Dear, future husband (1)

1K 98 16
                                    

Jaehyun mendesah. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan pada kakaknya itu. Sudah sebulan lebih, dan Yoona belum menunjukkan tanda-tanda akan bercerita kepadanya. Sejak gadis yang lebih tua dua tahun darinya itu terbangun dari tidur panjang selama satu tahun lamanya, Yoona menjadi lebih pendiam daripada biasanya dan mengurung diri.

Terkadang, Jaehyun akan mendengar suara tangis yang tersendat-sendat dari kamarnya. Awalnya Jaehyun pikir bahwa itu karena Yoona terlalu merindukan kamarnya yang sudah ditinggalkan cukup lama. Namun tidak pada malam-malam berikutnya, saat Jaehyun tak senagaj lewat di depan kamar kakaknya dan mendengar Yoona menangis seraya menyebut nama orang asing yang belum pernah di dengar olehnya.

Siwon.

Siapa pria itu?

Siapa pria yang selalu Yoona sebutkan dalam tangisnya selama sebulan ini. Sungguh, Jaehyun penasaran akan hal itu. Dia ingin menemui pria itu dan menanyakan, hal apa yang terjadi di antara mereka berdua. Apakah mereka pernah menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih dan putus di tengah jalan atau bagaimana?

.

25 Desember 2019.

"Kau ingin mencoba wahana apa, Yoona?" tanya Sooyoung, seraya menatap sekeliling, melihat berbagai wahana yang ada di taman bermain ini. Sedang teman-teman mereka sudah menyebar ke seluruh sudut taman bermain untuk mencoba semua wahana dan berfoto.

Tidak seperti anak-anak lain yang lulus SMA kemarin yang merayakannya dengan pergi ke klub atau meminum alkohol pertama mereka, Yoona dan teman-teman sekelasnya memutuskan untuk merayakannya dengan bermain di taman bermain. 'Setelah 2019 berakhir, kita akan resmi menjadi orang dewasa. Maka kita harus nikmati masa-masa akhir remaja ini dengan bersenang-senang di taman bermain sebelum nanti kita harus bekerja, atau masuk wamil, atau pun yang akan pergi kuliah', itu adalah kata yang diucapkan oleh Minho, sang ketua kelas saat memutuskan ide ini.

"Bagaimana kalau rumah hantu?" tanya Yoona memberi usul.

"Ini masih siang." jawab Sooyoung seraya memutar bola matanya.

"Memangnya kenapa?"

"Efek seramnya kurang terasa," ucap Sooyoung. Kemudian matanya berhenti pada satu wahana. Sooyoung menarik tangan Yoona seraya menunjuk ke arah wahana yang ingin dia naiki. "Kita naik roller coaster saja!" ucapnya terlampau semangat.

"Apa? Tidak! Aku tidak mau menaiki permainan gila itu!" protes Yoona, namun tidak didengarkan oleh sahabatnya itu. Yoona itu takut ketinggian ditambah lagi, ketika dia sampai di arena wahana itu dan melihat ke atas. Melihat kereta itu melaju dengan sangat lambat saat naik, lalu turun dengan sangat cepat, dan berputar mengikuti rel ditambah dengan teriakan manusia-manusia yang menaikinya. Yoona tambah bergidik ngeri. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

.

"Teruslah tertawa, Choi!" marah Yoona seraya kembali menunduk dan mencoba mengeluarkan isi perutnya, walau yang keluar hanya air ludahnya saja.

Sooyoung tak henti-hentinya untuk tertawa dengan sangat keras. Anggaplah dirinya jahat karena mentertawakan teman di saat temannya sedang kesusahan. Memang siapa yang tidak akan mentertawakan Yoona jika melihat keadaan gadis berusia sembilan belas tahun itu sekarang. Terduduk di depan pintu masuk wahana roller coaster setelah turun dari wahana tersebut. Terutama untuk wajahnya yang pucat pasi, seperti baru saja diajak lari marathon.

"Kau seperti habis lari marathon saja." decak Sooyoung yang akhirnya membantu memijat leher Yoona dan memberikan sebotol air untuk diminum sahabatnya itu.

"Ya, jantungku yang habis lari matathon." ketus Yoona. Berdiri setelah dirasa pusing yang dia alami sudah berakhir. Hari ini akan masuk dalam catatan buruk milik Im Yoona, di mana dia tidak akan lagi menaiki wahana itu lagi sampai kapan pun. Bahkan jika nanti dia akan pergi berkencan dengan kekasihnya kelak dan kekasihnya itu mengajaknya untuk naik wahan itu lagi, maka Yoona tak akan segan untuk memutuskan hubungan mereka saat itu juga.

"Maafkan aku. Aku kira kau tidak akan setakut ini." ucap Sooyoung meminta maaf.

"Hanya orang gila yang tidak takut."

"Oke, oke. Daripada kau marah-marah nanti darah tinggi. Bagaimana kalau kita bermain lagi."

"Tidak ada wahana yang menyeramkan lagi." syarat Yoona sebelum menyetujui.

"Oke," angguk Sooyoung.

Yoona akhirnya pasrah mengikuti ke mana Sooyoung akan membawanya pergi, asalkan tidak naik wahana seperti tadi lagi. Dahinya berkerut bingung ketika mendapati dirinya berdiri di antara orang-orang yang sedang mengantri entah untuk apa. Yoona menengok ke atas, menatap ke arah papan yang ada di atas stand tempatnya berdiri kini.

"Kau ingin meramal masa depanmu?" tanya Yoona tanpa melepas pandangannya dari papan di atas sana.

"Ya. Aku ingin tahu, apa yang akan peramal itu katakan untukku di masa depan." ucap Sooyoung semangat.

"Kalau tidak sesusi dengan keinginanmu bagaimana?"

Sooyoung diam sejenak kemudian menatap Yoona dengan tersenyum. "Maka aku akan mengubahnya seperti yang aku inginkan."

.

Suara gelas berdentingan mengisi kedai tersebut. Setelah puas bermain-main di taman bermain, Yoona dan teman-temannya berakhir di sebuah kedai di pinggir jalan dengan memesan beberapa botol soju, ayam goreng, dan ceker ayam. Karena usia mereka sudah legal, jadi tak masalah untuk mereka meminum minuman berlkohol seperti itu.

Beberapa di antara mereka sudah ada yang teler, mungkin karena ini pertama kalinya mereka minum dan toleransi mereka rendah untuk alkohol. Seperti Yoona yang pandangannya sudah mulai kabur padahal dia hanya minum dua gelas kecil. Dia benar-benar payah untuk hal ini, pikirnya.

"Sepertinya sudah cukup... hik..." ucap Minho diselingi cegukan. Menatap temannya yang beberapa masih meneguk soju di gelas mereka. "Kita harus pulang... hik... aku akan memesankan kalian taksi... hik..." kata Minho lalu mengeluarkan ponselnya dan memesan beberapa taksi untuk membawa teman-temannya yang sudah mabuk berat. Sedangkan yang tidak bisa pulang sendiri.

Setelah menunggu selama 10 menit, akhirnya sepuluh taksi datang ke kedai. Yoona yang menjadi salah satu orang yang paling mabuk pun akhirnya naik taksi terakhir setelah Minho membayarkan uang taksi dan juga mengatakan ke mana dirinya harus di antarkan.

Yoona sesekali memejamkan matanya seraya bersandar pada kursi penumpang. Kepalanya terasa sangat sakit, efek yang semua orang akan rasakan ketika pertama kalinya mencoba minum. Dahinya mengenyit ketika mendapati ada cahaya yang sangat terang mengarah ke wajahnya. Awalnya Yoona abaikan hal itu, namun lama kelamaan cahaya itu semakin terang bersamaan dengan tubuhnya yang menabrak kursi depan dengan sangat keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear, Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang