Gadis itu pulang ketika waktu telah menunjukan pukul sebelas malam. Duduk di taman selama itu ternyata lumayan menimbulkan nyeri pada bokong.
Yoonji memutuskan untuk pupang ketika dirasa suhu menjadi sangat dingin. Ia yakin ayah dan ibunya telah tidur.
Begitu membuka pintu, ia mendapati sang ibu yang sedang tertidur di sofa. Sang ibu menunggunya.
Sebenarnya ibunya Yoonji adalah orang yang perhatian, ia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Yoonji.
Hanya saja ia harus menjadi istri yang berbakti kepada suami. Dan ia tidak bisa membantah perkataan suaminya. Perkataan Tuan Park adalah mutlak.
Namun di sisi lain, Tuan Park masih akan mendengarkan saran dari Istrinya jika menurutnya saran itu bagus. Seperti tadi.
Ia terbangun dan melihat anaknya di depan pintu. Berdiri dan menatap ke arahnya.
Naneun, ibunya. Bangun dan berlari kecil ke arah Yoonji. Ia menggenggam tangan Yoonji.
Tangan Yoonji sangat dingin. Sekarang sudah mulai memasuki musim dingin, ia tidak bisa membayangkan sedingin apa suhu diluar sana bagi Yoonji.
"Masuklah. Ibu akan membuatkan makan malam untukmu"
Yoonji menarik tangan ibunya yang hendak ke dapur. "Aku sedang tidak ingin makan bu"
Ibunya mengusap puncak kepala Yoonji dengan sayang "Kalau begitu ibu akan membuatkan minuman hangat untukmu" Kemudian berlalu begitu saja ke arah dapur.
<<_>>
Klik
Ibu memasuki kamar dan menghampiriku yang sedang duduk di ranjang, dengan tangan yang membawa nampan berisi sebuah gelas. Terlihat kepulan asap disana.
Aku juga sudah mengganti pakaian seragamku dengan pakaian yang lebih nyaman.
"Ibu membuatkanmu susu. Pasti dingin sekali diluar selama itu."
Yah, lumayan.
Ia duduk di sebelahku. Aku menatapnya.
"Lain kali jangan pergi tanpa pamit seperti itu. Ibu khawatir" Ucap'nya padaku.
"Ayah marah padaku bu. Tapi aku benar-benar belajar dengan giat. Lihat mataku!" kataku
Perlahan ia mengusap pipiku kemudian menarikku kedalam pelukannya.
Ibu menghela nafasnya "Ibu tahu kamu lelah dengan sikap ayahmu. Tapi jangan lupakan bahwa semua yang ia lakukan adalah demi kebaikanmu Yoonji. Ia hanya ingin kamu bisa hidup dengan bahagia dimasa depan"
"Tapi haruskah sekeras ini? Nilaiku bahkan tidak terlalu buruk bu. Aku tetap anak kalian meskipun nilaiku berkurang. Aku tetap Park Yoonji yang sama."
"Ibu tahu sayang, ibu mengerti. Tapi kau tahu bagaimana ayahmu bukan? Bertahanlah sebentar lagi. Hanya sampai kau lulus"
Ia melepaskan pelukannya. "Nah, sekarang tidurlah. Sudah sangat larut, besok kau harus bangun pagi untuk bersekolah"
Selepasnya ia menyelimutiku dengan selimut. Mematikan lampu kamarku dan pergi keluar.
<<_>>
Waktu menunjukan pukul tujuh pagi ketika aku menatap jam yang melekat pada pergelangan tanganku.
Kembali aku menatap cermin. Kurasa ini sudah ke sekian kalinya aku memastikan penampilanku disana.
Seragam putih dengan rok sekolah berwarna hitam. Gelang perak pada tangan kiri dan jam tangan hitam pada tangan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LeGio
Fiksi PenggemarTidak semua hal dapat kita percayai hanya dengan pandangan. Terkadang ada banyak hal yang tidak kita sadari. Sama seperti sebuah buku. Memiliki sebuah judul namun terdapat banyak tulisan di dalamnya. Entah apa yang akan terjadi nanti. Tapi kuharap s...