22

2K 235 52
                                    


"Pergilah Hyung."

Yoongi menghela napasnya dengan berat. Entah apa yang sedang Jimin pikirkan saat ini, yang Yoongi yakini Omega itu tidak akan mengambil keputusan tanpa tau tujuannya.

"Apa yang Hoseok katakan itu benar?" tanya Yoongi lembut.

Jimin langsung menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak akan keberatan jika Hyung mau marah, aku akan menerimanya."

"Apa jika aku marah kau tidak akan melakukannya?"

Jimin menggelengkan kepalanya, "Itu sudah menjadi keputusan ku hyung." Jimin menjeda perkataannya, "Jangan berpikir aku melakukannya tanpa memikirkan dirimu hyung, itu pikiran yang sangat konyol jika kau berpikir seperti itu."

"Lalu aku harus berpikir bagaimana?" tanya Yoongi.

"Mendukung ku, mungkin."

Yoongi terkekeh pelan, "Dukungan seperti apa yang kau inginkan? Bahkan aku tidak tau apa yang sedang kau rencanakan, Park Jimin."

Mendengar perubuhan nada bicara Yoongi membuat Jimin terdiam. Nadanya dingin, meskipun masih terkesan berhati-hati dalam perkataannya.

Yoongi berucap lagi, "Apa kau masih tidak percaya padaku?"

Mendengar Yoongi berbicara seperti itu, entah kenapa Jimin ingin marah. Namun dia menahannya agar emosinya tidak naik sekarang. Jimin mengerti, Yoongi berpikir seperti itu karena merasa tidak dihargai dengan keputusan Jimin.

Tanpa sadar tangan Jimin terkepal. Sejujurnya Jimin ingin marah, dia mengambil keputusannya saat ini karena percaya pada Yoongi, percaya jika Alpha itu akan selalu bersamanya dan melindunginya.

"Terserah kau mau berpikir apa tentang ku. Lagi pula bukannya sudah ku katakan sejak jauh hari padamu? Jangan pernah mengulurkan tangan mu padaku jika kau tidak siap dengan semua resikonya."

Jimin melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Semuanya kembali seperti yang dulu, bedanya kini tidak ada Taehyung disisinya.

Yoongi meragukan dirinya, dan Jimin dengan terpaksa mengambil keputusan yang sangat ia hindari. Namun itu lebih baik, setidaknya Jimin tidak akan merasa takut kehilangan siapapun.

"Kau akan pergi kemana, Park Jimin?" geram Yoongi marah.

"Kau meragukan kepercayaan ku, hyung. Dan seharusnya kau tau aku akan kemana."

Yoongi mendengus kesal. Dia tau dia salah dengan terbawa emosi, tetapi sesuatu dalam dirinya merasa tidak terima dengan sikap Jimin yang selalu egois.

"Aku tidak meragukan mu. Tapi kau yang tidak pernah mempercayai ku."

"Benarkah? Aku tidak mengerti. Entah memang aku yang tidak pernah mempercayai dirimu, atau kau yang terlalu sibuk meragukan kepercayaan ku."

Yoongi terdiam. Seharusnya dia tidak terbawa emosi, dan seharusnya dirinya juga tetap mengingat apa pesan Taehyung.

Jimin selalu melakukan apapun dengan sebuah alasan, bahkan untuk hal sekecil apapun. Dan seharusnya Yoongi mengerti, untuk seorang Park Jimin mempercayai orang lain itu bukan lah hal yang mudah. 

"Hyung, aku menikmati waktu kebersamaan kita. Dan, aku berterima kasih untuk itu."

Jimin membuka pintu bilik Yoongi, kemudian berjalan keluar dari bilik itu tanpa berniat menoleh kepada si pemilik tempat atau sekedar mendegar jawabannya.

Baginya, Yoongi yang meragukan kepercayaannya sudah menjadi jawaban yang sangat jelas.

Jimin melangkahkan kakinya menjauh dari bilik Yoongi dan juga pondok. Dia ingin sendirian, apa yang baru saja terjadi membuat dirinya terluka. Selalu seperti ini, dan seharusnya Jimin tidak terluka karena itu sudah biasa terjadi dalam hidupnya.

Promise | Yoonmin |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang