Happy Reading ❤"Perfect." gumam Alwi yang masih bisa di dengar
Mendengar ucapan Alwi, Nayya menjadi salah tingkah sendiri. Baru kali ini, Nayya mendengar Alwi memuji penampilan nya setelah sekian lama hubungan mereka putus.
Memang selama mereka berpacaran sewaktu SMP, Alwi sering memuji nya dan melontarkan berbagai gombalan maut yang membuat Nayya baper. Tapi semenjak hubungan mereka putus, semua itu sudah tidak pernah terjadi lagi, hilang bagaikan ditelan bumi :v.
Dan sekarang, akhirnya Nayya kembali mendengar Alwi memuji nya. Sungguh hal ini di luar dugaan nya. Meski sudah tidak ada rasa lagi, tapi tetap saja Nayya senang mendengar nya.
Cukup lama Nayya dan Alwi saling tatap menatap. Sampai pada akhirnya, kegiatan mereka terhenti karena mendengar deheman seseorang.
"Ekhem.." Dehem Rizal
"Udah kali ngeliatin nya, kapan mulai nya nih?" Sindir Ira sambil menahan tawa
Sontak mereka berdua langsung memutuskan kontak mata dan berusaha bersikap tenang.
"Yaudah, langsung dimulai aja." ucap Alwi gugup
"Ini, pasangkan di jari Alwi." ucap Ira sambil memberikan cincin pada Nayya
Nayya menganggukan kepala nya, lalu memasangkan cincin itu di jari manis Alwi. Begitu pun sebaliknya. Tapi, pada saat Alwi hendak memasang kan nya, tiba-tiba cincin itu jatuh dan menggelinding entah kemana.
Semua orang disana panik, dan langsung mencari nya. Tapi, setelah lama dicari, tetap saja cincin nya tidak kelihatan. Mereka mengaitkan insiden ini dengan firasat buruk yang akan terjadi nanti. Tapi sebisa mungkin Nayya mengusir firasat itu, dan tetap fokus mencari cincin itu.
"Bagaimana ini? Cincin nya hilang entah kemana." ucap Reni panik
"Emm kalau gak pertunangan ini ditunda saja." ucap Alwi tiba-tiba
Semua orang menoleh, dan berhenti mencari cincin itu.
"Apa maksud kamu Wi?" tanya Reni
"Tidak. Pertunangan ini tidak akan ditunda." ucap Ira
"Kita bisa memakai cincin yang lain." Sambung nya"Maksud Bunda?" tanya Nayya lirih
"Ini. Kamu bisa pakaikan cincin ini pada Nayya." ucap Ira sambil memberikan cincin yang baru pada Alwi, tapi Alwi tidak langsung mengambil nya, melainkan mengalihkan pandangannya pada Nayya.
Semua orang di sana merasa terkejut dan heran, terutama Rizal dan Nayya.
"Apa maksud Bunda? Bukannya itu cincin pemberian Nenek?" tanya Nayya bingung
Ya memang benar, dulu sewaktu Nayya kecil, Bunda nya pernah menceritakan pada nya tentang cincin itu. Cincin pemberian dari Nenek nya sebelum beliau meninggal. Dia juga berpesan agar cincin itu disimpan baik-baik.
Lalu kenapa Bunda nya menyuruh nya memakai cincin itu?
"Nggak papa Nay. Pakai aja, nanti kalau kamu sudah nikah, baru cari cincin yang baru." jawab Ira
"Beneran nggak papa Bun?" tanya Nayya lagi.
"Iya, nggak papa. Tapi kamu juga harus menjaga nya baik-baik ya."
"Iya Bun."
Lalu Alwi pun mengambil cincin nya dari Ira dan mulai memasang kan nya di jari manis Nayya.
Setelah selesai, seluruh anggota keluarga dari kedua belah pihak berfoto bersama. Didalam foto itu, terlihat ada sebuah senyum yang dipaksakan. Senyum paksa yang dilakukan orang itu untuk menutupi sebuah luka yang dirasakan nya.
Tidak ada satu pun orang yang tahu tentang luka yang sedang dirasakan nya. Orang-orang yang melihatnya itu adalah sebuah senyum biasa.
Setelah semua acara selesai, keluarga Nayya pamit pulang. Karena memang acara itu hanya dihadari oleh kedua belah pihak, tidak ada satu pun orang yang mengetahui nya.
Hal ini terjadi karena permintaan dari Nayya dan Alwi. Mereka tidak ingin teman-teman nya tahu tentang pertunangan ini. Ya meskipun, sahabat mereka sudah mengetahuinya.
---
Seperti hari biasanya, Nayya berangkat ke sekolah menaiki angkutan umum. Sebelum dia pergi, ada satu hal yang mengganjal di fikiran nya.
"Kemana Alwi? Biasa nya tanpa diminta pun dia datang untuk menjemput ku." Batin Nayya sambil tersenyum miris
Tak mau ambil pusing, dia segera pergi ke sekolahnya. Sekitar 15 menit kemudian, dia sudah sampai di sekolah nya.
Di sekolah, Nayya melihat Dinda turun dari mobil Alwi. Ada perasaan aneh di dalam hati nya saat melihat hal itu terjadi. Hati nya terasa seperti ada beribu panah yang menghujam nya.
Apalagi saat menyadari kenyataan bahwa sekarang Alwi sudah berstatus sebagai 'tunangan' nya.
Ada rasa iri yang timbul di dalam hati nya. Ingin sekali rasa nya dia yang mendapat perlakuan seperti itu dari Alwi. Tapi, seperti nya itu tidak akan terjadi setelah menyadari kenyataan yang sebenarnya.
Alwi mencintai Dinda. Itu lah kenyataan yang harus diterimanya. Kenyataan pahit yang harus diterima dengan senang hati.
"Nay." Panggil seseorang dari belakang
Seketika Nayya langsung tersadar dari lamunan nya, dan membalikkan badan nya.
"Eh kak Fahri. Ada apa kak?" tanya Nayya sambil berusaha tersenyum tulus
"Kenapa kamu berdiri di sini?"
"Ee.. Enggak apa-apa kok kak. Tadi ada kelupaan sesuatu, jadi mangkanya Nayya berhenti dulu. Setelah mikir, ternyata Nayya lupa bawa topi." Alibi Nayya.
Tapi soal dia lupa bawa topi itu memang benar. Entah kenapa dia bisa melupakan hal itu. Apalagi ini adalah hari senin, semua kelengkapan seragam itu wajib dibawa. Karena di sekolahnya, setiap upacara dilaksanakan, hal itu harus dibawa, jika tidak ingin terkena razia.
"Oo gitu ya. Yaudah nih. Pakai aja topi aku." ucap Fahri sambil memberikan topinya pada Nayya
"Eeh.. Nggak usah kak. Lagian ini kan kesalahan Nayya. Nayya gak mau ngerepotin orang lain. Nanti gara-gara Nayya, kak Fahri malah kena razia." Tolak Nayya halus
"Udah nggak papa, pakai aja. Lagian aku udah biasa kena razia kok." Balas Fahri
"Beneran kak?" tanya Nayya memastikan
"Iya, nih."
"Emm, yaudah, makasih banyak ya kak. Dan maaf, Nayya jadi ngerepotin kak Fahri." ucap Nayya sambil menerima topi itu dan memakai nya.
"Iya sama-sama, nggak masalah. Yaudah kalau gitu aku ke kelas dulu ya." Pamit Fahri
"Iya. Sekali lagi makasih ya kak."
Fahri hanya menganggukan kepala nya dan berjalan menuju kelas nya.
"Kenapa kak Fahri perhatian banget sama aku ya?" gumam Nayya sambil berjalan menuju kelasnya
▪TBC▪
Jangan lupa tinggalkan jejak. Hargai karya Author. Maaf, kalau banyak typo nya. ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Feeling[HIATUS]
Novela Juvenil"Mulut bisa saja berbohong, tapi hati? Tidak bisa di bohongi. Aku tidak pernah memaksa mu untuk mencintai ku kembali. Aku hanya ingin kau belajar menghargai keberadaan ku sedikit saja. Hanya itu, tidak lebih. Bisa kah?" -Nayyana Raini Putri La...