13 - Pelukan dibawah Senja.

253 15 0
                                    

Seminggu kemudian.

Hari ini keluargaku dan juga keluarga Mois akan pergi ke Daerah Selatan, Lankuin. Sekarang kami sudah berada diperjalanan menggunakan mobil milik keluarga Moin. Papaku dan Papa Mois duduk paling depan, Mamaku dan Mama Mois duduk ditengah, aku dan Mois duduk dipaling belakang.

Karena para orangtua yang sedang berbincang tentang hal yang kami kurang ketahui, akhirnya aku dan Mois mendengarkan lagu dari MP3 yang kubawa. Yang earphone berada disalah satu telinga kami. Kami sama-sama memandang keluar jendela. Menikmati pemandangan pepohonan ditepi jalan, bahkan angin dari luar terasa dikulit kami karena sengaja kaca mobil terbuka.

2 setengah jam kami berada dijalan, akhirnya kami sampai di Lankuin. Bisa terlihat pantai dengan ombak yang besar dari pinggir jalan, sangat indah dan menantang. Aku dan Mois tersenyum, tak sabar menghabiskan waktu disana. Mobil sudah terparkir dengan sempurna, kami semua turun dan mengambil barang-barang. Lalu, kami mencari tempat paling nyaman untuk duduk. Setelah dapat, kami langsung menggelar tikar diatas pasir dan mengeluarkan beberapa makanan.

Sedangkan Mois, Papanya, dan juga Papaku sudah berlari kearah pantai untuk bermain papan selancar. Aku tersenyum melihatnya. Aku, Mama, dan juga Mama Mois sudah duduk dan berbincang.

"Sky tidak ikut bermain papan selancar?" tanya Mama Mois sambil memakan apel.

"Tidak tante," kataku sambil tersenyum kikuk.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Dia ada trauma," jawab Mama, lalu Mama menceritakan kejadian waktu lalu.

"Oalahh, yasudah kamu disini aja sama kita ya. Ngeliatin mereka main," kata Mama Mois lalu melihat ke arah pantai, ternyata tiga lelaki itu sudah berperang dengan ombak.

Lalu, setelah itu Mama dan juga Mama Mois terlarut dalam obrolan mereka. Aku tidak mengerti apapun jadi aku hanya diam dan mendengarkan. Tapi, pembicaraan mereka membuatku bungkam.

"Nanti setelah lulus, Mois akan kuliah dimana?" tanya Mama.

"Rencananya dia mau keluar negeri," jawab Mama Mois. Aku langsung terdiam, hatiku mendadak sakit. Artinya, setelah lulus aku tidak akan melihatnya lagi, kita akan berpisah.

"Kalau Sky, nanti kuliah dimana?" tanya Mama Mois kepadaku, aku langsung menatapnya.

"Di Universitas Lankuin," jawabku. Itu adalah Universitas yang aku incar dari dulu, aku akan masuk ke jurusan Geografi dan Universitas itu adalah yang terbaik di negara ini.

"Wahh, itu bagus loh, semoga masuk ya sayang," katanya sambil tersenyum, aku pun juga ikut tersenyum.

1 jam kami bertiga para perempuan berbincang tentang hal yang penting sampai yang tidak penting. Akhirnya, tiga lelaki yang tadinya sedang bertarung dengan ombak itu menghampiri kami. Mereka sangat kelelahan, terlihat dari wajahnya jika mereka lapar. Kami yang perempuan berinisiatif untuk mengambil makanan untuk mereka bertiga.

"Wahh, Mois jago juga ya main papan selancar," puji Papaku. Mois tersenyum malu, "Ah biasa saja om, hehe."

"Ayo kita makan dulu," ajak Mama, lalu kami semua makan dibawah teriknya matahari.

Kita menghabiskan waktu dipantai sampai senja datang, para orangtua sudah berada dicafe dekat pantai. Sedangkan aku dan Mois duduk ditepi pantai menikmati senja.

"Ombaknya udah tenang, aku mau ajak kamu ketengah laut," kata Mois sambil menunjuk ke arah laut. Sangat indah? airnya memantulkan orangenya langit, diriku menjadi ingin sekali berada disana.

"Tapi tidak ada perahu, kita kesana naik apa?" tanyaku.

"Naik papan selancar, aku yang akan mendayung. Kamu tinggal duduk saja dan menikmatinya," jawabnya lalu berdiri dan memegang papan selancarnya yang tertancap dipasir.

Aku tersenyum dan mengangguk, lalu kami berdua berjalan beriringan menuju pantai. Kemudian aku dan Mois menduduki papan selancar dan ia mulai mendayungnya. Senyumku tak pernah pudar, aku sangat bahagia sekarang ini karena dapat bersamanya saat senja lagi.

Sekarang kami sudah sampai ditengah laut, bersama Mois dan sang surya terbenam. Diatas papan selancar, kami berdua duduk berhadapan saling melemparkan senyuman hangat. Ini adalah momen romantis dan tak akan pernah kulupakan.

"Kenapa kamu sangat cantik saat terkena sinar matahari?"

Aku tersenyum lalu menunduk malu. "Alam membagi kecantikkannya padaku," kataku sambil menahan tawa. Lalu, kami berdua tertawa.

"Jangan pernah tinggalkan aku," katanya lalu memelukku secara tiba-tiba, membuatku kaget dan membeku seketika.

Aku terdiam selama 2 menit, lalu aku membalas pelukannya, hangat. "Aku tak akan meninggalkanmu."

Lalu, kami menikmati waktu berdua dibawah langit senja, sambil mengobrol ringan. Alam, aku tambah mencintainya. Senja selalu tahu mana yang terbaik.

Matahari benar-benar tenggelam, kami langsung menuju kepinggir pantai dan Mois menancapkan papan selancarnya dipasir. Lalu, kami berdua menghampiri para orangtua yang masih berbincang dicafe. Kami tidak akan pulang hari ini, melainkan besok, kami akan bermalam dihotel pinggir pantai.

Hari ini adalah hari romantisku dengan Mois yang kesekian kalinya.

____________________

Senja tak pernah bohong,
ia selalu menjanjikan keindahannya setiap petang.
Bahkan ia berbagi kebahagiaan kepada setiap orang yang melihatnya.
Aku dan Mois terbagi kebahagiaannya.
Hari itu, aku dan Mois pertama kalinya berpelukan dihadapan senja.
Senja selalu menjadi saksi indahnya setiap momenku bersama Mois.
Aku akan selalu mencintaimu dan senja.

-Skyana Ocean-

_________________________

Alam dan Dia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang