Maka Ira

25 0 0
                                    

Teganya kau terus menyelami dasar pikiranku, aku terus - terusan kalut karena memikirkanmu. Terasa kaku, pikiranku terbatas pada dirimu.

Kala fajar menghajar, darah segar pun keluar mengisyaratkan pikiranku terlalu bertumpuk hingga memecahkan kesadaran.

Pagi yang lagi - lagi mengharuskan diriku menanti kau pergi dari pikiranku yang lama - kelamaan, tak tahu diri.

Siang terasa terang, sementara dirimu sudah menggantikan cahayanya dengan matang, sehingga gelap pun adalah bayangan dirimu yang merayu.

Sore semakin sore, kini aku tak dapat lagi berkata hore, semakin suram kemungkinan dekat denganmu, seperti lotre.

Malam pun menikam wujudnya dengan keras, seperti diriku yang akhirnya menyerah dengan situasi yang membuat otakku lemas.

Akhirnya malam pun padam, bersama dengan kau yang perlahan tak lagi mengganggu pikiranku, meninggalkanku dengan sejuta raut muram.

Karena yang kutahu, kau lah sumber senyumku,
Makaira.

1 ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang