Tidak ada pilihan lain karena memang obat asma Rasi tertinggal di kamar hotelnya, Rion akhirnya mengantar Rasi yang semakin lemah dan pucat pulang. Walau jauh dalam lubuk hati masing-masing, keduanya masih ingin menelusuri bersama malamnya Paris dan berniat akan berpisah saat matahari mulai menyingsing di pagi hari.
Dalam taksi, keduanya seolah tidak bisa melepas baik pandangan maupun genggaman tangan mereka. Keduanya tahu waktu panjang yang entah kapan berakhir akan kembali memisahkan sesampainya mereka di kamar hotel itu.
"Kapan ya gue bisa boncengin lo lagi keliling Bandung?"
Mendengarnya, air mata Rasi tiba-tiba saja berdesakan meminta jatuh dan entah kenapa Rasi tak kuasa menahan seperti sebelumnya.
Rasi tidak ingin Rion melihatnya menangis, maka Rasi putuskan bersandar di pundaknya, membiarkan air matanya jatuh dalam sembunyi, berharap Rion tidak menyadari pundaknya yang perlahan mulai basah.
Namun tentu Rion merasakan pundaknya basah, Rion tahu Rasi menangis, Rion mengerti kegundahan hati Rasi, Rion paham rasa sakit yang dirasakan Rasi. Karena sama, Rion pun merasakan semuanya.
Pandangan Rion mulai memburam oleh air mata, dadanya sesak, tapi ia paksakan bicara. "Nanti..." iya, nanti. Rion juga tidak tahu pasti. "janji ya, kalo sehabis hujan lo denger suara si veve dari kejauhan, lo harus cepet ambil jaket dan sarung tangan yang gue kasih terus berdiri depan rumah. Gue nggak akan chat atau nelepon lo sebelumnya, biar surprise... Terus ntar kita ke Martabak Asan lagi, ngobrol sambil dingin-dinginan di sana nungguin martabaknya jadi." Keduanya terkekeh pahit.
"Iya... Gue janji."
***
Karena kondisi Rasi yang tidak memungkinkan berjalan ke kamar hotelnya. Saat turun dari taksi Rion segera meminta kursi roda pada petugas hotel. Setelah itu ia bergegas membawa Rasi menuju kamar hotelnya dibantu seorang petugas hotel.
"Dimana obatnya, Ras?" Tanya Rion, begitu si petugas hotel pamit dan Rasi telah dibaringkan olehnya diatas tempat tidur.
Dengan susah payah Rasi menjawab, "di lemari... Koper kecil... Warna merah... Pouch item..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...