15

49 2 0
                                    

Pertengkaran Rey dan Dimas ternyata belum saja usai, mereka masih saja berusaha merebutkan hati Rizka. Rey yang tidak suka Rizka, harus  menyetujui perjanjian konyol Dimas. Namun Rey ingin memperjuangkan persahabatan mereka, maka dari itu Rey memilih, untuk terus menyetujui perjanjian konyol itu. Alasannya karena Rey, tak ingin persahabatan mereka hancur, hanya karena satu perempuan. Kalau bukan karena persahabatan mereka, mana mungkin ia mau menerima perjanjian itu.

"Rey" panggil Rizka

"Gue"

"Iya siapa lagi, saya mau nanya dong, kamu tau gak rumah Dimas dimana" ucap Hawa

"Tahu kok, eh bentar deh kenapa lo tanya rumah Dimas, jangan-jangan lo suka yah sama Dimas" tanya Dimas

"Apaan sih, engga juga" sangkal Rizka

"Gak usah bohong, pipi lo merah tuh kayak tomat yang gue beli kemaren" ucap Rey

Seketika saja ia memegang pipinya sambil berkata dalam hati.

"Masa iya pipi ku merah, ada apa ini, apa sekarang, aku udah benar-benar suka sama dia" berbicara dalam hati

Karena dirinya yang penasaran, ditamparlah pipinya dengan sangat keras.

"Aaawww" teriak Rizka

"Kamu gak mimpi kok, apa mau aku temenin" tanya Rey

"Gak usah lagi pula, saya mau ngomongin sesuatu penting" jawab Rizka

"apa itu, jangan bilang kamu mau nembak dia" ungkap Rey

"Utss ngaco kamu ini" sangkal Rizka

"Ya udah aku catat dulu, nih udah"

"syukron akhi"

Terpancar lah muka bahagia saat Rizka tau dimana letak rumah Dimas.

Dirumah Dimas.

Sebelum Rizka mengetuk pintu, muncul pikiran dimana, ia merasa kalau sikap ini tak sewajarnya ada, pada diri Rizka. Apa lagi sampai dirinya memikirkan orang aneh itu, pikirnya ini belum waktunya dan ini bukan saat yang tepat. Namun mengapa dirinya bisa melakukan hal semacam ini, tiba-tiba saja ia menjatuhkan tangannya dan mengurungkan niatnya untuk berbicara kepada Dimas. Belom sempat ia mengetuk pintu, namun Dimas sudah membukakan pintu duluan. Kemudian Dimas mempersilahkan Rizka masuk kerumah, Rizka merasa, kalau dirinya sekarang, terjebak dizona yang membuatnya bimbang dan risau. Tapi kalau Rizka tidak mengutarakan isi hatinya sekarang, kapan lagi ia bisa jujur mengenai hatinya. Kalau pun ditunda apa alasan, bagi Rizka yang datang, mengunjungi rumahnya Dimas saat ini. Tidak mungkin alasan Rizka kerumah Dimas, hanya sekedar menemuinya. Sedangkan yang Dimas tau, Rizka benci sekali dengannya. Namun ketika Rizka sudah berada didalam, ia pun menumpang pergi, kekamar mandi sementara. Nampaknya saat itu, Rizka ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu, sebelum dirinya berbicara dengan Dimas.

Rizka pun segera mencuci muka, seraya berbicara sendiri menghadap cermin, layaknya orang bodoh. Rizka tidak tau, harus bersikap seperti apa kepada Dimas. Rizka takut kalau nantinya sikap Dimas berubah saat dia mengetahui, perasan Rizka sebenarnya. Namun saat ini tidak ada pilihan lain, setelah Rizka berpikir lama, akhirnya Rizka pun memberanikan diri untuk keluar dan bicara sama Dimas. Sesungguhnya kondisi seperti ini, belum pernah ia rasakan sebelumnya, sepertinya Dimas adalah sosok Pria yang berhasil, membuat seorang Rizka yang taat dalam beragama dan tidak tertarik pada laki-laki itu, menjadi salah tingkah. Berbarengan ketika Rizka keluar dari kamar mandi, Dimas pun selesai menyuguhkan minuman dan makanannya untuk Rizka.

"Jadi ada hal apa yang membuat lo susah-susah kesini" tanya Dimas

Menarik nafas panjang

"Jangan-jangan lo utusannya Rey untuk datang kesini dan jelasin kalau sebenernya dia gak salah. Kalau emang itu, yang lo mau sampein ke gue, gue gak mau denger" Dimas berdiri dari tempat duduknya

"Aduh kenapa jadi salah paham kayak gini" berbicara dalam hati

Tak lama Rizka, memanggil nama Dimas dan menyuruhnya untuk duduk dan mendengar penjelasannya sebentar. Namun sebelum ia menjelaskan itu semua, ada baiknya Rizka menenangkan hati Dimas.

"Dengerin dulu aku mau bicara" tegas Rizka

"Jadi lo mau ngomong apa" tanya Dimas

"Sebelumnya kamu jangan berprasangka buruk dulu sama aku ataupun Rey, jadi sejujurnya niat aku ke sini tuh"

Rizka pun berhenti sejenak dari pembicaranya, lalu ia menarik nafasnya panjang-panjang untuk menenangkan diri.

"Ia niat lo kesini apa, jangan dipotong-potong dong pembicaraannya" ucap Dimas

"Saya mau ngaku ke kamu, kalau sebenernya saya punya rasa ke kamu" tegas Rizka

Setelah ia mendengar pengakuan Rizka, jatuh air mata Dimas, entah apa yang Dimas rasakan saat itu. Dimas pun binggung, harus merasa bahagia atau sedih. Karena sepenuhnya ia belum terlalu yakin dengan Rizka. Karena dirinya saja belum begitu paham, soal orang yang disukanya itu.

"Gue gak tau, harus seneng atau engga denger ini semua, apa gue harus percaya atau engga sama lo. Karena sejujurnya gue belum bisa pahamin lo Riz, bahkan gue aja, gak bisa baca hati lo sampai detik ini, gimana ke gue. Jadi ketika lo ngomong kaya gini, gue belum bisa yakin sepenuhnya sama lo, contohnya aja, tentang lo yang suka sama gue.

"Malah gue sangkanya ini cuman rasa bersalah aja, supaya gue bisa sahabatan lagi sama Rey. Kalau emang itu bener, coba jelasin ke gue, tapi, kalau ternyata jawabannya salah, jangan pernah lo libatkan hati lo, walaupun itu demi kebaikan atau apalah. Karena hati itu bukanlah sekedar, bagaimana lo bisa berbuat baik kepada orang dengan cara mengorbankan perasaan lo sendiri, Karena hati gak sekuat itu." Jelas Dimas

"Tapi ini yang sejujurnya saya rasakan Mas" pernyataan Rizka

"Gue perlu waktu Ka untuk percaya" seketika itu juga Dimas meninggalkan Rizka, tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.

Bruggg, dibantinglah pintu kamar Dimas, Rizka yang mendengar itu, sontak saja terkejut. ini pertama kalinya, sejarah dalam hidup Rizka, ia menitihkan air mata, untuk pria. Sementara Dimas, yang masih saja didalam kamar, menangisi nasibnya, karena sejujurnya Dimas, tidak bisa terima. Mengapa Rizka baru saja menyadari sekarang, disaat Dimas ingin melupakan dan memulihkan perasaannya kepada Rizka. Padahal Dimas sudah berniat, setelah ia pulih dari perasaan yang selama ini, membuat dirinya sakit, barulah dirinya memaafkan Rey. Tetapi kejadian yang tak disangka-sangka selalu saja muncul, Dimas merasa sangat kesal, siapa yang harus ia percaya hatinya atau Rizka. Sedangkan hatinya Dimas berkata lain, yang ada, dalam hatinya saat itu,  Rizka bertindak seperti itu, hanya ingin menyelamatkan persahabatannya saja.

Namun ia sangat ingin sekali mempercayai ucapan Rizka, karena dirinya yang masih berharap kepada Rizka. Tetapi apa semudah itu, mempercayai orang yang pernah meyakiti hatinya, jelas-jelas Rizka pernah berkata, secara terang-terangan, bahwa ia tidak akan mungkin, suka dengan Dimas sampai kapanpun. Emang sulit dipercaya, maka dari itu, Dimas memilih pergi meninggalkan Rizka. Sudah 1jam, Dimas menangisi dan memikirkan ucapan Rizka terhadapnya. Dimas takut nantinya, ia akan tersakiti lagi, hanya karena meyakini perkataan yang belum tentu kebenarannya. Sementara Rizka, yang masih berada diruang tamu, masih saja menunggu Dimas. Tersadar Dimas dengan kejadian barusan, akhirnya Dimas memilih, keluar dari kamarnya dan berniat menemui Rizka.

Dimas pikir siapa tau saja, Rizka masih ada dirumahnya, namun ketika ia membuka pintu, ternyata Ruang tamunya sudah tak dihiasi orang. Ternyata sebelumnya, Rizka nampak mengetahui, keberadaan Dimas yang saat itu ingin keluar. Selanjutnya Rizka mempercepat dirinya, untuk meninggalkan rumah Dimas.

Ketika ❤ menjemput islamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang