B83

126 32 6
                                    

Arti Sebuah Kata Nanti

Hari Senin

Ciko baru saja meletakkan alat tulisnya ke dalam tas, dia terdiam sebentar lalu menoleh ke arah Yudan. "Yud, kapan lu mau belajar?"

Pemuda yang sedang menikmati roti isi coklatnya itu langsung mengerutkan keningnya tidak suka. "Nanti." Jawabnya asal.

Hari Selasa

"Jadi, kapan lu mau belajar?" Tanya Ciko saat mereka berada di kantin Emak Ija.

"Kan gue bilang nanti." Jawab Yudan tanpa mengalihkan perhatiannya dari nasi kuning yang ada di atas meja.

"Nanti kapan?" Desak Ciko.

"Kapan-kapan."

Ciko, "..."

Hari Rabu

Yudan baru saja masuk ke dalam kelas dengan wajah lesu. Dia dengan pasrah menghempaskan dirinya di atas bangkunya.

"Kapan belajar?" Tanya Ciko yang membuat Yudan tersentak.

"Nanti, Ciko Dwi Putra." Jawab Yudan dengan kesal.

"Waktu tepat untuk nanti itu kapan, Yudan Pratama?" Balas Ciko yang membuat Yudan mendengus kesal.

"Nanti ya nanti." Gerutunya kesal.

Hari Kamis

"Belajar?"

Yudan meletakkan buku ke wajah Ciko dengan kesal.

"Gak, jangan dulu!"

Ciko menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Karena belum nanti."

"..."

Hari Jumat

"Stop!" Ucap Yudan sambil memajukan tangan kanannya. "Nanti aja." Jawabnya yang langsung berjalan cepat keluar kelas.

"..." Ciko yang baru saja ingin bertanya hanya bisa menelan kata-katanya.

Hari Sabtu

"Yudan."

"Nanti Cik. Gue serius!" Jawab Yudan langsung dengan mata bulatnya yang menatap Ciko penuh keseriusan.

"Gue belum nanya, Yud."

"Nanti."

"..."


Hari Minggu

Ciko mengetuk pintu kamar Yudan dua kali lalu membukanya tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik kamar.

Setelah menutup kembali pintu, Ciko berjalan ke kasur yang terdapat Yudan terbaring nyaman di atasnya. Ciko duduk di kasur dan memperhatikan Yudan yang sedang mengotak atik ponsel pintarnya. Sepertinya orang tuanya juga sudah menyerah untuk menyita ponsel tersebut.

"Gue menyerah." Ucap Ciko.

Yudan hanya mengangguk paham, "Menyerah apa?" Tanyanya acuh tak acuh.

"Lu sendiri yang minta diajarin, tapi lu sendiri yang terus menghindar belajar. Gue gak bakal nanya-nanya lu lagi soal belajar."

Yudan menghentikan jarinya yang sedang berada di layar ponsel, dia melirik ke arah Ciko dan mendapati sahabat karibnya itu sedang menatapnya dengan serius.

Dengan berat hati, Yudan meletakkan ponselnya di kasur dengan asal dan bangun duduk. Dia menatap Ciko penuh rasa bersalah, "Jangan gitu dong, Cik! Masa nyerah gitu aja."

"Lu susah diatur, gak ada niat belajar, dan selalu cari alasan."

"Oke oke, gue bakal belajar." Ucap Yudan yang akhirnya menyerah.

Ciko tersenyum tipis, "Bagus, sekarang lu mau belajar apa?"

"Ini hari minggu, Cik."

"Terus?"

"Kalo gue belajar, terus libur gue kapan?"

"... Terus kapan lu belajar?"

"Nanti."

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang