dari sang ibu. Tanpa banyak bicara, ia menarik lengan sweaternya ke atas. "Nah, silakan diperiksa, dokter Kim." 

Taehyung memutar bola matanya saat mendengar panggilan Jimin. "Kau berlebihan." 

"Lenganku tidak akan diamputasi kan?"

"Lukamu sudah membaik. Tapi kalau kau mau ku amputasi sekarang, ayo lakukan." Taehyung melirik Jimin, lalu ia terbahak saat melihat ekspresi ngeri di wajah kawannya. "Kau tidak melukai kakimu lagi, kan?"

Mendengar pertanyaannya, kedua alis Jimin terangkat. "Tidak," tapi ia melihat keraguan di ekspresi Taehyung. "Kau mau aku membuka celanaku di sini?"

"Buka saja semua pakaianmu kalau perlu, setelah itu kau boleh berlari-lari di lapangan."

"Boleh dicoba."


Lalu, keduanya terbahak.




Dalam hati, Taehyung bersyukur karena sudah dua tahun lamanya, keadaan Jimin mulai membaik. Sejak sang ibu berhenti bekerja, Jimin pun berhenti melakukan ritual mengalihkan perhatiannya. Meski terkadang ia masih merasa cemas tanpa sebab, itu tak separah dulu. Dan Taehyung berharap selamanya Jimin akan seperti ini. Setidaknya, itu harapannya.






entah Tuhan akan mengabulkannya atau tidak.


to be continued.


karena pendek banget aku double up deh hari ini.....

❛anxiety❜ ─ pjm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang