''Uring-uringan di kamar, pegang hp dari pagi ke pagi, nggak pernah beres mengerjakan tugas rumah, terus jika dibilangin suka ngga dengerin. Ckck Mau jadi apa kamu?''
''Mau jadi orang yang berguna lah Ma'' sambil memutar bola mata jengah.
Pasalnya omelan ini sudah mendarah daging di otaknya jika berhadapan dengan wanita paruh baya yang terlihat sangar tapi kalem diwaktu yang bersamaan.
''Terus gimana bisa berguna kalo disuruh cuci piring aja nggak mau? Bahkan mama nggak yakin kalo kamu masih tau caranya mencuci piring!'' Sindir mama Ratih.
Vivi memutar bola matanya jengah. Selalu seperti ini. Ia bangkit dari kasurnya menuju ke ruangan sebelah yang masih tetap berada di dalam kamarnya. Setelah beberapa menit ia keluar dengan penampilan casualnya.
"Mau kemana kamu?" Ratih bertanya kepada anaknya.
"Mama nggak mau kan aku di dalam rumah terus? Aku pergi dulu!" Bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang di lemparkan vivi barusan. Karena saat ini ia melewati ibunya dan segera keluar dari rumahnya yang ia rasa bagai neraka.
"Apa lo liat-liat?" Sinis Vivi pada Arasya yang kebetulan berdiri di teras rumahnya.
Arasya ke depan pagar rumahnya. Ia sungguh malas menatap wajah tetangganya itu. Bukan karena Arasya jelek. Ia malas saja jika Arasya tau masalahnya ia akan di ejek dan saat ini bahkan moodnya saja sedang berantakan. Jadi lebih baik, ia belum mau berkomunikasi dengan siapapun hari ini.
Vivi segera beranjak. Tujuannya saat ini adalah taman komplek dekat rumahnya. Ia ingin hari ini untuk tenang. Karena taman ini merupakan taman yang selalu ia kunjungi dari ia anak-anak. Ia kesini jika merasa moodnya sedang tidak bagus. Karena entah apa pengaruhnya ia merasa lebih rileks dan nyaman jika berlama-lama di tempat ini.
"Syaa kejar Vivi kalo Asya bisa"
Vivi berlari dengan sedikit menggoyangkan badan kecilnya sambil memeletkan lidahnya pada Arasya yang saat ini duduk di kursi taman.
Ia ingin Arasya mengejarnya. Bermain bersamanya bukan melihat Arasya yang duduk sambil merenung.
"Nggak ah. Malas"
"Iih Asya mah gitu" Vivi berhenti sembari melempar muka cemberut kepada Arasya.
"Yaudah deh. Asya kejar Vivi ya"
Arasya yang tidak suka Vivi cemberut akhirnya mengejar Vivi. Dan berakhir mereka saling kejar-kejaran.
"WOY" Arasya datang mengejutkan Vivi.
"Apaan sih?" Vivi tidak terlalu menanggapi. Pasalnya ia sedikit melamun tadi sebelum Arasya datang.
"Kenapa lagi sih? Ada masalah? Perasaan gue sering liat lo marah-marah mulu. Trus ke taman ini terus. Jangan-jangan lo kemasukan jin taman ini ya" Arasya bertanya sambil bergidik ngeri bermaksud menghibur Vivi.
"Bukan urusan lo!"
"Oh gitu ya lo. Udah ngga nganggap gue sahabat lo lagi? Oke fine."
Vivi hanya melirik sinis Arasya.
"Ok. Damai. Gue bercanda tadi." Arasya kembali bersuara sambil mengangkat dua jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arasya & Vivi
Teen FictionMemang klasik perjalanan hidup Arasya dan Vivi. Mereka sejak masih anak-anak selalu bersama. Bagaimana jika salah satu pergi? Apakah bisa tanpa salah satunya? Ataukah harus merelakan jika seandainya salah satu pergi untuk selamanya? Ataukah keduanya...