"Paman?" Jisoo memanggil paman Hans yang berada di jok depan bersama sang supir.
"Iya Chu?"
Jichu, adalah panggilan masa kecil Jisoo. Dan Nini untuk Jennie.
"Apa paman tidak bisa mengantarku ke bandara sekarang?" Tanya Jisoo.
Paman Hans menggeleng. "Maaf Chu, paman takut pada tuan."
Jisoo menunduk, ia mengambil ponselnya sekarang. Mencari kontak seseorang dan menelponnya.
"Halo Jin?"
". . ."
"Bisa bertemu?"
". . ."
"Sekarang. Bisa?"
". . ."
"Di cafe biasanya saja ya?"
". . ."
"Ok."
Jisoo menutup telfonnya.
"Paman, antarkan aku ke cafe biasa ya." Pinta Jisoo.
"Ada urusan apa dengan Jin, Chu?" Tanya paman Hans.
"Membahas rencana untuk melindungi kekasihku paman. Bolehkan?"
Paman Hans tersenyum dan mengangguk. "Kau sudah besar Chu. Seperti baru kemarin kamu menangis karena berebut mainan dengan Jennie."
Jisoo sedikit terkekeh. "Paman aku ini adalah pembunuh. Psychopath pula. Gadis kecilmu ini tumbuh brutal."
"Gadis kecil ku tetaplah gadis kecil ku."
* * *
Jennie, Lisa dan Rose sedang menunduk dibalik bench kasir dengan penuh rasa takut. Namun Jennie masih bisa tenang. Ia sudah biasa dalam situasi ini.
Setelah sebuah suara peringatan dari toa terdengar 10 menit yang lalu, Jennie yang sedang melihat biji kopi yang disimpan Lisa dibawah bench terus mengawasi keadaan luar dengan hati-hati.
"Sayang! Sebenarnya apa yang terjadi?!" Tanya Lisa berbisik namun dengan nada membentak pada Jennie.
Jennie pun menggeleng. Rose sudah berada di pelukan Lisa sekarang. Bitch please! Mereka benar-benar takut. Puluhan orang bersenjata berada di luar sana. Namun anehnya kenapa tidak ada polisi satupun yang datang.
"Sayang, kau asli Thailand kan?" Tanya Jennie dan diangguki oleh Lisa.
"Ada apa memangnya?"
Jennie tidak menjawab. Ia mencari ponsel nya. Menghubungi seseorang.
"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan ha?!" Jennie marah marah.
"Aku dikurung kakek di Paris. Dan tidak bisa kembali ke Korea. Semua akses ku di blok kakek Jen!"
Jisoo menyambar pertanyaan Jennie.
"RCA sedang darurat bodoh! Aku, Lisa dan calon kakak iparku dalam bahaya!"
"Apa yang terjadi? Kau tidak bisa mengendalikan keadaan disana huh?"
Jennie memutar bola matanya Jengah.
"Kau bodoh sekali sih! Bagaimana bisa aku melawan bang Hoseok seorang diri?!"
"Bang Hoseok disana?! Shit!"
Tutt tuttt
"Sial! Malah dimatiin!" Umpat Jennie.
"Jen sebenarnya ada apa?" Tanya Lisa lagi.
Jennie mengintip untuk melihat keadaan. Ia menoleh pada Lisa, "Jisoo, kemarin diberi misi oleh kakek."
"Untuk membantai seluruh keturunan orang yang telah membunuh appa dan eomma kami."
Lagi-lagi Jennie melihat keadaan sekitar. Sudah jam 9 malam dan kafe tidak ada pengunjung karena Rose sengaja tutup lebih awal.
"Dan orang itu adalah Tuan Park. Appa Rose."
Deg.
"Ja-jadi Jisoo akan membunuhku?" Tanya Rose. Dia sudah menangis sekarang.
"Tidak. Dia tidak bisa membunuh cinta pertama dan terakhirnya. Dia di kurung kakek di Paris. Dia tidak bisa kemana-mana."
"Lalu? Jisoo bagaimana?" Tanya Lisa.
Jennie mengangkat bahu. "Dia pasti sudah came out ke kakek tentang hubungan kalian dan menentang kakek adalah jalan satu-satunya. Yang berarti nyawa Jisoo terancam 100× lipat. Kuasa kakek sangat mutlak."
Lisa tiba-tiba teringat sesuatu. Ia merogoh sakunya. Mengambil benda persegi panjang dan mempergunakannya sebagaimana mestinya.
"Halo?"
". . ."
"Chan? Bisa bantu aku?"
* * *
Jisoo sedang gusar duduk didepan Jin. Dia baru saja di telfon oleh Jennie dan memberitahu bahwa bang Heseok ada di RCA.
Bisa bisa nyawa mereka terancam.
"Cepatlah Jin..."
Jin masih fokus mengotak-atik laptopnya.
"Done! Penerbanganmu 10 menit lagi di jalur 3. Kajja!" Jin membereskan laptopnya lalu berdiri bersama Jisoo, Jin meninggalkan uang beberapa dollar di atas meja.
Jisoo dan Jin memasuki mobil, "Paman tolong ke bandara sekarang."
Paman Hans mengangguk. Ia memutuskan untuk membantu Jisoo walaupun nyawanya ditaruhkan.
Jisoo dan Jin memasuki bandara dan menuju pesawat mereka.
* * *
Jennie sudah memegang revolver yang selalu ia bawa di samping celananya. Ia, Lisa dan Rose hendak melarikan diri dari kedai dari pintu belakang.
Sialnya, Rose menjatuhkan dripper V60 kesayangan bang June dan tentu saja menarik perhatian orang bersenjata di luar sana.
Dan terjadilah,
Bang Hoseok memerintahkan tembakan dan puluhan peluru berterbangan menembus kaca besar di depan kedai.
"LISA BAWA ROSE KELUAR SEKARANG!"
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Jennie berdiri dan ikut menembak balik ke arah luar. Tentu saja itu tidak begitu berarti. Tembakan Jennie hanya sebagai pengalih perhatian.
"T-tunggu! Itu Jennie! Berhenti menembak!" Perintah Hoseok pada anak buahnya.
"Baguslah." Gumam Jennie. Ia langsung berlari menyusul Lisa dan Rose yang sudah keluar dari pintu belakang.
"Sial! Hanya pengalih perhatian! Cepat kejar mereka!" Seketika semua orang masuk kedalam mobil sedan hitam dan menancap gas untuk mengejar Rose. Karena sasaran mereka adalah Rose.
"Jennieyaa palli!! Palliii!!!" Teriak Chan dari dalam mobil sambil membukakan pintu mobil agar Jennie segera masuk ke dalamnya. Lisa dan Rose sudah duduk di jok belakang.
"Let's go so fucking fasstt Chann!!" Umpat Jennie bersemangat. Sudah lama dia tidak seperti ini.
"Santai girls, kita akan bersenang-senang sekarang!"
-
Maafkan judulnya😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Sisters
AksiKim Jisoo dan Jennie Kim. Dua saudara yang memiliki alter ego dan merupakan seorang psychopath, harus memilih pilihan yang penting di hidup mereka untuk pertama kali. Antara keluarga, atau cinta? Keluarga, atau Rose dan Lisa? Jika bisa, mereka akan...