1. Signature

14.5K 931 56
                                    

"Joohyun..." suara disertai ketukan itu membuat perempuan yang sedang mengores kuas pada kanvas dibalkon itu, terpaksa berhenti untuk memenuhi panggilan sang ibu.

"Ya?" Dia merapikan kuas yang berceceran di meja.

"Makan malam sudah siap!"

"Aku akan tururn" balas Joohyun.

"Ibu memang yang terbaik" ucap Joohyun lalu melahap sup rumput laut yang tersaji dimeja makan.

"Dimana ayah?" tanya Joohyun disela kunyahannya.

Ibu tampak tersenyum, "Ayah sedang lari pagi dengan pak Kwon" balas Ibu pendek.

"Ayo makan yang banyak" ucap Ibu yang lagi-lagi membuat Joohyun girang bukan main.

"Irene, kau melamun?"

Suara itu membuat Joohyun yang sedang melamun buru-buru mengusap air matanya saat melihat Sooyoung ㅡteman kerjanya, datang dengan dua gelas minuman ditangannya. Joohyun menggeleng lalu berdiri.

"Ini hari pertamamu, Rene. Jangan gugup" ucap Sooyoung mencoba menyemangati Joohyun.

"Tapi aku takut" balas Joohyun lirih.

"Semuanya butuh pengorbanan, Rene. Kau hanya perlu melayani para laki-laki kurang belaian disini, lalu rekeningmu akan penuh dengan uang" ucap Sooyoung yang membuat Irene sedikit mengangguk.

"Aku harus kekamar 27, tuanku sudah menunggu" lanjut Sooyoung sebelum melesat menjauhi Joohyun.

Joohyun kembali menjatuhkan dirinya dikursi. Matanya kembali mengeluarkan lelehan bening disana. Ini keputusannya untuk menjadi wanita malam, lalu apa yang harus ia sesali. Keputusannya sudah bulat meski pekerjaan ini begitu hina dimatanya. Semuanya demi Ibu. Joohyun tak akan tega melihat Ibunya terus menerus merasa kesakitan tanpa mendapat perawatan yang benar dari rumah sakit. Biaya. Karena hal itulah Joohyun rela menghancurkan masa depannya disini.

"Irene. Ada yang ingin bermalam denganmu, lebih baik kau persiapkan dirimu. Tuanmu akan datang setengah jam lagi" ucap Victoria, salah satu wanita malam yang paling profesional disini. Perempuan berkulit eksotis itu menyerahkan paper bag pada Joohyun.

"Kau beruntung Rene. Di pengalaman pertamamu kau mendapatkan laki-laki yang benar-benar kaya. Kau harus memuaskannya untuk mendapat bonus" Victoria tersenyum lalu beranjak pergi untuk menghampiri laki-laki yang melambai padanya sebelum mengecup bibirnya dan menariknya masuk ke salah satu kamar disana. Joohyun mengamati itu tanpa sadar.

Joohyun menghela nafas panjang. Ia harus kuat. Dengan perasaan yang masih mengganjal, Joohyun masuk kedalam ruang ganti kemudian menganti pakaian yang melekat ditubuhnya menjadi mini dress putih yang sungguh terbuka. Joohyun berputar menelisik penampilannya pada cermin besar di hadapanya. Ini begitu menjijikkan.

Dress ini begitu menunjukan lekukan tubuhnya. Sangat pendek dan tentunya sangat tidak nyaman untuk dipakai. Pahanya benar-benar terekspos, tepat sejengkal dibawah perut. Tidak lebih seperempat dadanya yang tertutup. Mungkin dengan sekali tarikan, tubuh Joohyun akan benar-benar polos.

"Ibu, maafkan aku" Joohyun tersenyum getir lalu mengusap sudut matanya yang berair.

Joohyun menyimpan pakaianya lalu beranjak menuju VIP 1 dimana tuanya akan datang sepuluh menit lagi. Banyak pasang mata menatap Joohyun lapar saat perempuan itu melintas untuk sampai di lorong VIP. Tatapan itu seolah menelanjangi Joohyun hingga membuatnya benar-benar merasa tidak nyaman.

Cklek...

Joohyun menutup pintu lalu terduduk dilantai karena lututnya merasa lemas. Isakan kembali keluar dari bibir mungilnya. Air matanya kembali meluruh. Kekuatan yang dimilikinya beberapa saat lalu mendadak menguap digantikan oleh rasa ketakutan yang membuncah. Bagaimana jika pelanggan pertamanya adalah laki-laki berperut buncit yang akan menyiksanya tanpa ampun. Atau bagaimana jika pelanggannya itu tak segan-segan melakukan kekerasan padanya.

Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang