26

6.7K 726 44
                                    

Dahyun terkejut bukan main.Kakak satu-satunya telah membuka mata.Kedua pasang iris cokelat itu saling bertatapan.

"u-unnie...?" Tangis Dahyun semakin deras.
Genggaman tangan terasa erat dirasakan Dahyun.

"a-aku panggil dokter dulu" ucap Dahyun melepas genggaman tangan Nayeon dan berlari keluar memanggil dokter.

Bunyi orang-orang berlari terdengar diKoridor. Dahyun mengikuti langkah dokter dan suster yang menuju ruangan kakaknya.

"dokter tolong periksa kakakku" ujar Dahyun saat berada di depan ruangan. Dia tahu jika dia belum bisa masuk akibat dokter harus memeriksa keadaan kakaknya.

Tangan terangkat menghapus jejak air mata. Dia begitu bahagia melihat kakaknya sadar. Kesedihan yang menimpanya sedikit terlupakan.

"Dahyun?" panggilan dan suara itu membuat mood Dahyun kembali berubah.

Mata menatap tajam kearah samping.
"apa ucapanku tadi tidak jelas untuk kalian? Menjauhlah dariku!"

"bagaimana keadaan Nayeon?"

"bukan urusanmu!"

"Dahyun aku mohon. Dengar dulu penjelasanku" terdengar suara lirihan Sana.

"tidak ada yang perlu di jelaskan. Jadi sebaiknya kalian menjauh"

Ceklek..
Pintu kamar Nayeon terbuka setelah Dahyun berucap.

"ku anggap ini terakhir kalinya kita bertemu. Jangan berani menampilkan wajah kalian padaku atau kakakku lagi" peringat Dahyun sebelum dia masuk ke dalam ruangan.

Dahyun menutup pintu. Ekspresinya tergantikan dengan senyuman kebahagiaan ketika melihat kakaknya terduduk bersandar di ranjang.

Dokter melangkah kearah Dahyun. Ditepuknya bahu gadis itu."Nona Nayeon sudah membaik. Ini keajaiban"

"terima kasih banyak dok"

"jangan berterima kasih padaku. Ini keajaiban Tuhan. Sore nanti, para suster akan melepas sebagian alat yang masih terpasang di tubuh kakak anda. Sekarang saya permisi keluar"

Dahyun mengangguk lalu membungkuk hormat berterima kasih.Sepeninggalnya dokter, Dahyun melangkah kearah ranjang Nayeon.Kakaknya sedang fokus menatap langit biru dari jendela.

"apa unnie lebih merindukan langit dari pada adik sendiri?" tanya Dahyun mengambil atensi Nayeon.

Nayeon hanya tersenyum.Tangan direntangkan meminta pelukan.Dahyun dengan segera memeluk kakak satu-satunya itu. Tangis bahagia kembali keluar."aku merindukan unnie"

"aku merindukanmu juga dubu"

Dahyun tersenyum dalam isakannya. Dia rindu panggilan sayang kakaknya itu.

"mau menceritakan kejadian yang terjadi padaku? Ini begitu membingungkan ketika melihat dokter dan alat-alat medis ini" ujar Nayeon

Dahyun melepas pelukan."3 tahun lalu...3 tahun yang lalu unnie ditabrak mobil dan koma"

"aku? Koma?"

Dahyun mengangguk."selama itu aku tidak sadarkan diri? Apa kau baik-baik saja tanpaku?" Nayeon terlihat panik

"ne unnie. Aku baik-baik saja" ujar Dahyun.

Mata Nayeon terlihat basah.Dia kembali menarik adiknya untuk direngkuhnya."kau pasti sangat kesulitan. Maafkan unnie" ujar Nayeon

"ani unnie. Aku baik-baik saja. Sungguh"

Dahyun melepas pelukan. Tangan terangkat menghapus air mata Nayeon yang sempat jatuh."aku senang unnie mau membuka mata. Aku begitu bahagia. Aku rindu omelan unnie selama ini" ujar Dahyun

Nayeon terkekeh kecil."kau merindukan kegalakanku? Kau akan mendapatkannya saat kita dirumah nanti"

"jangan unnie. Aku bercanda" ujar Dahyun cepat.

"Dasar bodoh!" ujar Nayeon.

Seketika Dahyun merasa dejavu.
Perkataan Nayeon barusan mengingatkannya pada Sana.
"Dasar Dahyun bodoh!"
Kalimat itu terus terbayang di otak Dahyun.

"Hey Kim Dahyun!" teguran dan goncangan di tubuh menyadarkan Dahyun dari lamunannya.

"ada apa?" tanya Nayeon lagi khawatir

"ah! Ani unnie. Tidak ada apa-apa" ujar Dahyun

"kau ternyata memang adikku. Keanehanmu itu ternyata mendarah daging. Tidak pernah hilang!"

Dahyun terkekeh."mian. Apa unnie lapar?"

Nayeon menggeleng.
"kurasa karena infus ini aku belum lapar. Sedikit lagi baru aku makan"

Dahyun mengangguk
"baiklah tuan puteri" goda Dahyun

.

Nayeon terlihat suntuk di kamarnya. Ini masih pagi dan dia tahu Dahyun masih mengikuti mata kuliah dikampusnya.

Dia ingin berjalan ke taman Rumah sakit, tapi Kakinya belum cukup kuat untuk berjalan sendiri. Inilah yang menjadi alasan tersendiri untuk Dahyun sehingga dia belum meindahkan kakaknya ke rumah sakit lain. Dan juga karena biaya rumah sakit telah terbayar lunas untuk kakaknya akibat kesepakatan antara Jeongyeon Dahulu.

Helaan napas berat terus Nayeon keluarkan berkali-kali.

Ceklek..
Pintu terbuka mengambil atensi Nayeon.
Wanita berjas dokter masuk berlahan kearahnya.

"selamat lagi nona"

"ah! Selamat pagi Dokter" balas Nayeon dengan senyumnya.

"bagaimana keadaan anda nona? Sudah merasa baikan?"

Nayeon mengangguk."sangat baik dok, hanya saja aku bosan di kamar terus seperti ini, dan adikku masih berada dikampusnya" ujarnya cemberut

Dokter itu terkekeh."aku akan membantumu ke taman sekalian membicarakan sesuatu. Kau mau?"

Nayeon terlihat semangat. Dia mengangguk bahagia."baiklah. Aku akan mengambilkan kursi roda dulu untukmu nona"

"panggil saja aku Nayeon, dok"

Dokter itu tersenyum."kalau begitu kau bisa memanggil namaku juga. Aku Jeongyeon. Senang berkenalan denganmu Nayeon" tangan terangkat, terulur pada Nayeon.

Nayeon menerima uluran tangan
"senang berkenalan denganmu juga dokter Jeongyeon"

"nahh sekarang, kita jalan-jalan ke taman agar kau tidak suntuk di ruangan ini"

Nayeon terkekeh
"terima kasih dokter Jeongyeon"

_Tbc_

My Beautiful Bodyguard ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang