Avenged Seven Vold - Dear God.
"Aishh anak itu. Kenapa gegabah sekali?!" Aku menghentak-hentakkan kakiku. Setelah Yoongi mengangguki pertanyaan tentang misi pembantaian yang diberikan kakek, Jisoo berlari keluar. Sebelumnya ia mengatakan padaku untuk tetap disini dan menjaga Rose. Oke tidak apa. Lagipula disini ada Irene unnie, psikolog sekaligus dokter kejiwaan pribadi kami berdua.
Namun aku khawatir dengan Jisoo. Kakakku itu sangat keras kepala. Kenapa ia langsung pergi padahal Yoongi, Hanbin dan Bobby belum selesai berbicara.
Bahkan teriakan Rose tidak didengar olehnya.
* * *
Aku melangkahkan kaki ku menuju mobil Ferarri abu-abu yang tadi kupakai kesini. Kutancap gas dengan penuh emosi. Ini sudah biasa bagiku untuk kebut-kebutan. Lagipula ini sudah malam. Jalanan sepi.
"Halo.."
". . ."
"Siapkan jet ku sekarang. Kita ke Paris."
". . ."
"13 menit lagi aku sampai."
Aku memutuskan sambungan telepon. Aku tidak habis pikir. Bagaimana kakek menjebakku seperti ini. Atau mungkin aku yang sudah salah untuk jatuh cinta?
Tuhan.. tolong aku. Bahkan untuk jatuh cinta saja terasa susah bagiku.
Aku sampai di bandara dan langsung memasuki jet pribadiku. "Ke Paris. Cepat." Ucapku pada bang Yunhyeong. Pilot pribadi kepercayaan keluargaku sejak dulu. Umurnya tidak terlalu tua namun juga sudah tidak muda lagi.
"Baik nona. Pastikan anda memakai seatbelt anda."
Kurasakan jet ini lepas landas. Melewati masa krusial setelah beberapa menit. Aku tetap tidak bisa tertidur. Kenapa aku ini?
Aku menatap keluar Jendela. Hitam. Dan hitam. Seperti pikiranku yang kalut saat ini.
Pukul 6 pagi aku tiba di bandara. Kota ini masih saja musim dingin. Setelah kemarin aku meninggalkan kota ini, baru kemarin.
Aku masuk ke mobil yang sudah siap menjemputku dan langsung menuju ke mansion kakek.
"Selamat datang nona muda." Kepala pelayan yang bernama Lee ini menunduk menyapaku. Dan kubalas anggukan.
"Dimana kakek?"
"Diruang santai nona."
"Terimakasih." Ucapku sambil masuk kedalam mansion.
Aku sebenarnya ragu, menghadapi kakek sendiri dan tanpa persiapan. Membuatku gugup. Kakek sangat menyeramkan kalau marah. Walaupun jarang sekali kakek marah.
"Kakek." Sapaku saat aku melihatnya di ruang santai sambil membaca koran.
"Loh, kamu kembali lagi? Ada apa?"
Aku berjalan menghampirinya dan duduk di sofa.
"Tidak kek, Jisoo hanya ingin tahu kenapa kakek memberi Jisoo misi pembantaian itu terhadap keluarga tuan Park." Tanyaku.
Tatapan kakek tiba-tiba berubah. Ia meletakkan koran dan melepas kacamata bacanya.
"Tuan Park..." Ucapan kakek menggantung.
"Dia adalah pembunuh appa dan eomma mu. Dia dalang dibalik semua kesengsaraanmu dan Jennie. Tumbuh tanpa orang tua dan menjadi pembunuh hanya karena dendam."
Aku menyimak penuturan kakek.
"Kakek sendiri mengenal Tuan Park dengan sangat baik. Dia sahabat appamu sejak masih sekolah menengah pertama. Mereka adalah gambaran sahabat sejati menurut kakek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Sisters
ActionKim Jisoo dan Jennie Kim. Dua saudara yang memiliki alter ego dan merupakan seorang psychopath, harus memilih pilihan yang penting di hidup mereka untuk pertama kali. Antara keluarga, atau cinta? Keluarga, atau Rose dan Lisa? Jika bisa, mereka akan...