Seorang gadis dengan rambut panjang terurai sedang duduk di atas batu besar yang terletak di pinggiran pantai. Sesekali rambutnya berterbangan kesana-kemari karena hembusan angin yang cukup kencang.
Gadis itu menumpukan kepalanya di atas lutut, matanya menatap kosong jernihnya air laut. Tubuhnya sesekali terkena cipratan ombak yang tiba-tiba datang menerjang. Gadis itu tidak memperdulikan pakaiannya yang basah kuyup akibat cipratan air."NAK, AWAS!!" seseorang menarik pergelangan Getha saat ada ombak besar akan menerjang, Getha dan orang tersebut sama-sama terguling dipasir putih pinggiran pantai.
Rambut Getha basah dan tercampur dengan pasir putih, orang asing tersebut mengelap wajah Getha menggunakan langan kemejanya.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?"
Getha diam tak bergeming.
Beliau memperhatikan wajah Getha dengan intens, lalu membawa gadis itu naik ke tebing dekat area pantai.
Mereka berdua duduk bersampingan diatas sebuah batang pohon besar, menatap pemandangan lautan biru yang membentang luas dari atas tebing. Matahari sore juga mulai terbenam, suara desiran ombak terdengar menyegarkan pikiran. Suara burung-burung liar berkicauan dengan sangat merdu diatas ketinggian.
"Are you ok?"
Getha menggeleng samar.
Orang tersebut mengangguk singkat. "Sepertinya saya mengenal kamu, Nak. Wajahmu sangat mirip dengan puteri bungsu sahabat dekat saya."
Getha memalingkan wajahnya ke arah pria berumur yang kini duduk di sampingnya. "Ah, benarkah begitu?"
"Iya. Kamu sangat mirip dengan Gege? ah iya, namanya adalah Getha."
"Getha? kebetulan nama saya juga Getha, Paman." Getha tersenyum kecil, senyuman pertama setelah dua hari ini tidak berbicara sama sekali.
"Wow, jangan-jangan kamu memang benar Getha puterinya Ferondy." kelakar pria berumur tersebut pelan.
Getha bergumam lirih, "Ferondy?"
Beliau mengangguk, "Hm. Ferondy Clinton, sahabat semasa SMA saya dulu. Wajah kamu sangat mirip sekali dengan puteri bungsu dia."
Getha menghela napas berat. Dia merasa dunia sangat sempit, dia jauh-jauh datang ke sebuah pulau terpencil dan kini malah bertemu dengan sahabat dari Ferondy Clinton. Padahal sejak awal, niat Getha ingin menghindari hiruk pikuk kota dan menenangkan hati serta pikiran.
Saat ini Getha berada di Maluku Tengah. Tepatnya dipantai Ora. Letak pantai itu jauh dari kota dan pemukiman masyarakat, suasana disana sangat nyaman dan juga menyatu dengan alam yang hijau.
Terdapat penginapan pondok kayu dipinggiran pantai, dan juga beberapa tebing bebatuan kecil disekitar pantai. Suasana disana sangat sepi dan tenang, mirip seperti sebuah pulau pribadi.
Untuk bisa sampai kesana tidaklah mudah. Dari Ambon, Getha menyewa mobil untuk sampai ke tempat tujuan dan perjalanan itu memakan waktu beberapa jam. Lalu setelah itu menyewa perahu pada masyarakat setempat untuk bisa sampai dipantai Ora. Belum lagi dengan perjalanan jalur udara dari Jakarta, cukup jauh.
"Nama Paman?" tanya Getha.
"Hm?" beliau menatap Getha.
"Siapa nama, Paman?"
"Pusaka Stewart." jawab beliau.
Getha menatap pria tersebut tidak percaya, "Papanya Kak Nagara, ya?"
Pusaka mengernyit, "Kamu tahu?"
Getha mengangguk. "Saya Getha."
Mulut Pusaka terbuka, pria itu tersenyum tipis. "Pantas saja sejak awal saya merasa tidak asing sama kamu. Ternyata dugaan saya benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...