Masih pagi kelas XII IPA 1 sudah sangat ramai. Ulah siapa lagi kalau bukan Fino dan Arip.
Kali ini Vio mencoba untuk bersikap biasa saja. Ia tak ingin memikirkan Rian ataupun masalah kemarin. Bahkan tadi Mba Lilis menelpon, memberitahu kalau Rian menjemput ke rumah. Namun Vio sudah berangkat ke sekolah jauh sebelum Rian datang.
"Pagi anak-anak." Suara Bu Reni yang baru masuk kelas membuat semua menoleh.
"Pagi buuu." Jawab semua serentak.
"EMANGNYA UDAH BEL YA?" Tanya Arip yang tiba-tiba dengan suara keras.
"Udah bego! Orang dari tadi juga," Jawab Yasa sambil menoyor kepala Arip.
"Kok gue juga gak denger sih?" Tanya Fino.
"Makannya lo tuh punya kuping jangan dipake buat dengerin gosipannya si Arip doang! Budek tau rasa lo." Jawab Yasa sambil menjewer kuping Fino yang membuat Fino meringis.
"SAKIT TAI!" Fino kemudian melepas tangan Yasa yang menjewernya.
"Kalian ini bisa diam tidak? Sudah ada guru di depan, masih aja berisik," Ucap Bu Reni dengan nada masih sabar.
"Loh ibu ngajar lagi di kelas ini? Katanya ibu gak mau ngajar lagi disini, gimana sih ibu." Celetuk Arip yang langsung ditimpal Yasa.
"Mending sekarang ibu keluar aja. Jangan maksain, nanti sakit loh bu kalo segala dipaksain," Ucap Yasa.
Bu Reni sudah mulai melotot-melotot. Dan.. yaa.. yaa.. meledak!
"KAMU NGUSIR SAYA?! KALIAN INI! GAK PUNYA TATAKRAMA! SAYA INI GURU! BERANI-BERANINYA KAL-"
Ucapan Bu Reni terpotong ketika melihat Alana yang masuk kelas seenaknya tanpa permisi.
"ALANA! KAMU TUH PEREMPUAN-PEREMPUAN GAK ADA KAPOK-KAPOKNYA! SUDAH TELAT, MASUK SEENAKNYA! KAMU GAK LIAT DISINI ADA SAYA?!" Bentak Bu Reni membuat Alana menutup telinganya.
"Aduh bu, bisa gak ibu jangan teriak-teriak. Telinga saya panas dengernya bu. Lagian saya dateng kesini tuh mau belajar, bukan mau dimarahin sama ibu." Jawab Alana seenaknya kemudian langsung duduk di bangkunya.
"Gila ya si bos. Pake bilang kupignya panas segala lagi, dia kira Bu Reni setan?" Ujar Fino berbisik pada Arip.
"FINO! KAMU KIRA SAYA GAK DENGAR APA?!"
"E-eh iya bu, si Arip nih yang ngajakin bisik-bisik tetangga. Maap ye bu," Jawab Fino yang sedikit takut melihat Bu Reni.
"KALIAN KIRA SIKAP KALIAN YANG SELALU MELAWAN GURU ITU BAGUS?! KALIAN KIRA KALIAN BAKAL LULUS?! JANGAN HARAP!!" Ancam Bu Reni.
"LIHAT MURID YANG LAIN! TIDAK ADA YANG NILAINYA ANCUR SEPERTI KALIAN! NILAI SELALU KOSONG! TUGAS GAK PERNAH DI KERJAIN! SAYA JAMIN KALIAN BERLIMA TIDAK AKAN LULUS!!" Lanjut Bu Reni.
"Ibu jangan bandingin kita sama murid lain dong bu. Mereka cuma pencitraan di depan guru. Beda sama kita. Ibu tuh katanya walikelas. Harusnya mendukung, bukan menghina." Jawab Bintang sambil berdiri dari bangkunya.
"Kita udah cape bu dihina terus! Ibu harus tau. Kita tuh jauh lebih cerdas dari murid lain!" Ucap Yasa yang ikut berdiri.
"Kita bisa buktiin kalo kita berlima jauh lebih baik dari murid lain!" Fino pun ikut berdiri.
Arip pun ikut berdiri, "SEMUANYA! AYO BUKTIKAN!!"
"BUKTIKAAN!!" Teriak mereka berlima serentak sembari berdiri.
*****
Bel istirahat sudah berbunyi, semua berhamburan keluar kelas menuju kantin. Namun berbeda dengan Geng Alana dan Vio.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen FictionMenjadi seorang dokter tidaklah mudah, apalagi ketika harus terjebak dengan masalalu. Itulah yang Vio alami. Berawal dari sebuah geng di masa SMA, Vio tidak menyangka bahwa dia mampu jatuh ke lain hati setelah masuk ke geng tersebut, padahal dia sen...