Hari Minggu pagi. Biasanya Elbi punya setumpuk rutinitas yang menunggu. Makan. Bermalas-malasan. Tidur. Tidak ada yang lebih sempurna dari semua jadwalnya di akhir pekan selain tiga kegiatan tersebut. Mungkin satu-satunya kegiatan tambahan yang Elbi masukkan ke dalam list kegiatan yang ingin dilakukannya di hari Minggu adalah mengganggu Binno yang mempunyai jadwal belajar bersama Anza.
Akan tetapi, semua list kegiatan itu tidak menarik bagi Elbi hari Minggu ini. Termasuk mengganggu Binno. Rasanya Elbi enggan melakukannya. Ada yang kegiatan yang lebih ber-faedah menurut pandangan Elbi. Kegiatan itu adalah membuat daftar hal yang membuatnya bahagia agar cepat melupakan Erlang dan semua tindakan perselingkuhan yang pernah pemuda itu lakukan dari kepalanya.
Ngomong-ngomong soal Erlang, pemuda itu tidak mengganggu Elbi lagi. Ia juga masih tidak menyapa Elbi. Namun, dua hari yang lalu Elbi tanpa sengaja mendengar kalau mantan pacarnya itu sedang mendekati seseorang. Kalau kata informan yang Elbi temui di toilet mengatakan kalau Erlang mendekati salah satu adik kelas mereka.
Elbi hanya tidak habis pikir. Bukankah Erlang seharusnya bebas berhubungan dengan Sonia? Kenapa malah mendekati gadis lain?
Karena itulah, agar tidak lagi memikirkan alasan Erlang mendekati adik kelasnya yang masih polos, Elbi mulai melaksanakan saran yang disampaikan Budhenya. Mencari hal yang membuat Elbi bahagia.
Sudah lebih dari setengah jam yang lalu Elbi memandangi agendanya sambil memutar pena. Pada halaman baru agendanya Elbi sudah menuliskan Daftar Hal-hal yang Membuat Elbiana Bagaskara Bahagia. Namun, daftar itu belum juga Elbi tuliskan. Bukan berarti tidak ada yang membuatnya bahagia. Hanya saja, Elbi membutuhkan sesuatu yang lebih istimewa. Tidak hanya sekadar makan es krim, nonton, atau bersepeda. Tapi, apa?
"Tumben. Kakak Elbi belajar?"
Elbi langsung menoleh. Di sebelahnya sudah ada Anza yang sedang mencoba membaca tulisan pada agendanya. Elbi pun segera menutup agenda tersebut dan menjauhkannya dari Anza.
"Kapan kamu datang?" tanya Elbi.
"Barusan," jawab Anza. "Kakak Elbi terlalu fokus melamun, jadi nggak sadar kalau saya sudah ada di sini," lanjut Anza sebelum Elbi kembali bertanya karena tidak menyadari kedatangan Anza.
"Binno mana?" tanya Elbi lagi. Tidak mungkin Anza masuk ke rumahnya begitu saja. Pasti Binno yang membukakan pintu untuk Anza tadi.
"Lagi mengambilkan saya minum."
"Oh," Elbi menganggukkan kepalanya mengerti. Ia pun mengibaskan tangannya, mengusir Anza. "Ya udah, duduk di sana."
Sebenarnya, Anza masih penasaran dengan yang Elbi sedang lakukan. Akan tetapi, melihat Elbi tidak akan menjawab jujur jika Anza bertanya, maka Anza mengalah dengan duduk di depan meja yang sudah disiapkan Binno untuknya.
Tidak lama Binno datang dengan segelas air putih dingin sesuai permintaan Anza. Binno tampak tidak mempedulikan kakaknya yang kembali menekuni list-nya yang belum terisi. Bagi Binno, Elbi sudah biasa seperti ini. Sibuk sendiri dan ujungnya akan mengganggu Binno atau pergi tidur ke kamar.
"Mbakmu kenapa?" tanya Anza pada Binno.
Binno duduk tepat di sebelah Anza sambil menggedikkan bahu. "Nggak tau. Mbak dari kemarin begitu."
"Melamun?"
Binno mengangguk. "Sambil bawa itu," Binno menunjuk agenda Elbi. Agenda yang dihadiahkan Reka untuk Elbi sebelum berangkat kuliah ke luar negeri. Binno juga memiliki satu agenda yang sama dan tersimpan dengan baik di dekat meja belajarnya.
"Oh," Anza menganggukan kepalanya. "Mas kira Kakak Elbi belajar."
Binno tertawa mendengar ucapan Anza. "Belajar? Tanpa diomelin Mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Anza
Fiksi Remaja"Yakin lo cuma nganggep Anza kayak Binno?" Elbi mengangguk tanpa ragu. "Yakin?" Pertanyaan diulang. Elbi mulai memikirkan kembali. Iya. Benar. Benar begitu?