"Shit!!" umpat Keysa ketika mendengar ponselnya berdering berkali-kali.Dengan malas dia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Deringan ponsel yang tidak mau berhenti membuatnya menghela napas panjang. Dengan posisi telungkup di atas tempat tidur, Keysa menggerakan tangannya menyapu sekitarnya dan menemukan ponselnya berada di ujung tempat tidurnya. Kedua kelopak matanya masih terpejam saat ponsel itu di dekatkan ke telinganya. Kesadarannya juga belum muncul sepenuhnya, yang ada dalam pikirannya adalah memberi Hazel pelajaran karena telah mengganggu acara tidurnya.
"Apasih Zel?" sapanya dengan suara serak, namum terdengar jelas menyiratkan kekesalanya. "Lo gak tau ini jam berapa, hah? Ganggu aja."
"Zel?!"
Kelopak mata Keysa sontak terbuka dan segera mendudukan dirinya dengan tegak. Keningnya menyerngit bingung setelah mendengar suara asing di seberang sana dan sangat jelas jika itu bukan suara Hazel. Dia sangat hapal bagaimana suara sepupunya itu.
Lalu jika bukan Hazel siapa?
"Gue, Arvan."
Helaan napas Keysa menjadi lebih berat setelah mendengar suara di seberang sana memperkenalkan diri. Arvan? Mau ngapain cowok itu menelponnya? Keysa langsung mengarahkan pandangannya ke arah jam dinding. Dan ternyata jam 2, "Lo gila?"
"Enggak."
"Cuma orang gila yang nelpon orang di jam segini." decaknya malas.
"Gue gak gila."
"Ya, terserahlah." jawab Keysa malas.
Kemudian hening. Keysa melihat layar ponselnya tapi telepon nya masih dalam keadaan tersambung.
Keysa menyelonjorkan kakinya setelah menyandarkan tubuhnya ke tempat tidur. Ponsel masih berada di telinga kanannya. Membiarkan cowok di seberang sana mengatakan apa yang ingin di katakannya, tidak mungkin jika Arvan menelponnya jam 2 dini hari tanpa adanya maksud tertentu.
Sepuluh menit berlalu dan telepon masih tersambung. Keysa kesal. Dan parahnya, hingga menit ke dua puluh pun Arvan masih diam tak bersuara.
"Lo nelpon gue malem-malem cuma mau ganggu tidur gue doang?" tanya Keysa sinis akhirnya.
"Enggak. Gue mau bahas tentang kita."
"Sejak kapan antara gue dan lo ada 'kita'?" ucap Keysa menekan kana kata 'kita' dalam perkataannya.
Terdengar decakan pelan dari seberang sana. "Oke. Gue mau bahas sesuatu antara lo dan gue."
"Gue GAKMAU." tegas Keysa.
"Gue gak nanya lo mau atau gak. Tapi, lo dan gue harus membahasnya."
"Apa yang di bahas? Lo mau batalin pertunangan nya? Batalin aja."
Keysa memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Kemudian melepar ponselnya ke sisi lain tempat tidurnya. Mendengus malas kala mengingat apa yang di katakan Arvan barusan. Membahas sesuatu katanya? Cih!
Ponselnya berbunyi lagi, namun Keysa mengabaikannya. Benar-benar menyebalkan, sudah menganggu tidurnya lalu memintanya untuk membahas sesuatu tentang mereka. Ck! Memang nya mereka sudah sedakat apa hingga memiliki sesuatu untuk di bahas? Menyebalkan.
Benda persegi itu kembali berbunyi, namun kali ini bukan dering telepon melainkan notif Line. Dan dengan malas Keysa meraih kembali ponselnya.
Arvan
Angkat
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionBagaimana kamu akan menemukan dia yang tepat, jika kamu tidak mau untuk melepaskan dan beralih dari dia yang salah.