Week 5
Seminggu terakhir sikap Tiara berubah. Dia tak lagi seriang ketika kami bertemu pertama kali. Beberapa hari belakangan ini dia lebih suka bercanda tentang hal yang tak ada hubungannya dengan Twitter.
Sementara aku, entah mengapa justru selalu menjadikan hal yang baru kudapat sebagau topik bercanda di timeline.
"Followersmu itu lho, Daniel," katanya agak canggung.
"Kenapa follower-ku?" Aku tersenyum.
"Banyak yang mulai follow aku, terus mention yang nggak-nggak," katanya sambil merebahkan kepalanya di bahuku.
"Maaf ya, sayang. Nanti aku mention deh satu-satu supaya nggak gangguin kamu lagi."
"Aku coba sabar-sabarin deh, semoga aku sanggup..."
"Bisa dong, harus. Kamu kan pacarku." Aku memeluknya erat dan mencium ubun-ubunnya. Didalam hati aku takut jika suatu hari nanti dia tak nyaman lagi dengan keadaan yang dia hadapi saat ini.
Week 6
"Kamu kok nggak pernah bales tweet-ku sih?"
"Kita kan bales-balesan message?"
"Iya, tapi masa tweet followers lain dibales, tweet aku nggak?"
"Karena kita udah berbalas message."
"Huh! Kamu nggak ngerti banget, ya? Susah kalau nggak mentingin pacar sendiri!"
"Hei tunggu dulu, ini maksudnha apa? Aku kan udah jelasin kalau kita punya jalur sendiri untuk message? Kenapa harus bales-balesan di Tweeter? Aku nggak suka dianggep pamer kemesraan, Tiara."
"Bilang aja kamu nggak pengen dilihat kalau kamu punya pacar! Kamu nggak mau kehilangan fans kamu, kan?"
"Tiara, kenapa kamu jadi paranoid begini?"
"You accuse me for being paranoid? Look at yourself! Kamu yang nggak bisa jaga perasaan pacar kamu, Daniel. Kamu yang bikin aku begini!"
"Tunggu dulu. Ini kamu marah begini cuma karena tweet kamu nggak aku bales?"
"Ini bukan 'cuma karena tweet nggak dibales', Daniel! Ini tentang how you treat your girlfriend."
"I treat you fine, Tiara. Kita dinner, kita jalan-jalan terus."
"Treat me better online, Daniel! Show me that you are happy having me online!"
"Oke, jadi Offline aja nggak cukup? Fine. Nih, kamu tulis sendiri apa yang kamu mau," aku menyodorkan ponselku kepadanya.
"Kenapa? Males? Aku juga jadi males sama kamu!" Tiara mengambil tasnya dan keluar apartemen dengan membanting pintu. Aku merebahkan diri di sofa. Apartemenku kembali sepi. Apa ini semua hanya karena twitter?
Week 7
@DanielTantra
I wish everything is fine, but somehow nothing is actually fine.Aku membaca lagi tweet yang kukirim barusan. Di tab mention-nya, mataku berhenti pada sebuah tweet. Alisku pun berkerut.
@NielLovers
@TiaraElisabeth kenapa tweet-nya Kak Daniel akhir-akhir ini galau terus? Kamu apain Kak Daniel?Tidak hanya itu.
@NielLovers
@TiaraElisabeth kamu jangan sok penting di hidupnya kak Daniel!@NielLovers
@TiaraElisabeth kalau Kak Daniel sampai sakit hati, kami nggak bakal diam!Oke, ini menjelaskan mengapa Tiara begitu kesal. Tampaknya, beberapa orang tidak menyadari bagaimana mereka terlalu ikut campur dalam kehidupan orang lain.
Aku menghubungi Tiara beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Akhirnya aku menyerah dan mengirimnya pesan singkat.
Sayang, kita perlu bicara, jangan ngambek terus ya. Pesan itu tidak juga dibalas Tiara.
Week 8
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Tak biasanya, aku terbangun dengan kepala pusing. Tak lama, bunyi denting ramai menyalak dari ponselku.
Apa sih, pagi-pagi udah ribut aja!
Aku meraih ponsel dari samping bantal tidur, membuka kuncinya. Lalu kaget memperhatikan jumlah chat, direct message, missed call, dan SMS yang masuk. Banyak sekali. Kemudian kubuka Twitter, dan mulai memperhatikan jumlah mention berjibun yang angkanya pun terus bertambah.
Sumber kegaduhan itu ternyata twitpic dari @NielLovers.
Thumbnail tweet itu menampilkan satu tubuh. Aku penasaran, tapi mataku tak sanggup meneliti gambar yang terlalu kecil itu. Butuh beberapa saat menunggu proses memperbesar foto yang akhirnya membuatku tercengang.
Ya Tuhan... Tiara...
Ponselku terlepas begitu saja. Lemas menyerang tiba-tiba. Tubuhku merinding, dadaku sakit, hatiku hancur, dan segalanya serba membingungkan.
Foto barusan benar-benar membuatku berantakan. Di sana, terlihat Tiara dengan baju dan celana robek diikat. Darah menggenang dibawah tubuhnya. Mulutnya tersumpal ikatan kain, dan matanya membelalak. Sebuah tembok hitam sebagai latarnya digambari smile dengan cat merah.
@NielLovers
Kamu jangan sedih lagi ya, Kak. Penyakitnya udah kami urusin <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Destiny : Random Story
Cerita PendekYa, Takdir memang sedikit lucu atau bahkan aneh, karena kenyataannya membuat lidahku kaku dan tenggorokanku tiba-tiba mengering, sehingga yang ku perbuat hanya memainkan jari-jari lentikku diatas papan qwerty dengan bahasa yang agak rancu. namun ter...