«ENAM PULUH TIGA»

4.9K 252 11
                                    

Ceklek...

Sebuah pintu ruangan rumah sakit itu terbuka, menampilkan sosok perempuan cantik yang menenteng box berisi kue memasuki ruangan serba putih nan bau obat-obatan itu.

Membuka kenop pintu, Aqila menerawang ke sekelilingnya yang ternyata tidak ada siapa-siapa selain Arga. Tumben sekali tidak ada yang menjaganya. Tak apalah, kan sudah ada Aqila untuk saat ini.

Perlahan, Aqila menggeser kursi yang berada di samping ranjangnya Arga, kemudian ia mendudukinya.

"Happy birthday Arga." Aqila membisikkan itu tepat pada telinga Arga. Tak lama, ia pun mengecup kening pria yang terbaring dan masih menutup matanya itu dalam waktu yang cukup lama.

Aqila tersenyum miris, ia tidak akan berharap lebih lagi seperti kemarin-kemarin yang selalu mengharapkan Arga akan tersadar. Karena, jika harapan itu tidak terpenuhi, rasanya sangatlah sakit. Jadi, biarlah. Ia menyerahkan semuanya pada tuhan, dirinya akan selalu menunggu Arga membuka kedua matanya, kapan pun itu.

"Arga, aku tau kok. Kamu pasti denger suara aku kan?" Aqila mencoba memastikan, walau tak kunjung mendapat balasan. Ia pun mencoba untuk tersenyum hari ini, karena ini seharusnya adalah hari paling membahagiakan bagi Arga. "Kamu tenang aja, aku pasti inget kok hari ulang tahun kamu."

Dengan segera, perempuan itu meraih box kue yang ia simpan di atas nakas, lalu membukanya perlahan.

Ia juga mengambil pematik api dari dalam tas kecilnya, kemudian menghidupkan lilin yang tertancap di atas kue itu.

"Karena kamu masih belum bangun. Jadi, aku aja ya yang make a wish sama tiup lilin-nya," kata Aqila yang langsung memejamkan matanya saat itu juga.

Aku cuma berharap Arga bisa sembuh. Aku juga akan nunggu Arga sampai membuka matanya, entah kapan itu, aku nggak mau berharap lebih lagi.

Setelah membuat permohonan, Aqila pun membuka matanya kembali dan meniup lilin berbentuk angka 19 itu.

Selalu saja, air matanya itu sering jatuh tanpa permisi. Sebenarnya dari tadi ia berusaha menahan mati-matian agar tidak menangis. Tapi apalah daya, hati kecilnya itu selalu merasakan sakit ketika melihat Arga. Tanpanya, sebagian hidup gadis itu terasa hampa.

Alih-alih setelah menyimpan kembali kue itu ke atas nakas tanpa berniat ingin memakannya sama sekali, Aqila mengusap air matanya itu.

"Semoga kamu sehat selalu dan panjang umur, sayang."

Aqila menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyuman. Lalu ia pun memeluk Arga, dengan-nya yang masih terduduk di kursi.

Gadis itu sangat merindukan pelukan hangat dari Arga. Lantas ia sangat enggan untuk melepas pelukannya saat ini.

Tanpa disadari, tangan Arga bergerak sedikit demi sedikit. Dia juga berusaha membuka kedua matanya perlahan. Kemudian, diusapnya puncak kepala Aqila tanpa sepengetahuan gadis itu karena posisi wajahnya yang membelakangi Arga.

Aqila merasakan ada yang aneh. Seperti ada yang mengusap kepalanya, meski usapan itu sangatlah pelan. Sontak Aqila pun mengangkat kepalanya dan menoleh kepada Arga.

"Arga.." Aqila menganga tidak percaya.

Pria yang selama ini ia tunggu akhirnya membuka matanya. Dapat dilihat oleh mata kepalanya sendiri, Arga sudah tersadar, dan saat ini dia tersenyum ke arah gadis itu.

"Arga, ini beneran kamu?" tanyanya masih tidak percaya. Sungguh, rasa senang, bahagia, tidak percaya, terharu, bercampur aduk menjadi satu.

Arga hanya menganggukkan kepalanya pelan. Lantas Aqila pun kembali berhambur memeluknya. Kali ini ia kembali menangis, bukan menangis sedih. Melainkan menangis terharu.

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang