29. Rumah Sakit

250 32 0
                                    

Ini masih pukul lima pagi, setelah tadi gue menginap di Masjid. Pulang-pulang ngedengerin mama nangis karena alasan gue minggat. Padahal kan, mama yang nyuruh.

Dan sekarang, gue diminta mama untuk ngantar ke dokter.

"Jam enam mama antar ke Dokter, ya, Nus!" pinta mama.

"Mama kenapa?" balas gue.

"Gak enak body,"

"Makanya segerin pakai Sprite!"

"Kamu promosi dibayar berapa?"

"Bercanda, ma. Mama kok bisa gak enak body kenapa? Tadi nangisin Venus terus?"

"Enggak tahu, sebelum kamu datang, mama pusing, mual, muntah."

Jangan bilang gue mau punya adik lagi. Plis jangan ma! Cukup Mo-on anak terakhir mama. Gue enggak bisa ngebayangin hidup gue gimana nantinya. Mo-on aja udah gitu, ya Tuhan...

"Te... rus?" ucap gue hati-hati.

"Habis ngelihat darah di drama Korea,"

Gue langsung bersyukur seketika. Mama gue memang agak sensitif sama hal yang berkaitan dengan darah. Nah, kalau sudah tahu penyebabnya, kenapa ke dokter? Ya sudah, lah. Kan gue anak baik. Ikutin aja permintaan orang tua. Biar enggak dikutuk jadi tikus.

"Nanti Venus kan sekolah, ma,"

"Mama udah minta izin,"

"Yasudah, Venus mandi dulu. Kali aja ada dokter cantik nyangkut!"

Gue langsung pergi ke kamar mandi. Sementara mama dari tadi masih mengaduk-aduk sup sampai airnya habis. Katanya itu bisa balikin moodnya mama. Memang mood cewek aneh-aneh ya.

Selesai mandi, gue beneran pergi ke dokter sama mama. Gue diminta mama tunggu di ruang tunggu. Duh, ini yang buat gue gabut maksimal. Gue melihat sekitar. Banyak sekali ruangan, tetapi hanya satu yang gue fokusin. Ruangan pemeriksaan kandungan.

Kenapa gue fokusin ke sana? Karena jaraknya dekat banget dari posisi gue sekarang dan disitu pintunya enggak pernah tertutup. Akhirnya gue nguping pembicaraan mereka.

Disana ada ibu-ibu, mungkin usianya tiga puluh lima tahunan, sendirian, eh enggak. Maksudnya sama si Dokter dan asistennya.

"Dok... saya mau konsultasi," kata ibu itu.

"Silahkan, bu," balas Dokter dengan sopan.

"Saya sudah menikah sepuluh tahun, Dok. Tapi belum punya keturunan."

Gue langsung merasa kasihan dengan ibu itu. Udah dateng sendirian, belum punya anak.

"Hm..." Dokter membuka-buka buku, "ibu sama suaminya sudah berhubungan?"

"Iya, Dok. Sering sekali. Malah setiap hari!" Ibu itu mengangguk-angguk. "Chatingan, telfonan, videocall. Tapi belum punya keturunan, Dok."

Gue melongok seketika. Itu ibunya kok... susah diungkapkan dengan kata-kata lah pokoknya. Ya kali, berhubungan lewat sosial media. Bukan itu maksunya ibu. Gemas rasanya. Pengen gue jelasin tapi gue enggak pernah ngelakuin. Duh, gimana sih?

Sementara Dokter itu tiba-tiba pingsan mendengar jawaban ibu tadi. Memang, ya. Dunia sudah berbeda. Jadi pelawak aja kalian semua! Pusing gue.

"Nus, ayo pulang!" Lagi asik-asiknya menguping, tiba-tiba mama datang dengan senyuman yang lebar.

"Udah, ma? Gimana kata Dokter, ma?"

"Kamu mau punya adek lagi!"

"HA?" Setelah mendengar itu, tiba-tiba pandangan gue mulai memudar dan mendengar teriakan mama yang memanggil-manggil nama gue.

※※※※※※

Sekilas info, bagi yang masih binggung (:

1. Jeniper: motor matic kesayangan Venus yang terduakan oleh Jenie,
2. Jenie: mobil sport kesayangan Venus, yang dikasih sama mantannya Nella secara cuma-cuma,
3. Bhumi Marsson Matari adalah nama panjangnya Venus,
4. Dera dan Senja adalah kakak Venus, semua cowok,
5. Mo-on adalah adik Venus, cowok juga,
6. Gondrong dan Rico adalah teman se kelas Venus,
7. Rose dan Aero adalah teman Venus yang kasat mata,
8. Nyi Ngin adalah penghuni pohon beringin angker di sekolah Venus, Nyi Ngin ini pacarnya Gondrong,
9. Vote jangan lupa!

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang