My Friend's Friend...Is My Friend Too?

1.2K 2 2
                                    

Hari ini Ully tidak pergi menjenguk Ogie, dia harus ke rumah Lina untuk mengerjakan tugas. Lagipula dia malas kalau nanti dia diikuti lagi oleh Isa. Sampai sekarang, Isa masih belum cerita padanya, ditambah lagi dengan kejadian itu di kamar dengan Ogie, semuanya membuat Ully jadi malas berhadapan dengan Ogie. Tapi betapa kagetnya dia ketika dia tahu bahwa ternyata Ogie sudah pulang dari rumah sakit dan sekarang ada di rumahnya Lina.

Begitu Ully datang, dia dikenalkan dengan papanya Ogie yang baru pulang kemarin pagi. Selama ini beliau bekerja di sebuah perusahaan swasta di Kalimantan, dan hanya bisa pulang ke Jawa 2-3 kali setahun dikarenakan terbatasnya waktu cuti. Karena itulah kalau masa liburan sekolah tiba, Ogie beserta mama dan adiknya akan pergi ke Kalimantan untuk mengunjungi papanya. Jadi papanya bisa menggunakan waktu cuti untuk mengunjungi keluarganya sewaktu anak-anak sekolah tidak libur.

Kali ini, papanya Ogie sengaja mengambil cuti selama 4 hari khusus untuk menjenguk Ogie. Beliau tidak bisa langsung mengambil cuti begitu mendengar kabar tentang musibah yang Ogie alami, karena masih mempunyai tanggungan sebuah proyek. Beliau yang bertindak sebagai Project Leader tidak bisa begitu saja mengesampingkan tanggung jawabnya.

“Oh…ini yang namanya Ully?” sapanya. “Ayo, ayo makan. Sudah makan belum? Lin, ajak makan sana.”

“Udah makan kok, Om.” jawab Ully terus terang.

Ya, begitulah sapaan anak muda terhadap orang tua di luar Jawa. Kalau orang Jawa biasanya akan memanggil dengan sebutan ‘Pak’ atau ‘Bu’, tetapi kalau kita ke luar Pulau Jawa biasanya sebutan itu akan berubah menjadi ‘Om’ dan ‘Tante’.

“Iya Om, kita udah makan.”

“Wah, sayang sekali. Padahal kan biar sekalian makan bareng sama Ogie.”

“Jam segini Ogie belum makan?” tanya Lina.

“Belum, tuh. Biasa, lagi sakit jadi manja banget. Makan aja harus dianterin ke kamar, kayak di hotel aja. Haha.”

Hehe. Ully cuma bisa ikut meringis mendengarnya. Dari luar papanya Ogie ini kelihatan seram, tapi sepertinya beliau punya selera humor yang cukup bagus.

“Lin, Om bisa minta tolong? Tolong sekalian antarkan makanan ini ke kamarnya Ogie. Kamarnya Lina kan di sebelah kamar Ogie. Om, harus keluar sebentar.” kata papanya Ogie ketika melihat Ully dan Lina berjalan menuju kamar Lina. Tugas kali ini harus di-print, dan printernya ada di kamar Lina, jadi sekalian saja mengerjakan tugasnya di kamar Lina.

“Oh iya Om, nggak apa-apa.”

“Makasih ya, Lin.”

Lina pergi ke kamar Ogie sendirian, sedangkan Ully disuruh segera menuju ke kamarnya.

“Papa yang nyuruh kamu bawa makanan itu ke sini, ya?” tanya Ogie begitu melihat Lina masuk ke kamarnya. “Ck…”

Semenjak Ogie dan keluarganya ‘pindah’ ke rumah Lina, ruang kosong rasanya hampir tidak ada. Kamar kakak dan kakak sepupunya yang biasanya hanya dihuni untuk berdua jadi harus ditambah extra bed karena mereka harus berbagi dengan Ogie. Dan kamar Lina yang biasanya hanya dia gunakan sendiri jadi harus dia gunakan bersama tantenya. Sedangkan kamar tantenya untuk sementara digunakan oleh mamanya Ogie dan Vanya.

Cuma Kamu...Titik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang