21

3.1K 131 9
                                    

"Siapa bang Daniel?" Suara Alan mulai berubah, siapa yang mendengar suara Alan itu akan bergidik sendiri, Alan yang banyak senyum dan recehannya itu sirna langsung berubah menjadi Alan yang seperti biasanya,

"Bang Daniel itu Abang gue Lan, santai aja kali," Jawab Salsa santai yang masih tetap memainkan hp nya entah apa yang ia mainkan,

'Fina kangen sama abangnya Salsa? Kok bisa? Jangan-jangan Fina suka lagi sama abangnya Salsa itu, wahhhh gak bisa dibiarin ini,' batin Alan,

"Ehhh tapi Fin katanya mama tadi pengen ketemu Lo, gak tau mau ngapain, katanya supaya Cia punya kakak cewek gitu," Alasan Alan supaya Fina tidak pergi ke rumah Salsa,

"Tapi kan gue udah janji mau ke rumah Salsa Lan, gue juga kangennnn banget sama Tante Nara," Jawab Fina sedih, Tante Nara itu mamanya Salsa, semenjak pindah ke Jakarta Fina belum sempat main ke rumah Salsa karena pasti aja ada kerjaan,

"Gak pa-pa lah Fin, Lo kan ke rumah gue bisa kapan-kapan sekalian aja Lo nginep," Usul Salsa, Fina yang awalnya menundukkan kepalanya langsung menengakkan kepalanya ke arah Salsa dengan tatapan berbinar,

"Lagi pula ini kan undangan calon mertua masa gak diturutin, ya kan Sal, Dav?" Goda Varo yang dari tadi sibuk dengan makanannya. Mendengar itu muka Fina memerah,

"Ehmmm ada yang blushing nihhhh," Tambah Salsa untuk menggoda sahabatnya itu, ia sudah melupakan masalah dengan Alex,

"Apaan sih kalian," Ucap Fina malu-malu,

"Iya anjir Alex tadi gimana?" Tanya Davi yang langsung dihadiahi pelototan oleh mereka semua,

"Iya njir, kalau misalnya Alex ngelakuin aneh-aneh gimana?" Tambah Varo,

"Ya udah yuk ke kelas nyari Alex," Ucap Fina yang diangguki oleh mereka semua kecuali Salsa. Salsa malas untuk bergerak apalagi kalau ada hubungannya dengan Alex, rasanya Salsa ingin menghilang saja, walaupun Salsa sudah melupakan masalahnya dengan Alex tetapi tetap saja Salsa kepikiran,

Semuanya langsung beranjak dari kantin, Fina yang melihat Ada masih duduk santai pun langsung menarik tangan Salsa,

"Lo ngapain masih disitu, ayokkk" Ajak Fina sambil menarik tangan Salsa mengikuti langkah ketiga lelaki itu,,

"Ehh Fin gue bisa jalan sendiri gak usah Lo tarik-tarik kayak gini njir, kesannya gue kayak anjing kalau Lo tarik-tarik kayak gini," Ucap Salsa sambil melepas tarikan tangan Fina itu. Fina yang mendengarkan itu hanya tersenyum tanpa dosa,

Mereka langsung berjalan cepat ke arah kelasnya, banyak yang memperhatikan mereka di koridor,.

'lah mereka kenapa?'

'kok cuma berlima? Kak Alex kemana?'

'Fina sama Salsa itu cuma ikut-ikutan aja biar mereka juga terkenal,'

'dasar cewek kegatelan selalu ngikutin the cogan, jijik gue nengoknya,'

Mendengar kalimat terakhir dari kumpulan siswi itu Alan langsung berhenti mendadak membuat Varo yang berada dibelakangnya tidak bisa mengerem akhirnya Varo menabrak punggung Alan,

"Sakit anjir," Umpat Varo mengelus dahinya karena terbentur punggung keras Alan. Alan tidak memperdulikan umpatan Varo itu, Alan malah mendekati kumpulan siswi yang membicarakan Salsa dan Fina tadi,

"Siapa yang Lo bilang cewek kegatelan?" Tanya Alan dingin kepada kumpulan siswi tadi. Siswi-siswi itu hanya diam saja, mereka takut mendengar nada dingin Alan,

"Gue tanya siapa yang Lo bilang cewek kegatelan? Jawab Lo punya mulut kan?" Tambah Alan sambil mencengkram lengan salah satu siswi yang diketahui ketua geng siswi-siswi itu, Karin Elisa Hidraja,

"Punya mulut kan? Mulut itu dipake buat jawab pertanyaan bukan cuma ngomongin orang aja," Teriak Alan, teriakan Alan itu mengundang siswa-siswi untuk memperhatikannya. Merasa banyak yang memperhatikan Alan Fina mendekati Alan yang masih mencengkram tangan Karin,

"Udah Lan, kita kan tadi mau cari Alex, kasian Alex di kelas sendiri," Bisik Fina sambil menepuk pundak Alan, sedangkan Karin hanya menatap takut ke arah Alan, tetapi ketika pandangannya dan Fina bertemu Karin langsung menyeringai,

"Gak bisa Na, orang kayak mereka harus dikasih pelajaran," Ucap Alan lembut sambil menunjuk kumpulan siswi tadi, nada bicaranya sangat berbeda apabila Alan berbicara dengan kumpulan siswi tadi,

"Udah ya, biarin aja, lagian kuping gue udah kebal kok dengerin kayak gitu," Bujuk Fina sambil melepaskan tangan Alan dari tangan Karin, Fina memandang Alan dengan senyuman manisnya. Senyuman Fina itu membuat emosi Alan menurun,.

'kayaknya Fina memang pilihan. Yang tepat untuk Lo Lan, cuma Fina yang bisa meredam emosi Lo cuma dengan kata-kata sedangkan kalau kita yang nenangin emosi Lo harus dengan tonjokan dulu baru Lo sadar, gue jadi iri sama Fina, tapi berarti Lo udah nemuin pengganti yang jauh lebih-lebih baik dari dia' batin Davi bersyukur melihat sahabatnya itu,

Fina memegang lengan Alan agar keluar dari kerumunan itu. Fina menatap kesal teman-temannya yang tidak melerai Alan itu,.

"Kenapa kalian gak lerai Alan? Malah diam aja disini?" Tanya Fina kesal. Sedangkan Alan yang berada disamping Fina hanya bisa menghela nafas kasar saja,

"Bukannya gak mau Fin, tapi Alan gak bisa ditenangin, Lo mau kalau kita yang nenangin dia muka dia jadi biru-biru?" Penjelasan Varo yang terakhir menjadi tanda tanya untuk Fina,

"Kok biru-biru emang kalian apain?" Tanya Fina menjadi bingung,

"Kalau kita yang nenangin kita harus nonjok Alan dulu baru dia bisa redam emosinya, entah aneh ni anak, sedangkan Lo tadi kok bisa ya cuma pake kata-kata?" Jawab Varo. Sedangkan Salsa dan Fina yang mendengar cara nenangin Alan hanya melongo,

'masa nenangin Alan harus nonjok sih? Bukannya kalau orang emosi terus ditonjok tambah emosi ya? Aneh-aneh aja ni bocah satu,' batin Fina sambil geleng-geleng,

"Kenapa Lo geleng-geleng Na? Lo aneh denger cara nenangin gue?" Pertanyaan Alan tepat sasaran, Fina pun hanya mengangguk polos,

"Gue aja bingung," Jawab Alan singkat, Alan telah menjadi sosok Alan yang pertama kali Fina kenal, dingin, datar, dan omongannya singkat.

"Kalau kayak gini gak jadi-jadi kita ke kelas, ayok lah ke kelas," Ajak Davi yang kesal dengan tingkah teman-temannya ini, mereka berdiskusi malah di koridor pula,. Mereka pun berjalan kembali ke arah kelas, setelah memasuki kelas mereka semua menghela nafas lega ternyata Alex dibangunnya sedang tidur atau pura-pura tidur. Mereka berjalan ke arah bangku Alex dengan perlahan-lahan. Tanpa sadar kaki Salsa melangkah ke bangkunya Alan dan duduk di sana, jadi Salsa duduk disamping Alex. Salsa melihat wajah polos Alex ketika sedang tidur dan itu membuatnya tanpa sadar tangannya sudah mengelus-elus kepala Alex. Semua yang berada di sana melongo melihat keberanian Salsa itu,

"Oemm-" Teriakan Varo diredam dengan tutupan tangan Davi di depan bibirnya,

"Diem Lo," Desis Davi,

"Udah yok tinggalin aja, kayaknya dari semalem dia susah tidur jadi jangan dibangunin," Ucap Alan sambil keluar kelas dengan menggandeng tangan Fina. Varo dan Davi yang mendengar ucapan Alan pun keluar kelas sedangkan Salsa masih disamping Alex dengan mengelus kepalanya,

'kenapa Lo malah susah tidur Lex? Seharusnya Lo kan tidur nyenyak karena Lo udah buat gue berhasil nyaman sama Lo terus Lo tinggalin, kenapa sama Lo? Apa Lo ada masalah lain?' Batin Salsa bertanya-tanya,

Sedangkan Salsa tanpa sadar juga tertidur di samping Alex dengan tangan yang masih di kepala Alex, Salsa pun tidur menghadap ke arah Alex jadi sekarang mereka tidur berhadap-hadapan.

TBC....
Warning!! Typo bertebaran....
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku...

BAD TWINS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang