Ginting mengunci pintu kamarnya, lalu ia menghampiri Lea yang sedang duduk di balkon hotel ini.
"Udah bisa cerita?"
Lea menghela nafasnya, kemudian ia mengangguk.
"Dia, yang bikin aku kaya gini..."
"Kalau gak karena otak bodohnya dia, mungkin aku sekarang bisa membangun karier dan cita-cita aku."
Ginting mengernyit. "Maksudnya?"
"Iya.." Lea kembali menghela nafasnya.
"Aku dan Gerald itu sahabatan, karena kita sama sama orang indonesia yang posisinya tinggal di birmingham."
"Kita sahabatan lama dari awal aku SMP, tapi kenapa dia bisa sejahat ini sama aku?"
"Waktu malam itu Aku habis nemenin dia party di salah satu rumah temennya, sepulangnya Gerald seperti biasa nganterin aku pulang. Tapi sepanjang jalan ada yang aneh, kita ngerasa ada mobil yang ngikutin kita."
Flashback on.
"Ger, lo liat deh ke belakang, perasaan pas dari rumah si Ashley itu ngikutin kita."
Gerald melirik spion sesaat, kemudian ia terkekeh. "Kebetulan aja kali, parno amat Lo."
"Ih parno mah wajar kali! Ini udah berkilo-kilo loh dia ngikutin kitanya, gamungkin cuma kebetulan!"
"Yaudah lo tenang aja, kan ada Gue."
Lea mendelik. "Gue gakan bisa tenang kalau sama Lo."
Gerald kembali terkekeh, lalu ia kembali fokus menyetir.
Tak lama kemudian mobil yang Lea pikir itu mengikuti mereka itu mengklaksoni mobil Gerald berkali-kali.
"Mau nyelip kali ya, santai kali pak gausah tetotetot ." Gerald lalu meminggirkan sedikit mobilnya agar mobil yang dibelakangnya itu bisa lewat terlebih dulu.
Lalu mobil itu mulai menyalip Gerald.
Namun ada yang membuat Gerald heran, kenapa mobil itu malah berjalan disamping mobil Gerald.
Gerald mulai curiga, namun tak berapa lama terbukti ketika Gerald tak sengaja melihat orang yang ada di mobil itu membuka kacanya lalu menodongkan senjata api ke arah mobilnya.
Hanya satu hal yang Gerald pikirkan. Keselamatan Lea.
"LEA NUNDUK!"
Tanpa sadar Gerald melepas seatbeltnya dan Lea, lalu ia menarik Lea.
Terdengar suara letupan, setelahnya Gerald merasa mobilnya tidak bisa ia kontrol.
Mobilnya lalu menabrak pembatas jalan.
"Ger, sakit .." Lirih Lea.
Dengan badan yang sakit terasa sakit, Gerald beranjak dari posisinya untuk melihat kondisi Lea yang terpental dari pelukannya tadi.
Namun baru saja ia akan meraih Lea, pintu mobil nya terbuka lalu ada dua orang yang menarik dirinya dan Lea dengan kasar agar keluar dari mobilnya.
Belum sempat melihat wajahnya, matanya dan Lea ditutup oleh kain.
Ia tak bisa melihat apa-apa.
"Let us go!" Teriak Lea.
Terdengar suara orang jahat itu terkekeh. "Not easy as that, honey."
"We've watched you when you're at a party, seeing your very seductive body makes it hard for us to think so we do this to you."
"let her go! What do you want? My Car? just take it!" Teriak Gerald.
Penjahat itu kembali terkekeh. "I don't need your car. but this woman, it seems much more interesting."
"Dont touch me!" Lea kembali berteriak ketika penjahat itu mulai menyentuhnya.
"GERALD TOLONGIN GUE!"
FLashback off.
Lea menghapus air mata yang jatuh di wajahnya. "Setelah itu Gue gak inget apa apa, karena itu semua bikin Gue stress berat selama satu bulan lebih."
"Coba aja Gerald waktu malam itu gak maksa aku buat nemenin dia, mungkin gakan kaya gini."
Ginting terdiam, disatu sisi ia kesal tapi disatu sisi lagi ia merasa iba.
Lea tersenyum. "Sekarang kamu udah tau ceritanya, wanita yang ada didepan kamu ini semenjijikan itu."
"Bahkan ketika aku dengan bahwa kamu yang akan dikorbankan oleh orangtuaku untuk menutupi aib keluarga, aku kaget banget."
"Kenapa kamu kaget?" Tanya Ginting.
"Aku kaget, karena..." Lea menghela nafasnya. "Aku gak mau cinta monyet aku harus nanggung semuanya."
Ginting mengernyit. "Cinta monyet? Manusia kali."
Lea mendengus. "Sialan Lo, lagi melow gini juga malah diajak bercanda."
Ginting terkekeh. "Oh jadi ceritanya seorang Lea pernah suka nih sama Ginting? Ohh gitu..."
"Ginting ah apaan sih galucu! Lagi gini juga.."
Ginting tersenyum, ia lalu menangkup wajah Lea.
"Lea, sepahit apapun masa lalu kamu, inget, tanpa masa lalu itu kamu dan Aku belum tentu akan bersama seperti saat ini.."
Lea menatap Ginting. "Emang kamu udah mulai ada perasaan sama Aku, Ting?"
"Aku akan terus coba, tapi sejauh ini dasar dari rasa sayang itu adalah sebuah kenyamanan, dan aku udah merasa sangat nyaman hidup dengan wanita hebat seperti kamu."
Mendengar ucapan Ginting membuat dadanya berdegup kencang sehingga wajahnya bersemu, ia lalu menghempaskan tangan Ginting yang sedang menangkup wajahnya.
"Ah tau ah, kesel Gue kalau Lo udah gombal kek gini! Kan gak lucu Ting kalau ibu hamil jadi baperan cuma karena gombalan receh kek gitu!"
Ginting terkekeh. "Tapi suka kan?"
"Au ah!" Lea kemudian beranjak, lalu meninggalkan Ginting di balkon sendirian.
Ginting hanya bisa tertawa melihat kelakuan istrinya itu.
"Jangan ngambek dong Le.."
"Gue bukan Pak Le, Lo!" Teriak Lea dari dalam kamar mandi.
"Le ayo dong jangan ngambek, yuk siap siap kita cari street food."
Lea mengintip dari dalam pintu kamar mandi. "Street food?"
Ginting mengangguk. "Iya, yuk jalan?"
"Tapi nanti aku nambah boleh yaa?"
Ginting tersenyum. "Boleh boleh."
"Ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rankle
RomanceEntah apa yang dimimpikannya semalam hingga kedua orangtuanya tega menikahkan anaknya dengan seorang perempuan---berbadan dua. "Udah bunting duluan, gesrek pula" -ASG