Dua Sisi pt 2

4 0 0
                                    


Aku memulai benar benar dari awal. Aku memulai menjadi pelayan di restoran kakakku. Apa aku benar benar harus memulai dari awal seperti ini?

"Mas! Saya mau pesen." teriak pelanggan.

"Iya mas sebentar." ucapku sambil mendatangi.

"Mau pesan apa?" tanyaku.

"Saya mau pesen ini mas. Minumnya yang ini aja." pesan pelanggan itu

"Mau tambah lagi? Ada yang kurang?" tanyaku meyakinkan

"Nggak mas, sudah itu aja. Makasih mas."ucap pelanggan dengan ramah.

.....

Pertama, kita biasa memberikan pelanggan minumannya. Tapi saat itu, aku terjatuh. Minuman pun ikut terjatuh. Minuman pun tumpah. Gelas pun pecah. Seketika itu suasana mulai riuh.

"Woy mas! Gimana seh! Kerja yang bener dong!" teriak pelanggan dengan kasar.

"Maaf mas, saya kesandung meja" jawabku dengan ramah.

"Tapi celana saya jadi basah nih!" teriaknya sekali lagi.

"Saya minta maaf ya" ujarku meminta maaf.

"Makanya, kerja yang bener!" teriaknya sekali lagi dengan memukul pipiku.

Seketika itu aku pun muak. Aku mendorongnya hingga jatuh.

"Wah wah, ngajak berantem nih orang. Ayo sini gue ladenin!" teriak pelanggan itu.

Tak lama ada seseorang yang meleraiku.

.....

"Kamu dipanggil Pak Brian." ucap temanku.

"Mmm.. ok" ucapku

Aku pun menemuinya di ruangan kakak. Kami berbincang sebentar. Tapi rasanya itu tidak sebentar. Kakakku sendiri bahkan menggretak.

"Apa yang sudah kamu lakuin?" tanya kakak

"Aku ngga sengaja kak." elakku

"Kamu jangan bikin onar lagi! Kakak nggak segan segan mecat kamu" gretaknya

"Maksudnya?" tanyaku kurang paham

"Kakak bener bener nggak akan ngasih kamu sebagian uang kakak dan kamu harus cari di luar." jelas kakak

"Baik kak" jawabku.

.......

Tapi setelah itu malah banyak masalah yang datang. Aku pun mulai muak. Seluruh kepribadianku yang pemarah ini aku keluarkan. Aku pun hampir menghabisi seorang pria yang sangat menjengkelkan dan merusak suasana.

Tapi pada akhirnya aku dikeluarkan. Aku harus mencari uang dan segalanya sendiri. Aku merasa ini tidak adil

......

Seseorang mengundangku datang ke bawah jembatan. Entah mengapa aku disuruh kesana. Aku pun mengikutinya. Siapa tahu akan ada hal yang lebih berguna.

Seseorang menggunakan masker dan berjaket hitam telah tiba terlebih dahulu disana. Aku memanggilnya dan ternyata itu temanku.

Temanku Rendra ternyata lebih memerhatikanku. Ia menyuruhku bercerita. Bercerita karena mengapa aku dikeluarkan oleh Kak Brian. Aku menjelaskan dari awal hingga akhir. Ia pun mulai paham

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Rendra

"Entahlah, mungkin tetap mencari pekerjaan ringan." jawabku.

"Dimana? Apa sudah dapat?" tanya sekali lagi

"Aku belum dapat. Tapi kalau ada rekomendasi darimu, aku akan sedikit percaya." ujarku

"Yah... aku sendiri juga tidak tahu. Aku sendiri sebenarnya salut sama kakakmu itu." ia beralih topik.

"Memangnya kenapa?" tanyaku

"Dia memulai karirnya dari pelayan sepertimu. Tapi dia mempunyai kerja yang bagus. Kedudukannya lama kelamaan naik hingga sekarang." jelas Rendra.

"Tapi, apa iya aku dipecat ya?" tanyaku sekali lagi.

"Mmm... dia tidak mau karirnya jatuh. Kamu yang sabar ya. Eh, aku punya kejutan untukmu." ujar Rendra.

"Apa tuh?" tanyaku lagi.

Rendra mendorongku hingga jatuh. Ia pun menginjak perutku. Lalu ia menekuk lututnya tepat di dadaku. Aku mencoba untuk mendorongnya. Posisinya yang kuat membuat kakinya kokoh. Ia tak dapat kujatuhkan.

Sebuah pisau dipegangnya. Ia mengayunkan pada leherku. Aku mencoba untuk menahan. Rendra memukul wajahku. Aku pun melepas genggamanku. Pisau itu pun tiba di leherku.

Rendra berdiri dan meludah tepat di mukaku. Setelah itu ia meletakan pisaunya di sebelah tanganku. Ia juga menuang darah dari leherku ke tanganku. 

"Rasakan itu sialan. Karirku bisa habis kalau kau terus membuat masalah."

.....

Just A Text (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang