Kebenaran Terungkap

3.2K 420 36
                                    

"H-halo kek.."

"Ya halo, cucu kakek yang pembangkang."

Jisoo memejamkan matanya saat sang kakek menjawab greeting telfonnya.

"Kenapa diam? Kau pembangkang Jisoo, dan lebih memilih wanita itu daripada kakek dan keluargamu."

"Kek.."

"Baiklah Jisoo, terimakasih karena kau dan Jennie sudah menjadi cucu yang baik untuk kakek selama ini. Hingga kau tega meninggalkan kakek demi wanita itu. Sampai jumpa."

Pip.

* * *

Rose meringis saat tangan dokter selesai menutup luka bekas operasi pengangkatan peluru di bahu kirinya.

"Beruntung kalian cepat membawanya kesini. Hingga timah itu belum terbawa aliran darah ke jantungnya. Bisa terjadi penyumbatan dan kegagalan fungsi jantung. Kematian menunggunya. Namun sekarang sudah teratasi. Lukanya akan mengering selama beberapa hari kedepan." Jelas sang dokter saat keluar dari ruangan.

Terimakasih pada Tuhan dan mobil Bambam. Karenanya perjalanan jadi terasa cepat.

Jisoo masuk ke ruangan setelah dokter itu pergi. Ia melihat kekasihnya sedang duduk di ranjang rumah sakit dengan pakaian operasi masih menghiasi tubuhnya.

Rose tersenyum melihat Jisoo yang datang dengan wajah khawatirnya. Ralat, super khawatir.

"Aku harus diinfus dulu, kata dokter besok bisa pulang. Yeay!" Ucap Rose senang.

Jisoo menahan haru melihat Rose yang baik-baik saja. Ia menyeka titik airmata yang keluar di sudut netranya.

"Eh.. kok nangis sih? Sini sini, peluk aku duluuu.." Ucap Rose dengan nada manja.

Jisoo berjalan mendekati Rose dan memeluknya dengan hati-hati. Bahunya masih belum sembuh.

"Masa The Death Night aku nangis. Lemah banget.." Ejek Rose.

Jisoo melepaskan pelukannya, "Jangan menggodaku sayang, kalau aku jadi Sooyaa aku akan melukaimu lagi." Jisoo terkekeh. Rose hanya tersenyum dan mencium bibir Jisoo sekejap.

"Kau akan membunuhku?" Tanya Rose.

Jisoo menggeleng, "Kalau aku membunuhmu, aku akan bunuh diri sedetik kemudian."

Gadis berpipi gembul didepan Jisoo menaikkan alisnya, "Kok bisa begitu?"

"Agar aku hanya memiliki satu detik penyesalan dalam sisa hidupku. Sisanya aku akan menemanimu."

Rose tersenyum, "Iwaaaww.. psikopat kaya kamu kok sweet banget sih? Sini cium lagi."

Jisoo memajukan wajahnya dan mengecup bibir Rose dengan satu lumatan lembut disana. Hanya satu lumatan.

"Tapi lebih baik kita hidup bersama kan?" Tanya Jisoo dan diangguki Rose. "Makanya jangan bunuh aku."

Jisoo menggeleng, "Never."

Cupp.

Ia mengecup bibir Rose.

"I will always protect you."

Cupp.

Ia mengecupnya lagi.

"Wherever you are. Wherever we are."

Cupp.. Lagi..

"Whoever they are that want to hurt you."

Cupp.. Dan lagi..

"Biarkan aku menjadi sayap pelindungmu."

Cupp

"Kenapa mereka so sweet banget sih? Sementara aku yang ganteng nan holkay gini masih jomblo aja. Hiks sedihhh.." Gumam Bambam di ambang pintu yang sedang menyaksikan another masterpiece Tuhan sedang bercumbu.

Kim SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang