Pria Dibalik Layar.

258 38 20
                                    

Tiga hari tidak memegang buku catatan pribadi karena sibuk dengan pekerjaan membuat Steve sedikit terbiasa, dirinya mulai bisa membedakan mana prioritas dan mana aktifitas tambahan. Tetapi hari ini Steve benar-benar merasa kesepian karena Sebastian sudah mendapatkan tugasnya dan tidak lagi berada di camp tempat Steve bertugas. Tidak ada lagi kini teman yang menemani Steve untuk berbincang-bincang banyak hal baik yang sederhana sampai hal yang rumit, maka Steve memutuskan untuk membuka buku catatannya kembali. Beberapa menit Steve memandangi buku itu, dia membutuhkan seorang teman.

Perlahan tangan Steve menggerakan pensilnya untuk menarik beberapa garis dan menghubungkannya satu-persatu, Steve mulai melukiskan sesuatu pada lembaran kosong itu.

Seorang pria dengan kumis hitam dan mata yang indah, Steve bukan melukiskan Sebastian tetapi dia menciptakan seorang teman baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang pria dengan kumis hitam dan mata yang indah, Steve bukan melukiskan Sebastian tetapi dia menciptakan seorang teman baru.

"Aku akan memanggil mu Tony, bukankah itu nama yang bagus Tony?"

Steve tersenyum, dia tidak gila hanya karena berbicara dengan sebuah gambar tetapi dia hanya iseng mencari seorang teman untuk di ajak berdiskusi meskipun Tony tidak akan bisa memberikan saran apapun karena dia hanyalah sebuah gambar.

Hari demi hari Steve mulai merasa nyaman dengan teman 2D ciptaannya itu, bahkan Steve selalu membawa buku saat dia sedang makan. Baginya Tony juga harus makan meskipun hanya ikut dalam sebuah buku, Steve tentu tidak ingin merusak bukunya dengan noda-noda makanan. Kebiasaan Steve ini sedikit menyulitkan Jendral untuk dapat mencuri buku tersebut, jika mengambil buku itu secara paksa maka Jendral akan mengotori namanya sendiri dan tentu saja dia tidak ingin melakukan itu. Jendral mengira bahwa Steve sudah semakin canggih menggambarkan robot karyanya itu, padahal Steve sibuk menggambarkan Tony pada bukunya, dia menggambarkan berbagai kegiatan Tony disana tetapi tidak menggambarkan sosok Steve sendiri dalam gambar-gambar itu. Jendral yang semakin khawatir akan kehilangan buku itu akhirnya menghampiri Steve yang tengah asik tertawa dengan buku catatannya itu.

"Apa aku mengganggu mu, Steve?"

"Sir. Tidak, aku hanya sedang duduk-duduk saja. Apa ada yang hal penting sampai menemuiku disini?"

Steve memang menaruh curiga, dia yakin jika Jendral masih menginginkan buku tersebut.

"Kau paham sekali Steve, buku itu. Aku ingin menawarkan keuntungan jika kau mau membiarkan aku memilikinya."

"Tidak Sir. Ini hanya sebuah coret-coretan waktu senggang ku, jadi aku rasa ini sangat tidak berarti untuk semua uang-uang mu."

"Berikan. Atau kau tidak akan ku pertemukan lagi dengan Sebastian."

Mendengar kata Sebastian membuat Steve benar-benar tau jika dirinya sedang di ancam, maka ini adalah titik dimana Steve harus mempertimbangkan keselamatan temannya itu. Steve meminta Jendral menemuinya lagi saat dia sudah siap dengan keputusannya nanti.

Sang Jendral keluar dengan senyum licik yang menyembul dari bibirnya.

Dengan cepat Steve membuka buku miliknya itu, dia bercerita apa yang terjadi pada Tony. Beberapa saat Steve merasa dirinya sudah gila karena berdiskusi hal sepenting ini dengan sebuah gambar yang bahkan dia tau tidak bisa mendengar, dan akhirnya Steve memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan beristirahat di ranjangnya. Mata Steve yang terpejam tanpa sadar membawanya kesuatu tempat yang awalnya dia berfikir adalah sebuah mimpi.

"Bangun Rogers, kau tidak bisa terus-terusan tidur disaat kehidupan ku terancam."

