Sinar mentari menyingsing menembus tirai. Tapi tetap tidak mampu membangunkan sosok di belakang Clarisa. Tangan kekar pria itu bertengger sempurna pada pinggang polos Clarisa. Hembusan nafas yang hangat dan teratur menyapa Clarisa di pagi itu. Tubuh keduanya berhimpitan. Tanpa mengenakan busana, hanya sebuah selimut lebar, hangat, dan tebal yang menutup tubuh keduanya sebatas dada.
Clarisa mengigit bibir bawahnya gelisah. Tatapannya kosong. Saddam dengan tenangnya masih bermimpi ria di alamnya. Tanpa beban sedikitpun sementara tidak dengan Clarisa. Perempuan itu bahkan terbangun subuh-subuh karena tidurnya yang tidak nyenyak.
Ini sudah kali keduanya ia tidak pulang ke rumah tanpa memberi kabar. Dan penyebabnya pun sama. Namun sekarang Clarisa alasan apa lagi yang akan ia katakan. Akankah ibunya percaya? Bagaimana jika ibunya tidak tidur karena menunggu anak gadisnya yang tidak bisa di sebut gadis ini lagi untuk pulang?
Clarisa sudah sangat amat berdosa sekarang. Ia telah terjatuh sangat dalam. Dan menutup semuanya dengan rapat. Apa ia masih bisa di sebut anak? Setelah kejadian semalam mungkin tidak lagi.
"Eughh.."
Clarisa melenguh saat Saddam menciptakan sebuah tanda kepemilikan pada lehernya.
Tubuh keduanya telah polos tanpa busana. Entah sejak kapan itu terjadi. Siapa yang memulai ataupun melakukannya tidak ada yang sadar. Keduanya telah tenggelam dalam dunia mereka. Dimana mereka akan merasakan nikmat duniawi walau hanya sebentar namun sangat berharga.
Saddam mulai menyusu layaknya bayi. Sudah lama ia tidak mendapat asupan. Walaupun gundukkan Clarisa tidak mengeluarkan cairan tetapi Saddam akan dengan senang hati melumat nipple Clarisa sampai ia puas.
Tangan lainnya ikut berkerja. Bermain-main dengan pusat tubuh Clarisa membuat benda itu basah sampai-sampai mengeluarkan cairan kental.
Tangan Clarisa yang melingkar pada leher Saddam semakin menarik Saddam lebih dalam. Mulutnya tak kuasa menahan berbagai macam desahan. Berberapa kali mendongkak menahan nafas lalu mendesah. Semakin cepat jari Saddam memasukkinya semakin mengeliat tubuh Clarisa.
Clarisa baru bisa berhenti saat ia mencapai puncaknya. Dan saat itu juga Saddam menenggelamkan wajahnya pada selangkangan Clarisa. Melakukan ritualnya seperti biasa. Menjilat habis tanpa sisa sampai-sampai menciptakan suara cecapan dimana-mana. Clarisa menutup mulutnya. Matanya terbuka-tertutup dua detik-terbuka lagi. Tangan lainnya ia gunakan untuk meremas rambut hitam lurus Saddan di bawah sana.
Setelah tugasnya selesai. Tanpa menunggu lebih lama lagi Saddam langsung memasukkan Saddam's junior pada sarangnya. Clarisa memekik sementara Saddam mendesah nikmat.
"Ahhhhhhh.. Kau sangatt sempaithhhh... Sanyanghhhh..."
Suara berat Saddam akibat gairahnya membara menghiasi suasana di iringi dengan suara hentakkan akibat tumbukkan badan Clarisa dan Saddam.
Pegangan Clarisa pada bedcover semakin erat. Saddam telah mempercepat genjotannya. Clarisa takut dirinya akan terpental jauh jika tidak berpegangan, bahkan ia juga takut kasur yang mereka pakai sekarang akan hancur akibat goyangan maut yang Saddam ciptakan.
Gunung kembar Clarisa yang menari-nari atas-bawah-atas-bawah tak luput dari pandangan Saddam sebagai santapannya lagi. Tangannyapun langsung menerjang benda kenyal itu bermain-main di sana. Meremas. Lalu memainkan nipple yang menganggur. Memutar-mutarkan pentil itu, lalu menekan. Tanpa menghentikan tusukkannya.
Clarisa merancau, mendesah, bahkan sesekali mengumpat. Saddam semakin mengila di atas tubuhnya. Bermain seliar mungkin. Ingin membuktikan seberapa besar keperkasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)
Romance[LINK PEMBELIAN TERSEDIA DI BIO] (Sebagian part di hapus demi kepentingan penerbitan) TW // cheating, mature content, fire, murder, blood [21+++] Di harapkan kebijakan dalam memilih bacaan [Sepenuhnya cerita dewasa dan sedikit bumbu komedi] ...