Shana 43 || Kembali Tumbang (Revisi ✓)

6.1K 460 13
                                    

Takoballahu Mina Wamingkum
Siyama Wasiya Makum
Takobal Ya Karim

Minal aidzin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin🙏
Atas nama pribadi maupun keluarga saya mohon maaf atas segala kesalahan dan khilaf yang terjadi secara sengaja maupun tidak.

---------------------------------------------------------

YEAYYY AKHIRNYA UPDATE JUGA SETELAH SEKIAN LAMA HIATUS
GIMANA-GIMANA SENENG NGGAK?

Semoga kalian bahagia membaca part ini.
Kalau ada kesalahan komen inline ya jangan lupa voth juga.

TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA DAN MENINGGALKAN JEJAK

Happy Reading❤

Galen kini tengah duduk di kursi tunggu bersama kedua sahabatnya, Alex dan Rico. Sesampai di rumah sakit, Shana langsung ditangani oleh Dokter dan beberapa suster. Dia sudah menghubungi Gino, mungkin kakak iparnya itu kini sedang di jalan.

Ceklek

Suara knop pintu terbuka membuyarkan lamunan Galen, cowok itu sontak berdiri mendekati pria paruh baya yang baru saja keluar dari ruangan dimana Shana diperiksa.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Keluarga pasien?" tanya Dokter sebelum menjelaskan bagaimana keadaan Shana.

"Saya Dok!" seru sesorang membuat mereka menoleh ke asal suara. Mereka mendapati Gino tengah berlari kecil di lorong rumah sakit diikuti Kevin, napfas keduanya memburu. Kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka, mereka tak kalah khawatirnya dengan Galen.

"Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Gino sesampai di depan Dokter yang ditugaskan memeriksa Shana seraya mengatur napasnya yang memburu.

"Keadaannnya sangat memprihatinkan. Ada beberapa hal serius yang akan saya katakan, bisa kamu mengikuti saya ke ruangan?" pinta sang Dokter.

"Bicarakan saja disini, Dok," ujar Kevin datar. Dokter itu menatap Kevin dan Gino bergantian, dia menghela napas saat melihat Gino menganggukan kepala mengiyakan perkataan Kevin.

"Sebelum saya menjelaskan saya mau bertanya, apa yang sebenarnya terjadi sebelum kalian membawa pasien ke rumah sakit?" tanya sang Dorker.

"Saya tidak tau pasti Dok. Saya dan kedua teman saya menemukannya di gudang sekolah sudah dengan keadaan seperti itu" jawab Galen lirih.

Dokter menganggukan kepala. "Dari pemeriksaan yang saya lakukan, saya harus memberitahu kepada kalian bahwa pasien sepertinya baru saja menjadi korban kekerasan. Hampir seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka memar, dan bukan hanya itu saja psikisnya juga menurun. Pasien trauma berat, sedari tadi pasien terus berteriak histeris dan meracau tidak jelas. Dia bahkan berusaha melukai dirinya sendiri dengan benda yang ada di sekitarnya."

Gino memejamkan mata sebelum berkata. "Dia mengidap PTSD dan Self Injury, Dok."

Dokter mengangguk tanda mengerti, dia sebelumnya juga sudah menduga kalau pasien yang dia tangani memiliki kelainan kejiwaan. "Maaf sebelumnya, melihat kondisi pasien yang seperti ini pasien memerlukan pengawasan yang ketat dan penanganan yang cepat, karena jika pasien terus dibiarkan seperti ini yang saya khawatirkan trauma yang dialami pasien semakin parah. Maka dari itu saya menyarankan agar pasien dirawat di rumah sakit jiwa."

Raut wajah mereka langsung berubah seketika setelah mendengar penjelasan sang Dokter.

"Apa? Rumah sakit jiwa katanya!" gumam Kevin tidak terima.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang