Putar Balik

33 1 0
                                    

"Menulis itu karena melihat hal miris
Menulis itu karena ingin mencoba sinis
Menulis itu karena hobi berkata manis."

"Lalu, kalau alasanku menulis karena kamu?"

"Ah, itu mah meringis, bukan menulis
Kau kan bilang bahwa aku takkan tertulis
Karena sulit menggambarkan diriku, yang rumit ini."

"Tapi, bagaimana jika kamu sudah tertulis dalam diriku?"

"Berarti kau akan bosan, kau dapat mendeskripsikan
Sikapku yang berantakan, jauh dari manis, lebih dekat dengan sadis, habis itu kau akan bosan, iya kan?"

"Namun, kalau aku tidak pernah?"

"Kau tidak berprinsip, yang ada terseret nasib
kau ini bukan pemarah, tapi tetap saja tak ramah
pada kenyataan yang ada."

"Kalau begitu aku selalu salah ya?"

"Karena sudutku denganmu itu berbeda, tahu."

"Mengapa harus begitu?"

"Karena begitu adalah sebuah jawaban, adapun begini juga sebuah jawaban, dan memang setiap insan pasti memilikinya."

"Sekarang, aku harus apa?"

"Menunggu saja, tapi bukan sekedar menunggu."

"Apasih tidak jelas."

"Kalau semua nampak, kau bisa membedakan siapa si jujur siapa yang kan subur, nyatanya tidak kan?"

"Sudahlah, sudahi saja."

"Memang begitu seharusnya kan?
hubungan terhubung karena ada penghubung, jika hubung digantikan oleh potong, itu adalah jawaban dari takdir kita."

"...lantas, mengapa harus bertemu?"

"Karena bertemu untuk bertamu, temu adalah semu, siapa sangka akan begitu?"

"Kamu?"

"Tidak juga."

"Lalu?"

"Mungkin kita."

1 ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang