Part 5 - Talented and lonely

2.4K 147 2
                                    

Tatapannya dalam dan tajam, tak banyak berkata-kata tapi banyak bertindak. Kalau yang kalian inginkan laki-laki ini memiliki fisik yang sempurna, maka kalian salah. Baginya sendiri, cover dari seseorang hanya untuk memikat saja, kalian tidak akan tahu isinya bagus atau buruk sebelum membacanya, sebelum mengenalnya.

I'm not perfect, but I will be perfect if beside you.
Derap langkah mendekat terdengar. Seketika mengalihkan renunganku akan suatu hal. Itu pasti salah seorang yang bekerja untukku.

Aku sering merenung bukan melamun. Berpikir yang bisa memunculkan banyak ide hingga tak bisa aku realisasikan dengan segera. Mulai dari karir, keluarga, kesehatan hingga masa depan. Aku selalu merencanakannya dengan benar.

Seperti kuliah ketika akan melakukan hal besar maka dibuatlah proposal. And I do that.

Proposal cintaku sudah jadi, sudah diuji dan tinggal menunggu revisi. Rasanya aku kembali mengingat memori ketika aku ujian proposal kemarin. Mendatangi seseorang yang lebih tua dan meminta anaknya.Aku sudah menunjukkan latar belakang, tujuan, dan skema hidupku di masa depan padanya. Tak ada komentar, ia hanya menatapku tajam selama hampir 5 menit. Jadi hingga sekarang belum ada revisi ujian proposal cintaku.

"Tuan, Javier meminta saya untuk mengingatkan anda agar membuka ponsel" Itu adalah suara asistenku, pengganti Javier.

Deg

Aku segera melangkah menuju nakas, dan sedikit tersenyum usai membaca isi pesannya.

"Mereka sudah siapkan makan malam Tuan," Tobi mengingatkan ku.

"Kalian, ikutlah makan."

***

Makan malam dimana seluruh penghuni mansion ikut duduk di meja makan, tanpa terkecuali. Semua pekerja rumahnya duduk dengan sedikit canggung, ini baru kali pertama pemilik rumah besar mengajak mereka makan bersama. Ada apakah ini? Semua pelayan pasti menanyakan hal itu.

"Makanlah", hanya itu kata yang keluar dari pria pemilik tinggi 181 cm. Suaranya datar, dingin dam berat.

Mereka saling menatap, apakah perkataan tuannya benar atau tidak.
"Aku tidak mengatakan dua kali, jadi segeralah mulai,"tambahnya lagi.

Asistennya pun yang paham akan situasi segera memberikan isyarat lewat mata agar memulai makan, "terimakasih tuan".

Para pelayan, bodyguard dan asisten lainnya mulai mengisi piring mereka, memakan hidangan kelas atas dengan porsi kecil dan mengambil bagian yang paling dekat saja.

Sementara itu, pemilik rumah besar hanya memandang para pekerjanya dengan raut wajah tak terbaca. Biasanya ia hanya menyentuh gelas susu khusus tanpa memakan hidangan lainnya.
Namun kali ini ia mengambil salad dan memakannya, itu pun sedikit lalu pergi menuju kamar dengan terlebih dahulu menghabiskan segelas susu.

"Apa yang terjadi dengan Tuan?"tanya seorang yang berumur 35 tahun.

"Bersiaplah, Nyonya besar kalian akan segera dihadirkan di rumah ini,"jelas Tobias. Seperti yang dia perhitungkan akan terjadi, smua mata melebar, tidak percaya apa yang dikatakan orang terdekat tuannya barusan. Seorang Dustin yang selama ini terlihat acuh, ternyata berniat juga membangun keluarga sendiri. Hampir semua orang yang mendengar kehabisan kata-kata.

"Jangan berbohong,"ancam seorang pelayan yang paling tua.

"Lihatlah beberapa bulan lagi, kau akan tahu Nyonya di rumah ini. Dan saat itu tiba, kalian tahu apa yg harus dilakukan". Nada bicaranya mengisyaratkan ancaman. Jangan coba-coba menyentuh calon istri Dustin. Karena apa, ia sangat tahu seberapa berniatnya kali ini bos besar.

Di dalam rumah besar itu, seorang pria hanya hidup bersama para pekerjanya. Tidak ada orang tua, saudara sekandung ataupun kekasih. Ia sudah seperti ini selama hampir 15 tahun. Menikmati semua jerih payahnya sendiri. Bukannya ia tidak ingin berumah tangga, ingin sekali. Tapi ia harus memilih seseorsng yang benar-benar terbaik dan ia inginkan. Tak ada kegagalan dalam hal ini, sekali memilih harus berhasil.

Dustin langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang super besar. Tidur di kamar utama yang sudah dia siapkan ketika awal membangun mansion ini. Mungkinkah sebentar lagi akan ada seseorang yang bisa menemaninya tidur di sini?

Jika kembali pada beberapa hari lalu dimana Dustin secara tak sengaja bertemu perempuan yang sedang menjadi targetnya, ia merasa senang namun tidak tahu harus bersikap seperti apa. Memandangi dari jauh sudah lebih dari cukup. Tapi menyentuh hingga memeluknya adalah hal yang tidak Dustin perhitungkan. Ketika mereka bertemu di bandara dalam keadaan terburu-buru. Ia benar-benar tidak sengaja menabrak seorang wanita, yang mana baru dia sadari itu adalah Jasmine.

Kekhawatiran jelas, itu mengapa refleknya langsung cepat menahan tubuh limbung Jasmine. Mereka tidak saling bertatapan karena Dustin pergi begitu saja. Ia belum siap muncul. Selalu ada rasa keraguan, takut dan cemas akan menerima penolakan.

Saat ini, Dustin terlentang menatap ke langit-langit, tanpa ekspresi dan sesekali berkedip. Entah apa yang dia pikirkan, yang jelas mimpi erotis selalu mendatanginya malam-malam. Apakah itu tanda jika Dustin begitu memfantasikan Jasmine?

Jangan lupa vote dan comment

Revisi 06042020

Jasmine For Dustin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang