Juli 2019
Erlisa Cantika
Sepulang sekolah Aku langsung pulang. Menghampiri meja belajar menahuh buku.
Melihat di atas meja aja sebuah kotak kaca yang berisi sekumpulan kerinduan.
Setiap kali aku rindu padanya maka akan aku tuliskan keluh kesahku pada kotak itu.
Karena kini untuk bertemu dengannya adalah sebuah kemustahilan.
"Ka apa kabar?" Gumam Eca dalam lamunan sepi ini.
"Ka aku kangen! Kata rindu tidak pantas aku ucap setelah hari itu."
Semakin menyiksa langkah diambang penyesalan. Menderap berdenyut kencang dalam hati.
"Ka aku minta maaf!"
"Ka kamu bisa denger aku?"
"Ka langkah ini semakin sulit tanpamu!"
Sambil memandangi foto usang di atas meja belajar kini Eca membawanya ke kasur dan terus bergumam sendiri.
"Ka aku mau cerita!"
"Ka Aku jatuh cinta sama temen SMA ku"
"Walaupun seperti itu tidak akan mengubah apapun. Kamu tetap cinta sejatiku ka"
"Dia pemuda jakung yang baik juga pintar!"
"Namun tak sebaik dirimu"
"Dia tak pernah menggapku ada seperti dirimu dulu ka!"
"Dia selalu berfikiran rasional bukan seperti aku yang hanya seorang pendamba. Aku menyukainya bukan karena tampangnya ka. Aku tau dulu kamu paling benci dengan alasan itu. Mulai sekarang Eca akan nurut sama kata kata Cakra"
Suaranya semakin terisak. Hingga mata indahnya mengeluarkan sungai yang tak harus keluar.
"Langit masih biru Ka"
"Tapi seperti yang kau tau aku suka warna abu abu"
"Tak pernah jelas hitam atau putihnya seperti hidupku"
"Hingga hari itu kau datang memberi warna pada hidupku!"
"Tapi ka ! Sekarang aku suka warnamu 'jingga' namun tak sepertimu yang pendamba senja aku lebih menyukai fajar"
"Bukan tanpa alasan aku tak mau lekas berpisah dengan lagit biru seperti senja"
"Aku lebih suka berjumpa dan berkenalan dengan langit biru bersama fajar"
"Aku tau mengapa kau suka senja. Karena bagimu perpisahan itu indah! Iya kan ka?"
"Kini kau sudah temukan kebahagianmu kan ka?"
"Sudah merayu langit kan ka?"
"Sudah terbebas dari bahasa kan ka?"
"Aku menyayangimu ka!"
"Aku kangen suaramu ka"
"Kangen recehanmu"
"Kangen dimana kamu selalu memberiku pundak untuk bersandar"
"Cakra kamu baik baik saja kan? Aku selalu mencintai kesederhanaanmu."
"Aku selalu menginginkan ketulusanmu."
"Aku juga selalu menyayangi segala kekuranganmu ka."
"Ka jangan bersedih aku baik disini."
"Kalau kamu ?"
"Kamu lebih bahagia dari aku! Aku tau itu."
"Aku menyayangimu lebih dari diri sendiri ka."
"Andai kau bisa kembali pastikan aku selalu memilihmu untuk berlabuh."
**
Kini dengan langkah gontai. Eca menuju meja belajar menuliskan sesuatu dengan pena hitamnya.
Sebuah surat yang ditulis pada Cakra. Ya memang kuno! Karena Cakra suka itu.
Tentang jarak dan rindu
Untuk Cakra ku.
Ka aku sudah bisa ngomong "r" .
Bukan lagi gadis kidal yang tak peka.
Meramu kata itu sulit ka.
Tapi karenamu aku mampu merangkai bait puisi.Berpegangan pada sebuah tali
Merajut asa mengais derita
Fatamorgana kini adanya
Berbait dengan kata dan irama
Rindu tak tersapa
Hilang bersama tawa
Terngiang dalam memori tuaMatamu selalu mengingatkanku ka. Puisiku tak selalu bagus sepertimu. Namun sekarang aku bisa. Bisa mengais kata merangkai kalimat yang sulit terucap.
Kau telah berhasil membuatku jatuh cinta padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
first impression
Teen FictionHal baru akan menjadi usang ditelan waktu. Dalam kata dan memori bersajak merayu. Kalimat hari itu akan kembali kemasa depan namun akankah bisa menghapus duka masa itu. Karenamu cinta pertamaku Eca selalu ingin bersamamu cakra