PART 4

24 6 0
                                    

Jika ekspetasi tak sesuai dengan realita, jalani saja dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ekspetasi tak sesuai dengan realita, jalani saja dulu. Setelah itu, waktu yang akan mengurusnya.

W J Mild as Kesha Alice.

--

KESHA sama seperti gadis lain pada umumnya. Dan Kesha bukan gadis-gadis super seperti di film Avangers.

Kesha tetaplah Kesha. Gadis yang bisa senang, marah, kecewa, sedih, bahkan juga bisa ber-ekspetasi.

Contohnya, saat Kesha memiliki ekspetasi di sekolah barunya itu. Kesha berpikir bahwa sekolah baru akan membawanya ke pengalaman seru.

Bertemu dengan teman baru, berkenalan dengan mereka, berjalan bersama menuju kantin, lalu akan makan bersama sambil bertukar cerita.

Ber-ekspetasi memang mudah, bukan? Tak sesulit saat kalian mengerjakan soal Fisika yang harus menguras banyak pikiran dan tenaga.

Bagi Kesha ber-ekspetasi di dunia baru memang mudah, tapi tak semudah menghadapinya. Apalagi disaat ekspetasi tak selalu sesuai dengan realita.

Tok tok tok.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Kesha. Kesha beranjak pergi untuk membukakan pintu kamarnya.

"Makan malam, yuk! Ditunggu dibawah tuh, sama papa," ucap Dina dengan senyumannya.

Malaikat tak bersayap ini memiliki nama Dina. Iya, sosok bunda yang telah melahirkan Kesha.

Bagi Kesha, Dina orang pertama yang paling mengerti keadaannya. Bukan lelaki yang membuat hati Kesha selalu tersentuh, melainkan Dina, ibundanya.

"Ma..." Kesha memeluk Dina yang masih berdiri di depan pintu.

"Kenapa, sayang?" Tanya Dina heran. Raut khawatir sudah tercetak jelas di wajah Dina.

Kesha melepas pelukannya dan menarik tangan Dina menuju kasur empuknya. Iya, Kesha ingin sekali menceritakan apa yang sudah terjadi dengannya.

"Mama pernah nggak ketemu sama cowok kurang ajar?" Tanya Kesha.

Apa?

Dina bahkan ingin tertawa dikala Kesha melontarkan pertanyaan tidak jelas itu. Untuk apa putri kecilnya menanyakan hal konyol?

"Hm... maksud Kesha, cowok brengsek gitu, Ma. Yang ngeselin gitu," ucap Kesha meyakinkan.

"Kamu kenapa, sih, sayang?" Dina terkekeh melihat wajah Kesha. "Memangnya kamu abis ketemu sama cowok ngeselin? Ada-ada aja kamu."

Dina mengacak-acak rambut Kesha gemas. "Ih, mama. Kesha serius, ma. Ayo ma, jawab, ih," rengek Kesha.

"Nanti dulu, ya, sayang. Sekarang makan dulu. Udah ditungguin papa, lho."

Kesha pun mengangguk pasrah saat tahu mamanya tak memberikan jawaban. Mereka berdua pun turun dari lantai atas menuju ruang makan.

"Hai, pa," sapa Kesha sambil menarik kursi lalu duduk tepat dihadapan papanya.

"Halo, sayang. Gimana sekolah barunya? Suka? Pasti udah dapet teman baru. Iya 'kan?"

Runtutan pertanyaan Adit yang sedari tadi membaca koran, membuat Kesha semakin badmood.

Aditya, papa Kesha. Orang kedua yang Kesha cintai setelah bundanya. Adit sudah menjadi pahlawan super di kehidupan Kesha. Bagaimana tidak? Adit rela memberikan segalanya kepada dua malaikat yang ia sayangi, Dina dan Kesha.

"Ya, gitu deh," Ucap Kesha seadanya.

Adit tersenyum kecil melihat putrinya. "Kalau ada apa-apa, ceritanya ke bunda sama papa aja. Jangan ke orang lain."

Adit bisa membaca pikiran Kesha hanya dari raut wajahnya yang tidak mengenakkan saat membicarakan sekolah.

"Papa kok tumben pulangnya secepat ini?" Tanya Kesha mengalihkan pembicaraan.

Adit memang sering pulang begitu larut, karena ia merupakan manajer di perusahaan ayahnya. Jadi wajar saja jika Kesha menanyakan hal ini kepada Adit.

"Ya, syukur dong kalau papa pulang lebih cepat. Memangnya, Kesha nggak suka liat papa dirumah?" goda adit.

"Ih, papa. Bukan gitu, pa. Kesha lagi kepo aja," timpal Kesha dengan memanyunkan bibirnya.

"Kebetulan kerjaan papa selesai semua, jadi ya, papa pulang dong. Lagian papa kangen sama kalian berdua," balas Adit sambil menoleh kearah Dina yang sudah duduk di samping Adit.

"Hm, mulai deh," cibir Kesha yang disusul tawa olehnya.

Walaupun keluarga mereka masih dibilang begitu kecil, tapi mereka sangat bersyukur. Apalagi dengan Kesha. Ia tahu, tak akan ada yang sebahagia dirinya jika sudah berkumpul dengan keluarganya.

"Bik Sri mana? Udah laper, nih," tanya Kesha sambil melihat sekelilingnya.

"Sabar dong, Bik Sri kan masih nyiapin makanan di dapur," kata Dina lembut.

"Oh, hehe," Kesha terkekeh dan Adit hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Nah, itu Bik Sri," Kesha tersenyum lebar sambil menunjuk kearah Bi Sri yang membawa makanan.

"Bik Sri ikut makan juga, ya sama kita," tawar Adit.

"Iya, bik. Jarang-jarang lho kita makan bareng," kata Kesha.

"Iya non," Bi Sri mengangguk perlahan lalu duduk di sebelah Kesha.

"Makan yang banyak. Biar cepet besar," goda Dina kepada Kesha.

"Ih, mama."

Adit dan Dina tertawa lepas melihat wajah Kesha, begitu juga dengan Bi Sri.

--

"Hoaamm..." Kesha berbaring sambil memandang dinding-dinding kamarnya yang berbalut wallpaper unicorn itu.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi entah mengapa Kesha belum siap terjun dalam mimpi indahnya.

Drrttt... Drrttt...

Handphone Kesha bergetar, iya, panggilan baru masuk.

Heran,

Siapa yang menelpon semalam ini?

Deg.

Jantung Kesha berdetak cepat dikala melihat layar handphone-nya muncul nama Bara.

Bayangkan saja, jika seorang lelaki yang kalian benci menghubungimu semalam ini.

Memang bukan masalah, tapi bagi Kesha? Kejadian ini merupakan malapetaka baginya.

Untuk Apa Bara menelpon Kesha selarut ini?

Pasti hanya ingin main-main.

Angkat-tidak-angkat-tidak. Kesha bimbang.

"Ya Tuhan, apalagi ini?"

--

Haii! Jangan lupa vote dan comment ceritaku ini ya, readers!

Luv u all.

You Are My Destiny [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang