Kalau pengakuan membuat jauh, berarti dari awal salahku karena terlalu terbuka. Tapi sepahit apapun itu, aku tidak menyesalinya. —Adam
— — —
Adam dan Fajar adalah teman dekat. Pertemuan pertama mereka di sebuah tempat les, dimana saat itu Adam adalah murid baru dan Fajar sudah lebih dulu les disana.
Adam anak yang pendiam, tidak banyak cakap tapi mau memaksakan diri untuk beradaptasi. Walau begitu dia susah membuka obrolan dengan yang lain. Berbeda dengan Fajar, walau dia orang yang irit kata tapi pertanyaan selalu muncul darinya.
"Asalmu dari mana, Dam?"
"Semarang. Kamu?"
"Oh! Aku Surabaya. Kok pindah kesini?"
"Ikut orangtua."
"Oh! Masuk sekolah mana?"
"SMK 7..."
"Lah aku sekolah disitu, kapan masuk?"
"Baru lusa kok."
"Oh!"
Tidak ada yang istimewa. Baik Adam maupun Fajar. Seperti kebanyakan anak laki-laki pada umumnya.
Adam memiliki postur tubuh sedikit lebih pendek dari Fajar. Warna kulitnya juga lebih putih. Rambutnya halus alami berwarna hitam legam dan hidung mancung yang kecil. Bibirnya tidak merah tapi sedikit pink dan entah kenapa selalu basah. Berbeda dengan Fajar, tubuhnya lebih tegap dan kekar. Warna kulitnya tan dan raut wajahnya terlihat lebih macho dibanding Adam.
Sejak Adam masuk SMK 7, Fajar sering bersama Adam. Kebetulan Adam masuk di jurusan yang sama dengannya.
Basket, sepak bola, renang, bahkan membolospun Fajar lengket dengan Adam.
Dan dunia malam pun tak luput dari gerilya dua anak laki-laki ini. Fajar yang lebih duly mengenalkan Adam tentang club. Tentang minuman alkohol juga rokok. Adam tidak merokok, hanga saat bersama Fajar saja dia melakukannya.
Hingga akhirnya mereka naik kelas 3.
"Jar, aku mau ngomong deh."
"Paan?"
"Aku suka kamu."
Hening, ada jeda disana. Adam menatap Fajar seperti biasanya. Pun Fajar menatap Adam, namun tak biasa.
Kelu, mungkin.
"Santai, Jar. Aku cuma ngomong aja kok. Gak ada maksud lain." Sahut Adam cepat, menghisap rokoknya dalam. Asap tebal menutupi wajahnya.
Fajar tetap diam.
Sampai rokok ditangan Adam habis Fajar memilih diam. Adam tahu apa yang diperbuatnya. Dia hanya tersenyum kemudian berdiri dan menepuk bahu Fajar.
"Aku tetap Adam yang kamu kenal."
Dan Adam pergi, meninggalkan Fajar dengan pikirannya sendiri.
Yang Adam tahu, setelah hari ini tidak ada lagi hari esok untuk mereka berdua. Adam tahu.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ L O S E ❞
Teen Fiction❰ Love has no gender ❱ Tidak ada yang tahu bagaimana cinta itu bisa muncul, kapan dan dimana. Bisa pada pandangan pertama, bisa juga karena rasa nyaman. Pindah ke Semarang telah mengubah seluruh kehidupan Adam. Waktu yang singkat dan karena terbiasa...