Andra -13

121 7 0
                                    


Cowok berbadan tinggi tegap berjalan santai menuju kelas 11 IPA 1, tangannya ia masukkan kedalam saku celana serta matanya yang menyorot tajam ke depan tak menghiraukan teriakan-teriakan terpukau dari orang-orang yang berada di kanan dan kirinya saat ini.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa Andra bisa jadi ketua OSIS secarakan dia masih kelas sebelas? Jadi begini.. kelas 12 kan ada ulangan dan tryout terus menerus, dan ketua OSIS dulu juga memutuskan untuk tidak lanjut dikarenakan akan kebingungan dengan waktu belajar dan berorganisasi. Maka dari itu, Reza, ketua OSIS pensiun dari jabatannya. Padahal masa jabatannya masih kurang satu semester lagi. Tapi apa boleh buat, itu adalah keputusannya dan orang lain tidak bisa memaksa keputusan itu.

Jadilah Reza memilih Andra sebagai ganti dirinya dengan alasan sudah kenal lama dan melihat Andra juga berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik. Guru-guru dan seluruh murid SMA Jaya pun setuju dengan keputusan Reza tersebut. Tapi ada juga yang tidak setuju secara bungkam, karena sifat Andra yang berandalan.

Andra masuk kedalam kelas dengan gaya cool nya. Dibukanya pintu kelas 11 IPA 1 itu dan langsung nyelonong masuk tanpa berkata apapun. Sungguh tidak punya adab.

"Berhenti di situ!!" Perintah pak Dirman. Matanya melotot marah kearah Andra saat ini. Seketika Andra menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap pak Dirman dengan raut wajah kaget.

"Kamu itu nyelonong masuk tanpa ketuk pintu, gak pake salam lagi" tutur pak Dirman.

"Maaf pak.. saya kira tidak ada guru tadi. Habisnya anak-anak pada rame, jadi saya langsung masuk deh" Ucap Andra memberi alibi. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan tersenyum lebar memperlihatkan gigi-gigi putihnya, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Malah senyum-senyum kamu, sini maju kedepan!!" suruh pak Dirman.

"Kamu itu ketua OSIS harusnya bisa jadi contoh yang baik buat semua murid di sekolah ini" kata pak Dirman memulai ceramah.

"Loh pak kok nyalahin saya sih?" Ucap Andra tak mau salah.

"Ya iyalah kamu yang salah masa pak tukang kebon. Kamu itu ketua OSIS tapi kelakuan kamu seperti ini, gaada sopan santunnya. Apa pantas disebut ketua OSIS?" Ucap pak Dirman menohok.

"Ih bapak kalau ngomong bikin sakit hati.. dari awal saya gaada niatan jadi OSIS sama sekali apa lagi jadi ketua, yang milih saya jadi ketua OSIS kan bang Reza pak? Kenapa jadi saya yang salah?" Ucap Andra, mimik wajahnya dibuat sedih karena ucapan pak Dirman barusan.

Perkataan dan raut wajah Andra di depan, membuat seluruh murid yang berada dikelas menjadi tertawa terbahak-bahak. Bisa-bisanya Andra membuat pak Dirman, guru killer itu menjadi diam tak membalas. Ada benarnya juga sih perkataan Andra barusan.

"Sudah sudah diam semuanya. Kamu Andra duduk di bangku kamu, percuma saya nasihati kamu. Kamu nya ga bakal dengerin, tapi jangan ulangi lagi" Ucap pak Dirman menyudahi perdebatan.

"Siap pak, hehe" Balas Andra memberi hormat sembari terkekeh pelan. Ia berjalan menuju mejanya.

Pelajaran pun dimulai lagi. Semua anak memperhatikan apa yang di jelaskan oleh pak Dirman guru fisika. Ssekali Andra di panggil untuk mengerjakan soal soal yang ada di papan tulis. Dasarnya orang pinter, meskipun tidak memperhatikan pasti bisa menjawab dengan benar.

"Gue salut sama lo sob, meskipun lo gak merhatiin materi tapi lo bisa jawab soal itu dengan tepat. Lah gue boro-boro ngerjain, diterangin aja gue gak paham" celetuk Gilang saat Andra duduk di bangkunya. Tepat di belakang bangku Gilang.

"Gue gak sehebat itu, besok besok gue ajarin biar pada pinter hahaha" ucapnya diselingi candaan.

"Gue curiga deh, kayaknya Andra keturunan Albert Einstein nih?" Kata Gilang memincingkan mata.

ANDRA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang