Happy reading
🍁
Satu minggu sudah berlalu, Ayana tetap menjalani hari harinya seperti biasa. Hanya saja tidak ada seorang Sagara yang selalu mengganggu dan memberinya bekal, entah kemana perginya Sagara hingga berhari hari tidak bersekolah. Ini bukan sifatnya sama sekali, ia adalah murid teladan membolos bukan salah satu kebiasaan ataupun hobinya.
Ayana mendudukan dirinya di bangku, ia mengambil buku buku di dalam tasnya. Saat ia menoleh kedepan ia sedikit terkejut dengan kedatangan seseorang tak di undang.
"Pagi Ay, kangen aku enggak?."
Sapaan itu membuat Ayana hampir melengkungkan bibirnya, namun cepat cepat ia urungkan."Nggak."
Jawab Ayana datar."Enggak salah, pasti gitu maksudnya."
Pria tampan itu terkekeh dengan argumennya sendiri, siapa lagi yang akan usil dengan Ayana kecuali Sagara?"Ini bekelnya, maaf seminggu lebih aku enggak bawain kamu bekel abis udah kayak mau mati sih jadi aku nggak bisa kesini."
Mati?
Ayana memandang netra gelap pria itu.
"Mati?."
Tanyanya lagi.Sagara hanya mengangguk lesu.
"Kenapa enggak mati sekalian aja, disini juga cuma bikin sampah."
Sagara sama sekali tidak marah, dia tau Ayana memang tipe pendiam dan berhati dingin.Sagara nyengir lebar, ditatapnya wajah ayu Ayana. Gadis cantik dengan sejuta misterinya.
"Aku ke kelas dulu ya, nanti aku jemput kalo mau ke kantin."
Tidak ada jawaban sama sekali dari Ayana, Sagara melambaikan tangannya sebelum keluar dari kelas Ayana.
🍁
Tidak ada kata pergi ke kantin untuk Ayana kalau tadi pagi dirinya sudah sarapan, seperti saat ini dirinya lebih memilih membaca buku di rooftop sekolah sambil memandang luasnya kota Jakarta.
Sesekali Ayana memjamkan matanya, di situasi gelap itulah dirinya merasa sesak dan ketakutan. Dirinya lemah kala itu, tidak bisa walau hanya sekedar melawan mengatakan "jangan", semua tidak adil baginya.
"M e l a m u n."
Ayana sedikit tersentak, dipandangnya lelaki yang sudah sebulan terakhir ini selalu mengganggunya.
"Gabaik melamun Ay."
Ayana memutar matanya jengah."Buta? Gue nggak ngelamun, gue merem."
Jawabnya ketus."Ay akutu nyamperin kamu ke kelas malah kamu kabur kesini."
Gaya bicara Sagara manis seakan akan Ayana adalah kekasihnya saja."Urusannya sama lo apa."
Bukan seperti pertanyaan namun lebih kepada penegasan agar Sagara sadar diri dia itu bukan orang spesial bagi Ayana, untuk sekarang siapa tau besok sudah berubah."Urusan lah Ay kan kamu tanggung jawab aku sekarang."
"Najis."
Ketus Ayana."Ay sama calon suami nggak boleh ngomong najis, emang aku anjing apa."
Protes Sagara."Ngaca sana biar lo tau muka lo mirip apaan."
Ayana langsung bangkit meninggalkan Sagara yang memegangi wajahnya dengan kedua tangan."Ay aku ganteng lo."
"Ay...!"
🍁
"Udah pulang anak mommy."
Ayana terswnyum singkat, seraya mengangguk."Nggak ada masalah kan honybun?."
Ayana diam, dia hanya menggeleng lalu berjalan meninggalkan ibunya masuk kedalam kamar."Ayana pasti masih trauma."
Devan memeluk tubuh kecil istrinya itu."Semua karena salah kita, aku harus lebih memperhatikannya sekarang baby."
Devan mengangguk setuju."Putrimu itu mempunyai karisma yang sama dengan ibunya."
Jelas Devan sambil mengecup singkat bibir Valen, Valen tersenyum tipis."Akan kuhabisi siapa saja yang sudah menyakiti putri kita."
Di dalam kamar Ayana memegang sebuah gelas dengan tangan gemetar, ia mengambil obat itu dan di tenggaknya. Wajahnya berganti murung, semua tidak seperti yang di inginkannya.
Wajah pucat Ayana benar benar membuat dirinya sendiri menghilangkan tatapan dingin itu, perlahan lahan mata indah itu tertutup.
🍁
Haiii apa kabar kalian? Maaf ya udah lama banget nggak up, buat kalian yang suka cerita ini vote dan komen ya. InshaAllah bakal lebih lancar up.
Tembus 50 komen lanjut next chapter ya 🙌
Terimakasih
Anandahumairarazaq™
(Rabu, 04 Desember 2019, 12:44)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho
Tiểu Thuyết ChungTidak semua yang cantik itu berlaku baik, layaknya setangkai mawar yang sangat mempesona namun bisa melukaimu kapan saja. @Anandahumairarazaq™