Tak Sepahit Kopi Hitam

39 7 31
                                    

"Heeeeeeiiiii !! Awas !! Awas !! Awwaaaaaassssssss !!"

"Eh ?? HHHUUUUWWWAAAAA !!"

BBBRRAAAKKK !!

Tanpa dapat dicegah, seorang lelaki pengendara sepeda tiba-tiba kehilangan kendali dan menabrak pejalan kaki yang tengah melintas dipersimpangan jalan sore hari itu. Tak ayal lagi seorang gadis cantik berpakaian formalpun menjadi korban.

"Haduuhhh... Sakit... Hey ! Kalau di jalan yang bener dong ! Ga bisa naik sepeda, ya ga usah naik sepeda ! Gimana sih ??!"

"Sorry... Tadi 'kan aku dah teriak - teriak, kamunya aja yang ga dengar. Makanya kalau jalan jangan sambil melamun..."

"Hah ??!"

Riri Amisona, gadis yang tengah kesakitan itu langsung mendongakkan kepala tak percaya ketika mendengar kalimat bantahan dari pria yang menabraknya itu. Jelas sekali jika lelaki itu berniat mengelak dan terlihat membela diri, bukankah seharusnya dia minta ma'af ??

"Eeeeehhh dasar ! Jadi kamu nyalahin aku ?? Bagaimanapun juga kecelakaan ini terjadi gara – gara kamu ! Kamu yang buat kakiku luka dan ga bisa jalan ! Sakit tau !! Tanggung jawab dong !" cerocos Riri tak terima.

"Haaahhhh... Baiklah... Baiklah... Meski kecelakaan ini terjadi bukan karena kesalahanku... Tetapi aku akan tetap bertanggung jawab. Aku bukanlah si Raja Tega yang akan dengan mudahnya meninggalkan gadis  terluka parah di pinggir jalan seperti ini. Kedaiku ada di sekitar sini, aku akan mengobati lukamu disana..." jawab sang pria dengan sedikit lebay, tanpa memperdulikan tatapan tajam Riri.

_ooooOOOO00000OOOOoooo_

Dan disinilah Riri berada sekarang. Sebuah kedai kopi kekinian dengan ruangan yang cukup luas bernuansa kecoklatan dan dinding yang dipenuhi lukisan bertema kopi. Kursi dan meja berbahan kayu berukiran unik diatur sedemikian rupa hingga terlihat semakin menarik. Beberapa rak buku sengaja diletakkan di setiap sudut ruangan guna menemani pelanggan yang mungkin saja berniat membaca sambil bersantai sembari menikmati secangkir kopi. Ditambah lagi dengan alunan musik yang mengalun merdu memenuhi ruangan, membuat siapapun yang mendengarkannya akan merasa rileks seketika. Sungguh sebuah ruangan yang mampu menawarkan kenyamanan dengan segala fasilitasnya yang lengkap. Tidak heran jika yang datang menjadi betah berlama – lama di tempat ini. Namun anehnya, hingga hari beranjak semakin sore, belum ada seorang pelangganpun yang mampir ke warung yang juga dilengkapi dengan fasilitas Free Wifi ini.

Puas memandangi seisi ruangan, tatapan Riripun beralih pada lelaki yang tengah sibuk mencari kotak P3K di balik Pantry Coffee Station minimalis itu. Aditya, begitulah nama yang tercetak pada celemek yang dikenakannya.  Lelaki tampan berwajah hitam manis itu segera menghampiri Riri dengan kotak P3K dan secangkir kopi hitam di tangan.

"Awwwh... Pelan – pelan dong ! Sakit banget tau ! Perih..." rintih Riri hampir menangis ketika Adit mulai mengoleskan antiseptik ke lutut gadis itu yang terluka dan sedikit mengeluarkan darah.

"Hhhhaaahhhh... Cuma luka sekecil ini saja kamu sudah menangis ?? Cengeng !!" kata Adit mengejek dengan nada dan ekspresi wajahnya yang datar.

"Apa ??!" Riri berteriak geram. Kelakuan pria dihadapannya ini sungguh membuatnya kesal.

"Sebenarnya apa salahku sih ??! Mengapa hari ini kesialan tak berhenti menimpaku ! Mulai dari mendapat peringatan keras dari bos, padahal... Bukan aku yang melakukan kesalahan dalam tim ! Belum lagi Riyan yang mengabaikanku seharian ini. Entah mengapa pacarku itu tidak menjawab dan membalas pesanku ! Dan sekarang yang lebih parahnya lagi... Aku ditabrak oleh orang yang sangat menjengkelkan seperti kamu !!"

Tak Sepahit Kopi HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang