•1'aku

4 1 0
                                    

"Mah aku ingin dibacakan dongeng." Bella Rastiya panggil saja Bella, seorang anak perempuan yang mempunyai keanehan diluar logika manusia. Kalian tahu bayi umur 8 bulan? Ya di umur segitulah bayi mulai belajar cara merangkak dan tertawa karena lelucon yang ia lihat. Di umur 8 bulan Bella sudah mahir melakukan tepuk tangan, orang tua Bella sangat kaget dengan apa yang Bella lakukan di depannya, jika kalian berpikir bahwa orang tua Bella kaget melihatnya bertepuk tangan itu salah sangat salah, orang tua Bella kaget karena melihat benda di sekitar mereka berterbangan bebas kesana kemari, mereka pernah berpikir bahwa rumah yang mereka tempati itu berhantu tetapi disaat Bella menepukkan kembali tangannya semua benda terjatuh sembarangan, kamar Bella pun hancur berantakan. Mulai hari itu orang tua Bella mengawasi Bella dengan sangat hati-hati.

"Dongeng apa sayang?."

"Dongeng Putri Bulan mah." Dongeng Putri Bulan sangat berbeda dengan dongeng putri-putri yang kalian tahu dimana dongeng yang kalian tahu di akhiri dengan cerita yang jelas tetapi berbeda dengan dongeng Putri Bulan dimana ceritanya penuh dengan kejanggalan.

"Tidurlah akan mamah bacakan." Sang Mamah pun mulai membuka buku dongeng bernuansa biru dan kuning tersebut.

"Pada Suatu hari di sebuah rumah sederhana hiduplah seorang anak bernama Mona, Mona memiliki ibu tiri dan ayah tiri yang sangat menyayangi dia, hingga suatu hari ibu dan ayah tiri Mona terperangah kaget melihat Mona anak kesayangannya, Mona dapat melakukan hal yang tidak bisa dilakukan manusia seperti menerbangkan benda-benda dihadapannya, hingga suatu hari di saat Mona berumur 17 tahun iya menyadari bahwa ia memiliki kekuatan yang lebih dari yang ia ketahui dan ia berbeda sangat berbeda dengan teman-teman di sekolahnya. Mona sempat hilang akal karena sepupunya selalu memanggil dia dengan sebutan hantu, tidak ada yang mengetahui kelainan Mona selain ibu tiri, ayah tiri, dan para saudaranya. Mona sempat berpikir bahwa lebih baik ia mengakhiri hidupnya dari pada ia harus hidup dengan keanehan yang ia miliki tetapi Mona langsung menepis pikiran buruknya itu. Mulai hari itu Mona belajar cara mengendalikan pikirannya dan perasaannya. Mona pun hidup seperti biasa dan umur Mona minganjak 18 tahun dimana bulan purnama yang terang benderang menyambut ulang tahun Mona bersamaan dengan itu Mona menghilang dibawah sinar bulan purnama, orang tua Mona sangat kaget bahwa anak kesayangannya itu menghilang secara tiba-tiba tetapi mereka tahu bukan disini tempat tinggalnya, dengan sangat berat hati kedua orang tua Mona merelakan anak kesayangannya hilang begitu saja. Tamat."

"Bella masih penasaran mah, kenapa Mona hilang secara tiba-tiba dan dimana Putri Bulan? Judulnya kan Putri Bulan kok tidak ada Putri Bulannya sama sekali." Pikiran Bella penuh dengan rasa penasarannya terhadap Dongeng yang Mamahnya ceritakan dari umurnya 2 tahun hingga sekarang umurnya sudah menginjak 10 tahun.

"Entahlah mamah juga bingung, lebih baik kau tidur sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh."

"Ok mah selamat tidur mah dan selamat tidur adik ku tersayang." Bella mencium pipi sang mamah dan tak lupa mencium perut sang mamah, bayi tersebut belum lahir kedunia mungkin sekitar 2 minggu lagi Bella bisa menciumnya secara langsung.

"Mimpi indah sayangku." Mamah bella mencium keningnya dan pergi beranjak meninggalkan kamar Bella tak lupa untuk mematikan lampu terlebih dahulu.

"Hay kamu, kan aku sudah bilang jangan terlalu mengawasi ku." Bella berbicara dengan sosok tak terlihat di pojok kamarnya.

"Aku takut terjadi yang tidak-tidak Putri."

"Sudah berapa kali aku bilang, aku itu Bella bukan Putri."

"Tapi kau adalah Putri."

"Sepertinya kau salah orang, namaku Bella Rastiya bukan Putri."

"Terserah anda Putri lebih baik Putri beristirahat ini sudah waktunya."

"Baiklah aku akan tidur awas saja jika kau macam-macam dengan ku." Bella pun mulai memejamkan mata indahnya.

×××××××

"Selamat Pagi Putri." Sambutnya dengan ramah.

"Pagi... Kau tidak tidur?." Walaupun Bella kesal terhadap sosok tak terlihat didepannya Bella tetap membalas sapaannya tersebut.

"Tidak Putri tugas ku di sini adalah untuk menjagamu bukan untuk tidur."

"Aku tahu, tapi bukan kau butuh tidur."

"Saya berbeda dengan anda Putri, saya hanya budak yang harus patuh dengan tuannya."

"Tapi kan kau juga butuh istirahat."

"Saya tidak perlu tidur ataupun istirahat yang lama Putri, menurut penduduk Bulan tak terlihat oleh siapapun sudah termasuk istirahat yang sangat cukup bagi saya."

"Baiklah, terserah kamu saja." Bella tidak mengerti sedikit pun pembicaraaanya dengan sosok tak terlihat. "Apa maksudnya penduduk Bulan? Tak terlihat? Dasar aneh." Batinnya berbicara.

"Selamat pagi mah, selamat pagi ayah." Bella turun dari kamarnya setelah rapi menggunakan seragam sekolah dengan rok selutut dan rambut yang terkuncir indah.

"Pagi sayang ayo duduk kita sarapan."  Perintah sang Ayah penuh perhatian.

"Waaa sarapannya Nasi goreng kesukaan Bella." Serunya dengan senyum lebar.

"Iya ayo dimakan yang banyak."

Dengan semangat Bella menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Emmmnak baangetch."

"Habisin dulu nasinya baru ngomong sayang." Ujar sang mamah khawatir. Bella pun melanjutkan makannya.

"Pulang sekolah nanti bareng sama Neta ya, maaf mamah gak bisa jemput kamu."

"Iya gak apa-apa kok mah." Bella tahu bahwa kandungan sang mamah sudah sangat besar dan sebentar lagi adik kesayangannya akan lahir kedunia yang penuh dengan rahasia ini.

Satu Minggu berlalu.

"Ayo Bu sedikit lagi, kepalanya sudah terlihat."

"Mamah pasti bisa." Tak berhenti Bella bedoa kepada Sang Pencipta untuk keselamatan sang mamah dan adiknya yang sedang didalam ruangan bersalin.

"Tenanglah nak, mamahmu akan baik-baik saja." Ujar sang nenek menenangkan cucu cantiknya.

"Tapi nek aku sangat takut, kalau nanti aku gak bisa menjaga adik ku."

"Tenanglah nenek yakin kau akan menjaganya dengan sangat baik lebih dari kau menjaga dirimu sendiri."

"Dimana cucuku." Ujar nenek dari Mamah.

"Mamah masih didalam nek."

"Saya tidak bertanya sama kamu anak aneh." Tegas sang nenek tak mempedulikan perasaan Bella.

"Ratih apa-apaan kamu, jaga mulutmu Bella punya salah apa sama kamu sampai kau selalu berkata yang tidak seperlunya." Nenek Yani sangat marah karena cucu cantiknya dihina oleh neneknya sendiri.

"Tidak apa-apa nek, aku kan memang anak aneh."

"Kamu tidak seharusnya seperti ini Bella, kau punya hak untuk membela diri mu sendiri." Ayah Bella keluar dari kamar bersalin dengan rambut yang berantakan dan tangannya yang penuh cakaran.

"Gimana anak dan cucuku apakah dua-duanya sehat?." Tanya Nenek Ratih tak sabaran.

"Sehat mah anaknya laki-laki."

"Syukurlah akhirnya mamah punya cucu kandung." Ayah Bella dan Nenek Yani sangat kaget dengan apa yang Nenek Ratih ucapkan.

"Maksudnya apa? Aku kan cucu kandung nenek." Ujar Bella dalam hati.

"Sebentar lagi Gina akan dipindahkan ke ruangan rawat inap." Dengan cepat Ayah mengganti topik pembicaraan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang