Preambule
~ Perhaps, initially following the established rules. However, in the end it is still far from the principles that have been instilled. ~
○○○
Pagi itu, awan hitam meliputi langit, menjanjikan hujan yang akan segera turun. Seminggu terakhir, cuaca tak pernah memberikan kebaikan. Alam seakan mencerminkan keadaan hati Lexie yang terasa mendung, penuh frustrasi menyambut kehadiran sayembara yang semakin mendekat.
Langit mulai menjadi semakin kelam, angin berbisik pelan menggambarkan ketegangan dalam hati Lexie. Frustasi dan kekhawatiran mengitari pikirannya, membuat pagi itu terasa begitu sarat dengan tekanan yang tak tertahankan. Seperti semesta merasakan gelisah yang tersemat dalam hati putri mahkota yang menghadapi ujian besar.
Lexie duduk di ruang studinya, matanya terfokus pada tumpukan buku yang menumpuk di hadapannya. Keheningan ruangan hanya terganggu oleh denyut perasaannya yang berkecamuk.
Keputusan tegas sang raja terkait sayembara memenuhi pikirannya dengan kebingungan dan kegelisahan yang tak terhingga. Ia merenung dalam-dalam, mencari solusi di tengah kontradiksi besar dengan prinsipnya yang kuat tentang tidak ingin menikah.
Keputusan untuk menggelar sayembara bukanlah semata-mata keinginan pribadi sang raja. Bagi Raja Lexus, pernikahan bukan hanya sekedar keinginan subjektif, melainkan fondasi esensial yang menjunjung tinggi kelangsungan hidup dan stabilitas keseluruhan kerajaan. Dalam pandangannya, pernikahan itu adalah panggilan suci demi kelangsungan jati diri dan masa depan yang gemilang bagi kerajaan yang ia pimpin.
Namun, pertentangan antara keputusan raja dan prinsip yang tak tergoyahkan yang dianut oleh Lexie telah menciptakan konflik mendalam. Bagi Lexie, pernikahan bukanlah sekadar sebuah solusi tunggal yang harus diikuti untuk menjaga kedaulatan kerajaan. Ini menciptakan tekanan luar biasa bagi dirinya, di mana keyakinannya yang kokoh beradu dengan harapan serta kebutuhan mendesak yang diproyeksikan oleh lingkungannya.
Dalam penjalanannya, raja telah berdiskusi dengan pemangku kepentingan terkemuka dalam kerajaan sebelum pelaksanaan sayembara. Namun, Lexie, dengan seluruh kecerdasannya, merancang suatu rencana rahasia untuk menyusun skenario kegagalan dalam acara tersebut. Ia berusaha mengatur jalannya acara tanpa terlihat jelas, memainkan setiap kartu yang dimilikinya demi menjaga dirinya dan keputusannya yang teguh.
Mendadak, seperti petir menyambar, Lexie teringat tentang tradisi kuno kerajaan yang memberikan kebebasan pada seorang putri untuk menentukan kompetisi bagi para peserta sayembara. Wajahnya bersinar sebentar saat ia menemukan secercah harapan dalam tradisi lama itu. Tanpa ragu, ia berdiri dengan mantap, meninggalkan ruang studinya menuju perpustakaan istana. Dalam langkahnya yang mantap, terpancar tekad untuk menemukan jawaban dalam aturan-aturan kuno yang mungkin bisa membantunya menavigasi situasi yang rumit ini.
Lexie melangkah masuk ke perpustakaan istana yang gemerlap dengan kehadiran ribuan buku. Langkahnya tenang, melintasi lorong-lorong yang dipenuhi oleh karya-karya tulis dari berbagai era dan topik. Di antara buku-buku tua yang berserakan, ia berusaha mencari sesuatu yang bisa memberinya jawaban.
Perlahan, matanya menemukan sebuah buku tua di salah satu rak yang tertata rapi. Dengan hati-hati, ia membuka buku itu. Di halaman yang terlipat-lipat oleh waktu, Lexie menemukan aturan lama yang menceritakan bahwa seorang putri memiliki hak untuk memilih kompetisi yang akan diadakan dalam sayembara kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne's Strength: Princess's Journey
Fiksi Penggemar- Throne's Strength: Princess Journey - Cerita ini adalah perjalanan yang menakjubkan tentang seorang putri mahkota Luxfield. Dalam upaya untuk menjaga tradisi kerajaan, ia dijodohkan melalui sayembara dengan pangeran dari berbagai kerajaan. Namun...