*****
Suatu ketika di sebuah kota kecil di Jakarta, tepat nya di sebuah pesantren Al- Ikhlas yang menghiasi pesantren ya dengan para hafidz Al- Qur'an dari anak kecil hingga dewasa, pesantren Al- Ikhlas itu berdiri sejak tahun 80 han, kini pesantren tersebut menjadi terkenal karena output dari santri-santri Al- Ikhlas di akui masyarakat Indonesia bahkan sampai ke Negera tetangga Malaysia, Pesantren tersbut di kenal dengan kemamuan para santri nya yang sudah banyak prestasi di luar Negeri hinga menjadi orang yang hebat dan menjadi santri-santri yang sukses dunia akhirat, Pondok Pesantren tersebut di sesepuhi oleh seorang guru bernama Kiai Nasruddin, ia adalah seseorang yang sangat berjasa bagi semua orang, ia pun sudah memiliki 3 anak dan memiliki 2 cucu, di umur nya yang semakin sepuh, ia mulai menitipkan pondok kepada anak nya yang sulung yang bernama Abdul Nasruddin, ia di berikan tonggak pondok untuk di lanjutkan dan di kembangkan hingga semakin pesat dan semakin maju lagi agar banyak keberkahan untuk pesantren, pesantren Al- Ikhlas sudah memiliki sekitar 1000 santri dan santriwati, begitu banyak dan membutuhkan tenaga pendidik yang banyak. Para pengajar Tahfidz pun terus berupaya meningkatkan statement yang lebih baik dan lebih baik lagi serta terus ber evaluasi dalam menjalankan pesantren tersebut.
Kiai Nasrudin atau sering di panggil mama Sepu ini sudah mulai sakit, dengan sakit yang begitu aneh, ia merasakan sakit di bagian perut nya, padahal ketika di periksa kata dokter tak ada penyakit yang serius pada mama, hanya saja mama butuh istirahat yang cukup untuk kesembuhan nya, namun berbeda sekali dengan yang di rasakan mama, ia terus menerus meringis kesakitan seperti di tusuk-tusuk dengan jarum, entahlah apa yang ada di perut mama karena menurutnya ia merasakan ke anehan yang luar biasa, selain pada dokter keluarga pesantren pun membawa nya berobat kepada orang pintar di Negara tetangga Malaysia, namun masih uga belum sembuh bahkan mereka menyebutkan yang aneh-aneh yang jauh dari kata benar.
Mereka pun sudah lelah mengurusi sang mama sepuh, karena beliau sudah sakit sekitar 2 tahun, namun tak kunjung sembuh juga
Singkat cerita ada seorang pemulung muda yang mau belajar di pondok
"Assalamu'alaikum pak.?"
"Waalaikumsalam." Jawab petugas yang tengah ada di depan gerbang pesantren
"Mau izin masuk, mau ketemu pa kiai pak.!"
"Oh silahkan,." Kata petugas
"Mari saya antar."
"Ngomong-ngomong kalau mau cari sampah di belakang banyak dek." Ujar petugas kepada sang pemulung muda
"Oh iya, terimakasih pak, Cuma saya mau ketem pa kiai dulu, kebetulan saya mau nyantri disini pak." Kata pemuda pemulung
"Hah, kamu mau nyantri disini, gimana ceritanya, liat tuh badan kamu kan bau, sudah-sudah pergi, pa kiai lagi gak ada." Kata petugas sambil menyuruh pergi
"Lho, tadi katanya ada pak."
"Gak ada, tadi pak kiai berangkat ke kota."
"Baiklah pak kalau begitu saya pamit dulu, tapi lain kali saya kesini lagi ya."
"Ah jangan-jangan gak usah, pak kiai lagi sakit, nanti kalau kamu datang menemuinya dia malah tambah parah sakit nya." Ucap petugas
Saat itupun pemuda pemulung pun di usir oleh petugas, ia khawatir kalau pemulng itu akan memambah beban pagi pak kiai sepuh, ia juga khawatir pemulung itu malah menambah bibit penyakit .
Pemuda itupun kembali pulan dengan langkah pelan, sebenarnya ia adalah seorang pemuda yang tinggal di sebuah hutan yang ada di Jakarta, ia mendengar bahwa kiai sepuh sedang sakit dan ia membawa obat dari sang ibu di rumah untuk di berikan kepada sang kai sepuh, karena dahulu kiai sepuh saat masih muda pernah datang ke hutan dan membantu sang ibu yang sedang sakit di tengah jalan, sampai-sampai ia membawa ibu ke rumah di antarkan.
YOU ARE READING
DARI HINAAN JADI PUJIAN
Short StorySebuah kisah antara pesantren dan hutan, lebih jelas yuk baca ceritanya..hhe