The Minecraft [End]

1

   "Kringgg....."

  Alarm berbunyi keras membangunkan seorang gadis di pagi hari yang cerah. Sinar mentari pagi menghangatkan seisi ruangan.
Gadis itu terbangun di pagi hari dengan wajah lelah dan rambut berantakan. Berharap bahwa yang terjadi kemarin hanyalah mimpi.

  Ia menghembuskan napas berat sebelum beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan pelan ke kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi dengan baju kantornya, ia bergegas pergi menuju kantornya.

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|
   "Ada apa denganmu Vania? Kenapa kemarin tidak bekerja?" Tanya senior Vania.
"Iya kak, saya ada masalah." Jawab Vania gugup dan mencari alasan yang tepat.
"Alasan aja kamu! Kamu tahu gak? Kakak itu diomelin habis-habisan sama kepala proyek kita! Kamu tahu kan seberapa penting peran kamu didalam proyek ini!" Bentak senior Vania yang tersulit emosi.
"Iya saya tahu kak, saya minta maaf." Jawab Vania pelan berusaha tidak memperbesar masalah yang sedang terjadi.
"Kalau gitu kembali bekerja!" Perintah senior itu.

  Vania berjalan kearah meja kantornya. Duduk dan menatap lelah komputer yang mati. Ia seakan masuk ke neraka yang super dalam. Akhirnya dengan terpaksa ia menghidupkan komputer itu dan mulai mengetik.

"Vania..." Bisik seseorang dari arah kanan Vania.
"Hmm.....?" Tanya Vania tanpa menoleh.
"Vania...." Bisik orang itu lagi.
"Hmmm....?" Tanya Vania yang masih fokus mengetik.
" Vania!!! Noleh kek Napa? Fokus amat Ama kerjaan lu!" Teriak Muthia dari samping Vania yang membuatnya menutup telinga kanannya.
"Apaan?cepet ngomong! Gua sibuk!" Perintah Vania yang tetep fokus mengetik.

" Udah ah, nanti aja ngomongnya di cafe samping kantor. Aku tungguin, awas kalau gak datang!" Ancam Muthia dan kembali bekerja.

   Vania duduk dicafe sebelah kantor. Ia mulai memijat bahu dan lengannya yang pegal akibat terlalu lama mengetik.

"Vania, apa kabar lu?" Tanya Nelson sambil menepuk pelan lengan Vania dan duduk dibangku meja.

"kabar buruk Nel." Jawab Vania.

"ya elah, biasanya lu ceria-ceria aja, napa kerja dikit aja dah lemes?" Tanya Nelson dengan wajah bingung.