40. Didn't Expect You

3.5K 473 10
                                    

Jadwal kerjanya Doyoung itu lebih nyantai kalau dibandingkan dengan jadwal kerjanya Jeno. Kalau Doyoung bisa ke kantor kalau dia ada siaran aja. Contohnya, dia harus siaran sore jam 4, nah dia biasanya baru berangkat ke kantor sekitar jam setengah 3 sore. Jadi gak dari pagi di kantornya.

Beda dengan Jeno yang udah harus di kantor dari jam 8 pagi sampai 5 sore, karena kerjanya juga nggak sesantai Doyoung. Sebenernya ada enak dan nggaknya sih masing-masing kerjaan tuh.

"Sarapan bareng yuk, gue laper." Ini padahal baru jam 8, tapi Doyoung sama Kane udah ke rumah gue aja ngajak sarapan bareng. Mama sama papa udah pergi dari rumah ke tempat kerja masing-masing waktu jam 6 pagi tadi, emang nyubuh.

"Ini baru jam 8. Ohok ohok."

Perubahan cuaca yang semakin dingin akhir-akhir ini menyebabkan gue batuk. Udah 3 hari gue batuk dan belum berhenti sampe sekarang, batuknya yang gak tiap detik batuk, cuma sering. Padahal gue udah minum teh anget yang kayak mama suruh, minum obat batuk juga udah, tapi sampe sekarangg belum keliatan hasilnya. Soalnya gue masih batuk-batuk.

"Kan waktunya sarapan jam 6-8 pagi, Sie. Ini udah jam 8:01 malahan. Kita udah telat satu menit." Sambil melihat ke arah jam tangan Patek Philippe yang melingkar di pergelangan tangan kirinya saat ini.

"Gue makan kalau gue laper Doy, ohok ohok, gak ada jam spesifik kapan gue harus makan."

"Ya gak sehat lah pinter. Cepetan lo sana ganti baju, gak usah mandi–"

"Kok gak usah mandi?!" Gue ngegas.

"Ya gak usah mandi lah, lo jarang mandi pagi juga. Lagian emang lo mau narik perhatian siapa sih mandi terus rapi-rapi? Kan udah ada orang ganteng yang tertarik sama lo."

"Hah? Ohok ohok. Siapa tuh?"

"Gue lah siapa lagi?"

Doyoung akhir-akhir ini emang suka blak-blakan ngomongin perasaannya. Jujur aja, gue suka sih dia jujur dan memperlihatkan perasaannya gini, cuma, dia hanya sebatas memperlihatkannya aja ke gue. Gak pernah bener-bener secara serius menyatakannya. Loh loh, kok gue kesannya kayak berharap gitu ya?

"Dih gak banget," bohong gue barusan, "gue ganti baju bentar." Lalu bangkit dari sofa yang ada di ruang tengah dan berlari kecil menuju kamar gue yang terletak di lantai atas untuk mengganti baju dari piyama menjadi baju yang agak layak untuk dipakai keluar.

🍑🍑🍑

"Buuuu mau pesen." Ujar Doyoung begitu gue, Doyoung, dan Kane udah selesai memesan menu makanan yang kita inginkan.

Kita memilih kafe kayak bed and breakfast untuk menjadi tujuan makan pagi kita kali ini, nggak ada alasan spesifik sebenernya kenapa kita milih tempat ini. Kebetulan lewat terus kosong, jadi ya mampir aja kesini.

Sambil membawa catatan kecil dan bolpoin di tangannya, ibu-ibu yang terlihat udah umur 35 tahun keatas berdiri disamping meja gue dan mulai menanyakan apa yang ingin kita pesan.

"Saya mau es teh lemon ya bu, esnya yang banyak! Ohok ohok." Pinta gue ke ibunya.

"Gak!" Suara Doyoung berhasil membuat ibunya berhenti menulis pesanan minuman gue.
"Lo batuk, Siena. Jangan minum yang dingin-dingin."

"Tapi gue mau minum yang dingin."

"Nggak, nanti batuk lo tambah parah." Ujarnya lalu mengalihkan pandangannya yang tadinya ke gue jadi ke ibunya, "mau teh anget aja bu satu. Anget ya bu, jangan panas." Lalu tersenyum dan memperlihatkan deretan giginya yang putih seputih mutiara.

"Oke, siap mas."

Setelah ibunya mengulang pesanan gue, Doyoung, dan Kane, ibunya langsung pergi dan menaruh kertas pesanan kita di dapur biar bisa langsung dibuatkan.

Adoring Doyoung | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang