Syahirah 2 || BAB 19

183 9 0
                                    

"Sya, jadi saya berniat membawa anak-anak ke pondok pesantren untuk kegiatan dibulan ramadhan nanti," ujar Azki.

Siang ini mereka sedang berada dikafe yang letaknya tidak jauh dari rumah Anak Pelangi. Mereka ke kafe usai mengajar anak-anak.

Syahirah tidak mendengarkan. Tatapan matanya kosong, pikirannya ke mana-mana. Ia masih memikirkan Aldo yang sikapnya benar-benar berubah. Syahirah kecewa dengan sikap suaminya yang sekarang, meskipun ia tahu mengapa suaminya seperti itu. Dengan alasan sebagian kenangan di otak kecilnya hilang. Tetapi, mengapa harus dirinya yang harus hilang di otak kecilnya? Apakah tidak ada sedikit saja tentang dirinya?

"Sya?" Azki melambaikan tangannya di depan wajah perempuan itu yang duduk dibangku yang berhadapan dengannya.

Syahirah tidak menggubris panggilan Azki. Perempuan itu asik dalam lamunannya. Sehingga ia lupa kalau saat ini ia sedang bersama seseorang.

Azki berinisiatif untuk menggoyangkan lengan perempuan itu, tapi ia sadar kalau bukan mahramnya. Azki pun mengambil benda persegi panjang miliknya. Azki menggunakan handphone-nya sebagai alat untuk menyadarkan Syahirah dari lamunannya.

Syahirah tersentak kala lengannya terkena benda keras. Azki yang menyenggol lengan perempuan itu dengan handphone--menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Kamu nggak fokus Sya. Mikirin apa?" Azki bertanya. Syahirah menggeleng. "Kamu dengar perkataan saya tadi Sya?"

"Maaf, Ki. Memangnya tadi kamu ngomong apa?"

"Saya berniat mengajak anak-anak ke pondok pesantren untuk kegiatan di bulan ramadhan nanti, Sya. Menurut kamu, gimana?"

"Aku terserah kamu aja, Ki. Menurut kamu itu yang terbaik untuk anak-anak, aku setuju dan ikut aja. Ngomong-ngomong pondok pesantren mana?"

"Pondok pesantren Al-Adlu, Sya. Di sana ada paman saya. Saya udah bilang sih, dari jauh-jauh hari. Dan paman saya menyetujuinya." kata Azki memberitahu. Syahirah mengangguk-angguk. Syahirah merasa sedikit tidak enak hati karena sempat melamun.

***

Aldo pergi mengajar di SMA Kenanga. Usai mengajar ia menyempatkan diri pergi ke pondok pesantren Al-Adlu. Di sana, Aldo menemui Kiyai Gufran dan ustadz Rahman. Mereka menyambut Aldo dengan hangat. Aldo merasa memiliki keluarga selain keluarga yang sudah membesarkannya. Dengan ramah Kiyai Gufran mengajaknya ke rumahnya. Rumahnya masih dalam satu kawasan dengan pondok pesantren.

"Silakan duduk nak Aldo," Kiyai Gufran mempersilakan laki-laki itu duduk.

Istrinya keluar menuju ruang tamu, menjamu Aldo sebentar lalu pergi ke dapur membuatkan minum untuk Aldo dan suaminya. Tidak lama kemudian istrinya keluar sambil membawa nampan yang berisi dua cangkir teh dan dua piring yang berisi cemilan berbeda.

"Terimakasih," kata Kiyai Gufran. Aldo ikut mengucapkan terimakasih. Istrinya tersenyum dan ikut duduk mengobrol bersama suaminya dan Aldo.

"Jadi pemuda ini yang abi ceritakan ke umi?" kata istri Kiyai Gufran.

"Iya, umi. Namanya Aldo," kata Kiyai Gufran.

Istri kiyai mengatupkan kedua telapak tangannya di depan Aldo, begitu juga denga laki-laki itu.

"Assalamu'alaikum," Orang-orang yang sedang mengobrol diruang tamu tersebut langsung menoleh ke sumber suara. Aldo menangkap seorang perempuan sedang berdiri di luar pintu. Matanya dan mata perempuan itu bertemu. Hanna segera memutuskan kontak mata tersebut.

"Wa'alaikum salam. Mari masuk nak Hanna," jawab Umi.

"Wa'alaikum salam. Sini Hanna," kini Kiyai Gufran yang menyuruh perempuan itu masuk.

"Enggak usah, pak Kiyai, umi. Nanti Hanna ke sini lagi. Sekarang kan pak Kiyai sama umi sedang kedatangan tamu," Hanna sempat melihat kearah Aldo sebentar. "Hanna permisi dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Aldo menatap punggung perempuan itu. Hanna seorang wanita muslimah yang sedang mencoba menjadi wanita shaleha. Perempuan itu sedang beristiqomah dalam hijrahnya. Berbeda dengan Syahirah. Hanna memakai kerudung yang syar'i dan panjang hijabnya sampai menutupi punggungnya. Kalau Syahirah, kadang memakai kerudung syar'i kadang kerudung segi empat. Yang penting menutupi dadanya.

Kenapa tiba-tiba gue teringat Syahirah? Batin Aldo.

***

"Apa kabar Aldo? Dia sudah pulang?" Azki tiba-tiba bertanya. Kemacetan jalan raya dan saat ini sedang lampu merah, membuat Azki tidak nyaman dengan suasana yang sunyi. Meskipun ia jarang bicara dan jarang memulai pembicaraan, tetap saja saat keheningan melanda, Azki merasa tidak nyaman. Terlebih lagi Syahirah yang diam saja dan banyak melamun hari ini.

Syahirah tidak menjawab. Azki menghela nafas panjang. Ia memutuskan untuk menyalakan musik di dalam mobilnya. Lantunan shalawat yang merdu terdengar di dalam mobil. Sedikit membantu memecahkan keheningan diantara dirinya dengan perempuan yang kini sedang duduk di sebelahnya sambil melamun.

Lampu merah kini sudah berganti warna menjadi hijau. Azki melajukan mobilnya di tengah-tengah kemacetan.

"Azki, aku nggak jadi pulang ke rumah mama. Tolong antarkan aku ke apartemen sebentar, lalu ke rumah mertuaku. Boleh?" kata Syahirah. Azki menoleh, menatap Syahirah sebentar. "Boleh aja, Sya," kata Azki tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Azki memakirkan mobilnya di parkiran yang sudah disediakan pihak apartemen. Syahirah segera melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobil. Ia berjalan lebih dulu ke kamarnya. Syahirah ingin mengambil baju-bajunya dan membawanya ke rumah mertuanya. Karena ia akan tinggal di sana. Menemani suaminya hingga ingatan suaminya tentang dirinya kembali.

Sesampainya di kamar. Syahirah mempersilakan Azki untuk masuk ke dalam, tetapi Azki menolaknya. Laki-laki itu memutuskan untuk menunggu di luar. Ia tidak ingin menimbulkan fitnah. Terlebih lagi saat ini suami Syahirah sedang tidak ada.

"Enggak apa-apa nih kamu nunggu di luar?" tanya Syahirah sekali lagi karena merasa tidak enak.

"Iya enggak apa-apa, Sya."

"Ya udah, sebentar ya Ki?" Azki mengangguk. Syahirah pun masuk ke dalam.

Rasanya sudah sangat lama sekali Syahirah tidak ke apartemen milik suaminya. Padahal satu minggu lewat beberapa hari saja ia tidak ke apartemen, tapi rasanya sudah bertahun-tahun dan Syahirah rindu akan suasana dulu. Sebelum Aldo mengalami kecelakaan. Kini semuanya sangat berbeda.

Syahirah segera pergi ke kamarnya untuk mengambil baju-baju miliknya dan memasukkannya ke dalam koper kecil. Selesai memasukkan baju ke dalam koper, ia keluar dari dalam kamar dan melihat sebuah bingkai foto berukuran sangat besar tertempel di dinding di ruangan tengah.

Syahirah lama memandangi fotonya sendiri yang bersanding dengan Aldo. Foto pernikahannya. Syahirah melihat senyum lebar suaminya. Aldo tersenyum sangat bahagia dan tulus pada waktu itu yang sambil menatap dirinya. Syahirah baru menyadari betapa Aldo mencintainya dengan sangat tulus ketika ia melihat foto pernikahannya saat ini.

Syahirah tidak mampu menahan tangisnya. Ia juga lupa kalau di luar ada Azki yang sedang menunggunya.

Azki terkejut mendengar suara tangis yang berasal dari dalam. Azki sempat ragu untuk masuk, sampai kakinya akhirnya melangkah masuk ke dalam ketika mendengar suara tangis Syahirah yang begitu pilu hingga terdengar sampai ke luar.

Azki panik saat melihat Syahirah yang sudah jatuh berlutut sambil menangis tersedu-sedu. Ia mempercepat langkah kakinya dan berlutut di samping Syahirah. "Ada apa Sya?" tanyanya. Karena Syahirah sudah tidak bisa menahan dan memendam semuanya lagi, akhirnya Syahirah menceritakan apa yang telah terjadi dengan Aldo ke Azki. Barulah Azki memahami mengapa Syahirah seharian ini tidak fokus, lebih banyak diam dan melamun.

"Ki, karena aku sudah memberitahu semuanya ke kamu, tolong jangan beritahu ke siapapun, ya? Terutama ka Reno," kata Syahirah di sela-sela tangisnya. Azki mengangguk.

"Iya, Sya."

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang