PEGANGAN TANGAN

249 11 0
                                    


(Di hari minggu),
Rifal mengajak ku ketemuan di tempat biasa kami bertemu.

Sesampainya di tempat ketemuan,
Kami banyak membicarakan hal. Sampai-sampai kami membicarakan kepiting yang berada di pinggir air sungai.
Rifal bilang kalau kepiting itu adalah sahabatku.
"Kalau kepiting itu sahabatku, lalu aku apa?". Ucapku kesal.
"Kamu kepiting juga". Ucap Rifal sambil ketawa.
"Emang kamu mau pacaran sama kepiting?". Ucap ku sambil ketawa.
"Iya mau kalau kepiting itu secantik kamu". Ucap Rifal dengan senyuman.
"Hmmm". Ucap ku sambil tersenyum.

Saat sore sekitar jam set 6, dia mengantarku untuk pulang.
Dan saat di perjalanan pulang. Dia mulai mendekatkan tangan nya dengan tanganku. Saat itu, aku sedang berbicara kepadanya. Tapi tiba-tiba dia memegang erat tangan ku. Lalu aku teringat, bahwa dia pernah bermimpi dan di mimpi itu...
Kami sedang pegangan tangan di jln ***.  Dan hari ini aku baru menyadari bahwa mimpi itu menjadi kenyataan.

Awalnya aku kira ini mimpi, lalu saat aku mencubit pipiku dan rasanya sakit.
Aku pun baru menyadari bahwa ini bukan mimpi, melainkan kenyataan.

Aku hanya bisa tersenyum. Dan entah kenapa suasana menjadi canggung, bahkan selama perjalanan pulang. Kami tidak berbicara apapun, tapi tangan ini masih melekat seakan tidak bisa dilepaskan.
Ini pertama kalinya dalam hidupku.
Dia yang pertama kali aku cintai,
Dia juga yang pertama kali memegang tanganku dengan erat sampai aku mengira ini hanyalah mimpi.

Sesampainya di rumah, aku langsung makan karena dia menyuruhku untuk makan.
Saat adzan mengumandang dan saat makananku habis. Aku segera mengirimkan pesan hanya sekedar untuk mengajaknya sholat karena tujuan ku berpacaran bukan hanya untuk membuatku bahagia, tapi juga membuat dia selalu ingat akan Allah dan kewajibannya sebagai makhluk Allah.
"Sholat bareng yu". Ucapku.
"Hayu, tapi aku wudhu dulu". Ucap Rifal.
"Okey. Kalau udah wudhunya. Kamu nanti chat aku, trus bilang: yu sholat, jangan di balas. Oke?". Ucap ku.
"Okey". Ucap Rifal
(2 menit kemudian)
"Yu sholat, jangan di balas". Ucap Rifal.
Lalu kami sholat. Walau kami beda rumah dan letak rumah kami sangat jauh, tapi aku bahagia bisa sholat bersamanya.

⚛⚛⚛

Keesokan harinya….
Saat aku berjalan menuju sekolah ku. Tiba- tiba bel berdering, membuatku berlari menuju kelas dan berlari lagi menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Saat itu, aku hanya pokus ke depan sambil memberikan penghormatan kepada sang bendera merah putih. Aku tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikanku.
Saat Dewi mengatakan kepadaku bahwa di samping ku ada Rifal. Aku hanya bisa tersenyum.

Saat upacara telah selesai, semua murid memasuki kelas nya masing-masing.

Tringgg…tinggg…tring… (bel jam pelajaran ke 2 berbunyi)
“Dew, anter ke kamar mandi yu”. Ucapku.
“Mau ngapain?”. Ucap Dewi sambil memasukkan bukunya kedalam tas.
“Ya mau buang air kecil lh, mau apa lagi coba?”. Ucapku kesal.
“yehhh, kirain mau BAB hehehe”. Ucap Dewi sambil cengengesan.

Aku hanya meliriknya dengan tatapan tajamku membuat Dewi bangkit dari tempat duduknya. Langsung saja ku tarik tangannya menuju pintu. Saat aku mencoba membuka kedua pintu sambil bercermin. Tiba-tiba Rifal berada di hadapanku. Hingga membuat ku kaget. Dia tertawa ngakak karena melihat ekspresiku. Aku hanya tersenyum sambil mencoba menyembunyikan rasa malu yang sedari tadi mengumpal dalam diriku. Tapi sayangnya, itu tidak bertahan lama. Aku langsung membalikkan badanku dan masuk ke dalam kelas karena malu. Dewi sahabatku hanya memperhatikanku, sambil ketawa puas seakan-akan mengejekku.
Hingga pada akhirnya aku tidak jadi pergi ke kamar mandi karena tingkahku yang membuatku malu untuk pergi ke kamar mandi.

Tring...tringg...tringg (bel istirahat berbunyi)
Saat aku sedang memperhatikan Rifal di depan pintu kelasku. Ada seseorang yang sedang memperhatikanku. Dan saat aku meliriknya.
Aku melihat teman Rifal yang bernama Wendy. Dengan badan yang sedikit gemuk, kulit yang berwarna hitam manis dan rambutnya terbelah dua seperti model rambut zaman dulu. Membuatku bertanya-tanya “mengapa dia memperhatikanku?”.

Saat bel pulang. Aku teringat kembali tentang temannya Rifal yang bernama Wendy itu. Walau aku berfikir positif tapi entah kenapa pikiranku berubah menjadi negatif terhadapnya. Karena semakin hari, dia selalu memperhatikanku. Sampai -sampai aku menanyakan hal itu kepada pacarku Rifal.
"Kenapa temen kamu yang namanya Wendy liatin aku terus". Ucapku yang sudah berfikir negatif.
"Mungkin kamu cantik". Ucap dia seakan tidak peduli.
"Ihh aku serius". Ucap ku yang mulai kesal.
"Iya mungkin dia suka". Ucap Rifal.
"Ihh tapi aku ga suka". Ucapku.
"Terus kamu suka nya sama siapa". Ucap Rifal.
"Suka nya cuman sama kamu aja". Ucapku.
"Kenapa suka aku?". Ucap Rifal yang sedang menantikan pujian dariku.
"Tau ah, lagi pula kamu ngapain sih nanya kaya gitu segala. Udah tau aku sukanya cuman sama kamu aja". Ucapku yang mulai kesal.
"Iya atth iya jangan marah yahh nanti cantiknya ilang loh". Ucap Rifal.
"Hmm". Ucapku.
"Sayang besok aku mau minta foto kamu yah? Besok aku mau bawa hp ke sekolah". Ucap Rifal
"Umm buat apa minta foto aku?". Ucapku.
"Ya buat aku liatin lh kalo kangen ". Ucap Rifal
"Kan setiap hari ketemu, bahkan hari libur pun ketemu". Ucapku
"Iya ketemu di pagi, siang, sore tapi malam?". Ucap Rifal yang seakan-akan meyakinkan ku untuk memberikan fotoku kepadanya.
"Iya iya besok aku bawa hp ". Ucapku.
"Oke siap". Ucap Rifal.

⚛⚛⚛

Keesokan hari nya saat jam istirahat, dia sengaja lewat ke kelas ku dan kebetulan aku berada di luar kelas. Dia diam-diam memberikan hp nya kepadaku sambil melihat-lihat. Takutnya ada guru yang melihatnya saat sedang memberikan hpnya kepadaku.
Sejujurnya kami tidak diperbolehkan membawa hp. Jika ingin membawa hp, kami harus menitipkannya di ruang guru dan mengambilnya saat pulang sekolah. Tapi saat kami ingin memainkannya dijam istirahat. Kami harus sembunyi-sembunyi karena jika tidak, hp kami akan di sita selama 1 minggu.

Saat dia hendak memberikan hpnya kepadaku sambil menengok ke arah pak Elan. Dan saat tangan ku meraih hpnya. Tiba-tiba Pak Elan melirik kami. Tapi untungnya pak Elan hanya tersenyum. Itu yang aku sukai dari pak Elan, dia baik.

Kami hampir saja jantungan, saat pak Elan melihat tingkah kami. Lalu saat itu juga, Rifal langsung memberikan hp nya padaku. Dan saat aku buka pesannya, ternyata dia sering chatan dengan perempuan lain. Walau hanya sekedar basa basi soal pelajaran atau PR sekolah tapi entah kenapa rasanya ingin marah. Tapi aku berpikir dua kali. Jika aku marahh hanya karena hal sepele, sama saja semakin lama semakin membuatnya bosan berpacaran denganku. Hingga pada akhirnya, aku menunda amarahku.

Tidak membuang-buang waktu, langsung saja aku membuka bluetooth untuk mengirimkan foto ku. Saat itu aku bener-benar binggung harus mengirimkan foto yang mana untuk nya.
Lalu aku meminta pendapat kepada sahabatku Dewi.
"Pilihin foto aku lh yang bagus buat di kirimin ke hp dia". Ucapku.
"Oke oke". Ucap Dewi singkat.
Lalu saat itu, aku langsung saja mengirimkan fotoku kepadanya. Walau sedikit kesulitan saat mengirimkan foto itu ke hpnya.

Di siang hari, aku masih bisa menatapnya. Begitupun dia....
Tapi di malam hari, aku hanya bisa menatapnya di galeri hpku...

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang