Part 22

423 30 0
                                    

Suara gemercik hujan terdengar bersamaan dengan Rere menuliskan sesuatu di secarik kertas–yang berwarna kekuningan–dan ditaruhnya dalam box berukuran kecil berhias pernak-pernik khas wanita, entah apa yang ia tuliskan dengan senyuman manis itu.

Kemudian Rere menyimpan box itu di tempat tersembunyi yang sudah ada sejak lama. Setelahnya Rere mengambil handphone di atas nakas samping tempat tidur, membuka aplikasi sms di sana ia mengetikkan kalimat singkat, "Tak tau mengapa tiba-tiba saja ingatan itu datang," dan Rere memencet tombol kirim tanpa diketahui siapa penerima itu.

"Rere!" suara seorang wanita paruh baya mengintrupsi kegiatannya saat akan mengembalikan handphone ke atas nakas.

Rere tersenyum mendengar panggilan itu dan segera membukakan pintu untuk mamanya.

"Ada apa bund?"

"Cepat siap-siap."

Rere bingung memangnya dia mau ke mana harus bersiap.

Melihat Rere bengong, bunda memanggilnya lagi.

"Memangnya mau ke mana bun?"

Bunda menghela nafas, rupanya anaknya ini lupa dengan janjinya yang akan ikut dalam acara makan malam keluarga. Bunda pun menjelaskan mereka akan ke mana. Setelah mendengar penjelasan bunda Rere segera menyiapkan diri.

✳✳✳

Keluarga Rere sudah berkumpul di tempat yang sudah dijanjikan. Bahkan di sana tidak hanya ada keluarganya saja, tetapi ada sahabat-sahabatnya dan kekasihnya. Rere bingung kenapa ada mereka juga di sana bukankah kata bunda ini acara keluarga.

Rian yang tadinya berkumpul dengan teman-temannya kini beranjak ke tempat dimana Rere yang berdiri kebingungan. "Hai," sapa Rian ketika sudah berada di samping pacarnya.

"Kok kamu sama yang lain bisa ada di sini sih?" tanya Rere to the point.

Rian terkekeh mendengarnya. "Emangnya kamu lupa?"

"Lupa? Memang ada janji?"

Tanpa bicara Rian membawa kekasihnya ke tempat di mana berkumpulnya para sahabatnya dan keluarga Rere. Acara pun dimulai.

Rere, Della, dan Agatha berselfi dengan gaya yang berbeda-beda. Ada begitu banyak gaya yang mereka pakai, seperti memeletkan lidah, tersenyum dan tidak ketinggalan juga gaya yang membentuk jari tangan huruf v, dan masih banyak lagi.

Di acara malam ini semuanya terlihat gembira, bahkan seperti tidak terjadi apa-apa antara Della dengan Arga.

"Bunda makasih ya kami udah diundang datang ke acara ini," ucap Della seraya tersenyum pada Bunda Rere.

Bunda pun ikut tersenyum. "Iya sayang, kan kalian udah bunda anggap anak bunda juga sama kayak Rere."

"Bund nanti pulangnya biar Rere diantar sama aku aja, bolehkan?"

Rere mencubit tangan Rian. "Apasih!"

Rian meringis. "Aww, emang gak boleh nganterin pacar sendiri?" Tanya Rian yang membuat Rere merengut. Sebenarnya bukannya gak mau, tapi Rere malu karena ada banyak keluarganya ditambah lagi kakeknya yang tersenyum geli.

"Boleh kok, asal anak bunda dijaga baik-baik." Bunda menahan tawanya melihat wajah anak kesayangannya itu.

"Bundaaa."

✳✳✳

"Del pulang sama siapa?" tanya Agatha ketika sudah di parkiran.

"Ojol aja deh."

"Gue anter."

Suara itu datang dari arah belakang Della yang diketahui itu adalah Arga. Cowok jangkung yang merupakan mantan Della.

"Makasih, tapi gue masih punya kouta." Della menolak Arga dengan nada tidak suka.

Bukannya menuruti perkataan Della, Arga tetap kekeuh dengan pendiriannya, dia menarik pergelangan Della membawanya menuju mobil. Tidak pacar ataupun mantan, Arga tetap otoriter yang membuat Della harus menurut. Mungkin kali ini Della mengalah tapi lain kali tidak akan.

"Yuk beb!" teriak Natha dari dalam mobilnya menyuruh Agatha cepat naik.

✳✳✳

Di dalam mobil Rere asik mengutak-atik handphone milik Rian untuk bermain PUBG, tidak memperdulikan orang yang berada di kursi kemudi yang kini bertanya apakah ada barang yang ingin Rere beli.

Rian yang kesal mengambil paksa handphone-nya, membuat Rere terbunuh oleh musuh di dalam permainannya.

"Ck."

Rere langsung bad mood dibuatnya, jarang-jarang Rere main game karena Rian tidak memperbolehkannya apalagi permainan seperti PUBG. "Apa?" tanya Rian melihat mata Rere yang mendelik padanya.

Tidak menjawab. Rere memalingkan wajahnya ke luar jendela. Tidak diduga Rere merasakan tangannya terasa hangat dalam genggaman seseorang. Lalu Rere menatap si pemilik tangan itu, ia melihat orang tersebut tersenyum.

"Maaf, habisnya aku kesel sama kamu, di tanya malah asik main."

"Iya." Jatuh, ya Rere lemah hanya dengan sebuah senyuman dari kekasihnya maka ia akan luluh. Setelah dipikir-pikir menurut Rere juga tidak sepantasnya dia mencueki orang lain apalagi orang terkasih.

"Aku pinjem handphone kamu dong?" Rere mencoba merayu Rian dengan kedipan mata.

Rian yang tidak mudah di rayu memberikan sebuah syarat. "Oke aku pinjemin, tapi-

"Gak usah pakai tapi dong," ujar Rere sambil memelaskan wajah.

"Dengerin dulu gak susah kok, sini aku bisikin."

Dengan lesu Rere mendekatkan telingnya ke arah Rian. Bukannya mengatakan syaratnya Rian malah mencium kening Rere.

Rere tersipu malu karenanya."Ihh!" Rere langsung mengambil handphone yang telah dijanjikan Rian.








At This Very Moment✔ #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang