Pelajaran Untuk Pohon.

10 4 4
                                    

Derap kakinya yang tak berirama itu melaju begitu cepat hingga tak terlihat menapak. Wajah sayunya terlihat tegang dan tangan mungilnya itu terlihat bergemetar. Sesekali ia mengusap air mata yang tak bisa terbendung dari mata bulat dengan manik mata warna coklatnya.

Tak sengaja, kakinya tersandung batu besar yang membuatnya terjatuh tersungkur. Ia coba bangkit dan berlari lagi, tetapi luka di lutut menghalangi. Ia melihat sekeliling, di Utara hanya ada tanah gersang, di Barat juga sama, tanah gersang. Saat ia melihat ke Selatan, ia ingat kalau ada desa tempatnya tinggal, tetapi ia baru saja ingin ditangkap oleh penduduk di sana, ia pun mengela napas. Harapan terakhirnya adalah ke Timur, akhirnya ia paksakan kakinya untuk berjalan walaupun terhuyung-huyung. 

Di depan, ia melihat satu pohon yang lumayan besar tetapi sangatlah rindang. Ia mengangkat tangannya kemudian menunjuk pohon itu, seketika pohonnya berubah menjadi sangat besar dan empat daun tercabut dari ranting menuju tempat gadis itu berada.
Ia mengambil empat daun itu lalu menempelkannya di lutut yang luka. Darah yang mengalir sebelumnya terhisap oleh daun, tetapi lukanya tetap masih membekas. 

Dengan tertatih-tatih ia berjalan menuju balik pohon, dan dengan sebuah keajaiban ada ruangan di dalamnya. Ia masuk kedalam dan duduk di sana, dipeluknya kaki yang lemas itu dengan tangan yang bergemetar, tak terasa air matanya jatuh lebih deras dengan teriakan yang tertahan, dan terlelaplah ia dengan mimpi yang indah.

Pagi pun tiba, Peri cantik ini terbangun dari tidur lelapnya. Ia keluar dari tempat persembunyiannya lalu melihat pohon itu dengan seksama. Ia mengaitkan tangan satu ke tangan lainnya lalu berdecak.

"Ck, aku ingin naik ke atas, tapi tidak ada tangga. Aku ingin memanjat, tetapi tidak bisa. Aku ingin terbang, tetapi sayapku patah. Apa yang harus kulakukan agar sampai di sana?" ucapnya dengan kesal.

Ia menjentikkan jarinya kemudian sulur-sulur akar pun menyatu membentuk tangga memanjang yang bentuknya seperti terbuat dari tali bidai, tali pramuka yang biasa dipakai berkemah.

Peri ini pun naik ke atas lalu dengan ketenangan berbaring di antara dua cabang pohon. Tetapi ketenangannya berakhir ketika daun dan ranting dari pohon itu beterbangan ke atas wajahnya.

Peri itu duduk dengan amarah lalu menyingkirkan benda-benda itu dari tubuh dan wajahnya. Ia melihat ke atas dan betapa terkejutnya ia, sepasang mata sedang melihatnya.
Ia hampir terjatuh karena insiden itu, tetapi salah satu dari cabang pohon itu menangkapnya. Ia bersyukur karena tak jadi terluka, walau punggungnya terasa sakit.

"Kau ini ceroboh sekali, seandainya tadi kau mati, tidak ada yang bisa mengembalikanku kecil lagi!" ucap pohon itu.

"Ma-maafkan aku, sekarang karena kau sudah menyelamatkanku, akan ku kabulkan dua permintaanmu!" ucap peri itu lalu ia bertepuk tangan dua kali dan keluarlah tongkat ajaibnya.

"Hmm, sebenarnya aku kesepian, tap-" ucapan pohon itu terpotong.

"Oke, akanku buatkan teman pohon untukmu!"

"Jangan! Aku tidak meminta itu! Aku ingin menjadi seperti manusia!"

"Kenapa? Padahal aku benci dengan manusia, manusia itu serakah!" kata Peri tak lupa cemberutan di wajahnya.

"Justru itu, aku ingin melihat serakahnya manusia, kenapa mereka bisa serakah? Padahal kebutuhan mereka sudah tercukupi." Pohon memandang ke bawah dengan perasaan sedih.

"Oh baiklah akan ku jadikan kamu manusia, tetapi jangan menyesal jika sudah terjadi!" Peri mengayunkan tongkatnya, lalu ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang