"Bang, masih ngantuk." ujar Luna masih menutup mata. Tidak bergerak dari tempat tidurnya padahal hari ini Luna harus sekolah. Sudah lama Luna tidak masuk sekolahnya.
"Kalau Luna tidak bangun abang ak-" Luna langsung meninggalkan kamarnya dan menuju kamar mandi. Dean tertawa melihat tingkah Luna yang langsung nurut sebelum mendengar ancaman.
***
Mom memperhatikan siswi yang masuk ke area sekolah. Entah kenapa dia penasaran. Kemana anaknya pergi? Karena tidak ada saudara yang tinggal satu daerah dengan mereka.
Kening mom berkerut, melihat mobil yang tidak asing baginya. Seakan pernah melihat tapi lupa kapan dan dimana. Pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok perempuan yang mommy tunggu daritadi akhirnya datang. Luna dengan wajah berseri-seri berpamitan sama orang di dalam mobil itu.
Luna kaget. Melihat mom nya berdiri tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Buat apa mom disini? Apa iya ingin ketemu dengannya? Padahal disini cuma dia yang sekolah. Kedua saudaranya sekolah di salah satu sekolah termahal di kota nya. Sekolah dimana dad nya jadi donatur di sekolah itu.
Ya, seperti biasa orangtuanya membedakan dia dengan saudaranya. Bahkan tidak semua orang tau kalau dia adalah anak dari pengusaha tambang terbesar di Indonesia.
Dengan terpaksa Luna memasuki gerbang sekolah dan mengabaikan sang ibu yang daritadi menantikan dirinya. Sesak, itu yang dirasakan mom ketika putrinya memilih mengabaikannya dibanding menghampiri dirinya dan memeluknya. Mungkin ini balasan dari Tuhan karena selama ini mom mengabaikan Luna sampai akhirnya mom kena karma, diabaikan oleh anaknya sendiri.
***
Bel sekolah berbunyi, pertanda proses belajar mengajar telah berakhir. Dengan tergesa-gesa Luna menuju parkiran sekolah karena abang kesayangannya sudah datang menjemput Luna.
Tidak jauh dari mobil abangnya, Luna melihat Dean tengah memarahi wanita paruh baya.
"Saya tahu tante orangtua Luna tapi sikap tante ke Luna malah sebaliknya. Karena ulah keluarga tante Luna seperti ini. Kalau kalian tidak suka sama dia kenapa kalian tidak buang aja dia dari dulu? Daripada dibesarkan layaknya hewan yang tiap hari dimarah-marahi. Kalau begini terus batin Luna yang tersiksa.""Dia itu anak saya. Saya orangtuanya. Jadi tidak ada salahnya dong kalau saya kemari." sanggah mom.
"Anak ya? Gini deh, saya tanya ke tante, definisi anak itu apa sih? Kenapa tante tega nyakitin Luna? Apa salah dia? Saya aja yang bukan saudara kandungnya tidak tega nyakitin dia."
"Abang." lirih Luna. Ternyata benar dugaan Luna, wanita paruh baya itu ialah mom nya.
Tapi, kenapa mom disini? Apa dia gak pulang dari pagi? Tapi tadi pas istirahat dia tidak melihat mom nya di pagar. Apa dia balik lagi ke sini? Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di pikirannya.
Luna mendekat ke arah Dean sebelum abangnya semakin marah. "Sudah bang, jangan marah. Aku takut bang. Ayo pulang." pinta Luna sambil menarik baju Dean.
"See? Bahkan anakmu sendiri minta pulang ke rumah saya. Malahan ia sendiri tidak mau melihat tante. Jadi jelas kan? Saya permisi." Dean sambil merangkul pundak Luna dan berjalan beriringan menuju mobil. Semua itu tidak lepas dari pandangan mom. Sampai mobil itu menjauh pun.
***
Satu kata buat Luna, kejam.
Katakan lah Luna kejam, dengan membiarkan mom pergi begitu saja. Melukai hati mom dengan mengabaikannya. walaupun hati ingin berteriak aku kangen mom tapi egonya yang tinggi membuat Luna bersikap jahat ke ibu nya.
Luna tahu itu salah, ia sadar, menyesal telah melakukan itu ke mom nya. Tapi ia ingin memberikan pelajaran ke keluarganya agar mereka sadar, bahwa Luna bukan anak pembawa sial, bukan anak pembawa masalah. Tapi anugrah. Semua anak itu adalah anugrah. Dan tidak mungkin Tuhan memberikan sesuatu yang tidak penting bagi umatnya.Dengan mata berkaca-kaca Luna menatap figura foto dirinya bersama ibunya sewaktu kecil.
Maafkan Luna mom, maafkan Luna.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...