Sebuah suara perlahan memaksa Steve untuk membuka matanya. Steve mengusap beberapa kali matanya karena bingung sedang berada dimana, bahkan dia sempat mencubit lengannya sendiri karena dia mengira sedang bermimpi, tetapi tidak... ini adalah kenyataan.

Seorang pria sedang sibuk mengerjakan sebuah proyek pada layar monitornya.

"Sudah bangun? Kemari dan lihat apa yang harus kau kerjakan, daripada terus mengeluh padaku."

"Kau siapa?"

".... Serius? Aku Tony, orang yang kau gambar belum lama ini."

Awalnya Steve memang tidak percaya tetapi setelah dia memperhatikan, memang benar pria yang ada di hadapannya ini adalah Tony.

Merasa dirinya sudah gila Steve memijat keningnya sambil berkata...

"Astaga memang benar ternyata, kau tidak boleh berbicara dengan karya mu jika tidak ingin berakhir dengan gila."

"Yang gila itu kau! Lihat ini."

Tony menunjukan sebuah video pada Steve, video dimana ada seseorang berpakaian tentara bersama beberapa pasukannya menembaki rumah lama milik Tony, Steve merasa benar-benar bingung kenapa Jendral berkepala tengkorak itu bisa hadir dikehidupan Tony. Memang beberapa saat lalu saat Steve benar-benar kesal pada Jendralnya karena mengirim Sebastian untuk pergi dan Steve merasa Jendral seperti memojoki Steve dengan berbagai kegiatan medis yang sebenarnya tidak perlu, Steve yang kesal saat itu mengambar tokoh seorang Jendral dengan kepala tengkorak berwarna merah. Tidak disangka tokok yang diberi mama Redskull oleh Steve juga hadir dalam kehidupan Tony. bahkan membuat Tony berkali-kali hampir celaka. Steve benar-benar tidak paham dengan apa yang dia alami saat ini, apakah sedang bermimpi atau tidak.

"Jangan berfikir jika hanya kau yang dalam masalah disana, akupun sama. Steve kau harus membantu ku melenyapkan sosok Redskull sebelum dia berhasil merebut segalanya... termasuk hidup ku."

Mendengar kata hidupku Steve benar-benar tidak mau kehilangan siapapun lagi sekarang jadi dia berfikir akan membantu Tony, tetapi bagaimana dengan sang Jendral yang ada bersamanya di camp?

"Jawablah dulu, sebenarnya semua ini apa?"

Tony menarik nafasnya dalam.

"Hahh, yang benar saja. Kau sekarang berada didalam duniaku Steve, disini semua seperti didunia mu tetapi sedikit lebih modern..."

"Dunia mu? Lalu bagaimana aku... aku bisa kesini? Lalu permintaan Jendral padaku bagaimana?"

"Kau itu rewel juga ya ternyata. Pertama bantu aku, setelah itu aku akan membantu mu. Tenang, selama kau disini buku catatan mu akan menghilang di dunia mu."

Steve awalnya memang tidak terlalu yakin dengan hal ini, tetapi dia punya tanggung jawab dengan karyanya yang bernama Redskull itu. Maka Steve memutuskan untuk tinggal bersama Tony untuk membantunya menyelesaikan urusan dengan Redskull.

"Pertama kau harus membantu ku memperbarui iron suit ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pertama kau harus membantu ku memperbarui iron suit ku."

"Wait... what? iron suit? Kenapa dia bisa jatuh di tangan mu??"

"Steve. Aku harus menjelaskan berapa kali? Lagipula kau ingin aku atau Redskull yang memiliki ini??"

"..."

Benar juga, Tony memang lebih layak dari Redskull karena Tony tidak memiliki fikiran yang jahat. Akhirnya Steve membantu Tony memperbarui iron suitnya, Steve memberikan rancangan-rancangan baru yang belum sempat dia gambarkan semenjak dia berhenti membuat gambar-gambar robot pada buku catatannya itu. Meski Steve tidak memiliki kecerdasan secerdas Tony, tetapi Steve selalu memiliki feeling yang kuat untuk merancang sesuatu sehingga Tony dan Steve menjadi rekan yang sangat kompak, mereka mampu bekerja sama meskipun beberapa kali terlihat saling beradu argumen.

"Baik, aku sudah siap untuk mu Redskull."

---

Steve akhirnya bertemu dengan sosok Tony disini, dan ini akan menjadi awal dari kedekatan mereka ><

MADE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang