Let's Play with Us!

60 11 20
                                    

Dingin merengkuh tubuh. Rintik hujan tak hentinya bergemuruh. Memaksaku untuk tetap tinggal di dalam rumah yang penuh debu.

Aku terduduk, di depan layar besar yang menampilkan dua orang yang tengah beradu mulut. Drama korea, entah mengapa akhir-akhir ini aku sangat menyukainya. Setiap malam aku hanya akan menghabiskan waktu dengan terhanyut dalam alurnya sembari ditemani coklat panas dan majalah. Tak lupa dengan potongan mentimun yang akan menyegarkan wajah.

Sebenarnya, hari ini aku sedang menunggu kedatangan teman-temanku. Teman-teman yang selalu ada di dalam suka dukaku. Aku sangat senang bisa berkenalan dengan mereka, kami sering berbagi cerita tentang pengalaman hidup yang tak terlupa. Bercanda bersama, bernyanyi, bahkan membuat cerita. Dengan mereka aku merasa bahagia, meskipun aku tau ... mereka tak nyata.

Seperti biasa mereka akan datang tepat pukul dua belas malam, di mana lampu-lampu sudah padam dan sebagian orang sudah terlelap di dalam malam yang kelam. Jika sebelum pukul dua belas malam lampu sudah padam tiba-tiba, aku tau itu pasti ulah mereka.

Lima menit lagi pukul 12 malam, jujur saja aku sudah tak sabar. Katanya mereka akan memberikanku kejutan yang sangat menakjubkan. Entah, aku tak tau apa maksud mereka. Awas saja jika nanti aku tidak terkejut dan biasa saja.

Klik!

Lampu padam. Aku menyunggingkan senyuman, pada mereka yang muncul dari balik kelambu dengan cengiran.

"Huh! Aku sudah bosan menunggu kalian," eluhku sambil memeluk bantal yang tadinya aku pakai sebagai sandaran.

"Aku yakin, sebentar lagi rasa bosanmu akan hilang," kata anak kecil bermata biru. Aku biasa memanggilnya Si X karena di pipinya ada jahitan yang membentuk huruf x.

Dari awal aku berkenalan dengan mereka, mereka tidak mau memberitahuku namanya yang sebenarnya. Jadi, aku memanggilnya dengan nama yang aku suka. Si X, Si Keriting, dan Si Jangkung.

Ketiga bocah itu mau-mau saja aku panggil dengan sebutan itu. Tak ada satu pun yang memprotes. Walaupun awalnya mereka selalu berdecak dan berkata bahwa mereka tidak suka nama pemberianku.

Aku tidak peduli. Aku hanya akan tertawa dan terus memanggil mereka dengan nama itu. Toh, mereka juga tidak bisa menyebut nama asliku. Mereka selalu memanggilku Alen. Padahal sudah berulang kali aku memberitahu mereka bhwa namaku adalah Arsenia.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" tanyaku pada mereka.

Ketiga anak itu saling memandang, seolah saling memerintah untuk mengatakan sebenarnya apa yang mereka maksud dengan kejutan.

"Kami ingin mengajakmu bermain," jawab Si Keriting membuatku tertawa.

"Bermain? Hei! Kalian kan tau aku tidak suka bermain-main. Lebih baik aku beristirahat untuk mengerjakan tugasku besok."

Mereka berdecak bersamaan. Menautkan alisnya dan menggembungkan pipi. Kebiasaan mereka saat memaksaku melakukan sesuatu.

"Ayolah! Setelah permainan ini aku berjanji akan memberitahumu namaku," timpal Si X dengan raut memohon.

Aku tidak suka bermain, karena memang selama ini tidak pernah ada yang mengajakku bermain. Aku sendiri. Tak ada yang mau berteman denganku. Berkat luka bakar yang menutupi separuh wajahku.

Sembilan tahun yang lalu, saat usiaku tepat mencapai delapan tahun, ayah mengajakku untuk ikut ke pabrik tempatnya bekerja. Pabrik rokok yang menghidupi keluarga kami tiga tahun lamanya. Pabrik itu sangat besar, saat melangkahkan kaki ke dalamnya, wangi tembakau akan menyambut diikuti suara mesin yang berputar.

Aku yang berusia delapan tahun sangat senang, bisa menyaksikan dan memberi semangat pada ayah yang terlihat letih membanting tulang. Ayah pun tersenyum, sesekali menatapku yang ia biarkan duduk di bangku yang sudah disediakan. Hingga senyuman tergantikan dengan jeritan. Jemarinya tak sengaja masuk ke jeruji mesin yang berputar. Ayah nampak berusaha menarik tangannya, tapi ia tak kuasa mengalahkan mesin yang berpuar cepat. Jemari ayah semakin tergiling di dalamnya. Darah mengucur mengotori lantai hingga berwarna merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Play with Us!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang